Adegan yang hendak kubagikan kali ini adalah salah satu adegan yang paling aku suka. Diambil dari buku yang baru-baru ini menjadi penghuni baru daftar buku favoritku.
Berikut adegannya:
Matahari terbenam di atas kebun zaitun. Langit, seperti perawan yang dicium pertama kali, merona dengan cahaya jingga merah jambu. Melalui jendela yang terbuka, angin sepoi-sepoi berhembus, membawa aroma-aroma malam. Angin membelai rambut wanita muda yang berdiri sendirian sambil terpekur di tengah-tegah lantai marmer, dan membuat gaunnya berkibar menerpa lekak-lekuk tubuhnya yang langsing berkulit gelap.
Dia mengangkat tangan; jemari ramping memelintir rambut keriting di sebelah lehernya. "Kenapa malu-malu, Tuanku?" dia berbisik. "Mendekatlah agar aku bisa melihatmu."
Di pentakel seberang si lelaki tua menurunkan silinder lilin di tangannya dan memelototiku dengan matanya yang hanya sebelah. "Demi Joovah, Bartimaeus! Memangnya akal-akalan itu bakal berhasil mengelabui aku?"
Bulu mataku mengerjap genit. "Aku juga akan menari, kalau kau mau melangkah sedikit lebih mau. Ayolah, beri dirimu kelonggaran. Aku akan melakukan gerakan Putaran Tujuh Cadar.
Si penyihir bicara dengan nada jengkel. "Tidak, terima kasih. Dan kau bisa menghentikan itu juga."
"Menghentikan apa?"
"Itu... bergeol-geol seperti itu. Sekali-sekali kau—Nah! Kau melakukannya lagi!"
The Ring of Solomon by Jonathan Stroud, halaman 15-16.
Tampaknya adegan diatas akan jadi adegan terpanjang sepanjang aku mengikuti Scene on Three. Aku tidak mau menyingkatnya karena ada dua hal dari paragraf-paragraf di atas, paragraf pembuka The Ring of Solomon kalau aku boleh menambahkan, yang gatal pengen kugaruk kukomentari.
Yang pertama, matahari. Banyak sekali penulis yang menyarankan untuk tidak menggunakan adegan matahari; sudah terlalu biasa, sudah terlalu usang. Tapi, entah hanya aku saja yang mengasumsikannya, tampaknya lewat adegan tersebut Mr. Stroud pengen mendobrak kecemasan kebanyakan para penulis tersebut dan bahwa hal biasa bisa dijadikan awal hal yang luar biasa.
Yang kedua, adegan di atas adalah adegan pembuka paling bikin aku terpingkal-pingkal sejauh aku membaca Bartimaeus installment. Sebegitu lucunya sampai tiap aku menemukan kata yang sama di tempat lain, aku serentak teringat dengan adegan di atas dan kembali tertawa. Nah, kan, aku teringat lagi XD
Punya adegan favorit juga? Berikut tata cara ikutan meme ini::
saya jg ngikik bacanya :))
BalasHapusEmang Barty itu jago bikin senyum orang! :)))
BalasHapusJadi ingat SoT ku bulan lalu juga ada mataharinya (tapi itu memang klasik sih). Sukaa metaforanya :)
BalasHapusIya, saya ingat SoT-nya kak Bzee yang itu :)
BalasHapus