Nibiru dan Kesatria Atlantis
Penulis: Tasaro GK
Penerbit: Tiga Serangkai
Cetakan: Desember 2010
Tebal: XII + 692 halaman
Stew Score: 3 of 5 Bowls
Icip-icip Nibiru dan Kesatria Atlantis
Kedhalu adalah sebuah negeri berbentuk
pulau yang didirikan oleh Raja Saternatez. Raja yang baik hati dan cinta
damai, oleh karena suka menyepi dan mungkin sekali tidak suka terlibat
dalam peperangan dengan kekuatannya dia menyelubungi Kedhalu dengan
pelindung gaib yang bisa mengelabuhi orang yang mencarinya–juga mencegah
penduduk di dalamnya keluar pulau. Tidak hanya itu, kekuatannya yang
dahsyat telah menciptakan delapan pugabha (kekuatan super) yang sangat
terkenal. Pugabha adalah kekuatan super dimana seseorang yang
menguasainya bisa menguasai unsur alam, binatang, ruang dan waktu,
menghilang, bahkan hingga kekebalan, menyembuhkan luka dan mengendalikan
pikiran.
Kedhalu juga merupakan negeri tempat Dhaca lahir, tumbuh, bersosialiasi, dan mengenyam pendidikan.
Suatu hari Dhaca mendapatkan sebuah mimpi
buruk. Bukan. Bukan mimpi. Kalau mimpi kenapa terasa sangat nyata?
Kenapa juga ayahnya tertegun ketika Dhaca menceritakan mimpinya tersebut
lalu melarangnya memberitahukannya pada orang lain?
Saat itu tahun 26.954 kalender Raja-Raja,
bertepatan dengan tahun 13.359 Sebelum Masehi. Menurut ramalan, waktu
kemunculan Nibiru, sang pembawa kiamat yang berjanji akan
memporak-porandakan kehidupan manusia yang muncul setiap 5013 tahun,
nyaris terpenuhi. Kemunculan Anunnaki, budak setia Nibiru, juga
menegaskan waktu kedatangannya akan segera tiba.
Tapi bagaimana Anunnaki bisa masuk ke
Kedhalu? Bukankah Kedhalu diselimuti oleh selubung gaib yang–meski
keturunan Raja Saternatez menghilang tetap–bisa melindungi Kedhalutanpa
batas waktu?
Tidak hanya itu kekuatan besar yang lain,
yaitu Atlantis, ikut mengancam kedamaian Kedhalu. Atlantis adalah
negara besar yang dipimpin oleh Raja yang suka sekali dengan
pertempuran. Walaupun negaranya telah diperkuat dengan
peralatan-peralatan canggih, dia belum puas. Dia ingin memiliki pasukan
yang beranggotakan orang-orang Kedhalu yang memiliki pugabha.
Meski tampak mustahil, karena dia sudah
diancam, karena salah seorang yang disayanginya telah diculik (siapakah
dia?), karena Kedhalu hendak dijajah oleh bangsa lain, Dhaca yang saat
itu masih anak-anak bertekad melawan hingga titik darah penghabisan dua
kekuatan adidaya pada saat itu: Nibiru dan Atlantis.
Berhasilkah dia?
Cita rasa Nibiru dan Kesatria Atlantis
Ibarat kue, buku Nibiru dan Kesatria Atlantis ini rasanya lumayan. Kadar manis dan pahitnya kurang lebih nyaris sama besarnya.
Nibiru dan Kesatria Atlantis dibungkus
dengan hardcover. Untuk gambar yang terpampang di hardcover aku kira
banyak yang setuju gambarnya keren–termasuk ilustrasi di setiap awal
babnya, tepat menggambarkan ciri khas Dhaca dan bab 1 dari buku ini,
jadi tak perlu dikomentari. Aku hanya bertanya-tanya apa buku ini juga
dibuatkan format softcovernya? Beberapa orang ada yang tidak nyaman
membaca buku ber-hardcover–seperti aku contohnya, heheh, terlepas
hardcover lebih baik bila menyangkut soal keawetan buku yang
dilindunginya.
Tasaro GK juga serius membangun dunianya
ini dengan membuat bahasa conklang (bahasa buatan), yakni bahasa
Kedhalu, dan peta dunia yang bisa kalian temukan di halaman belakang
buku Nibiru dan Kesatria Atlantis
ini. Juga bagian yang mungkin jadi prolognya, seorang petani di zaman
sekarang menemukan prasasti batu yang ditulis Dhaca dalam bahasa
Kedhalu.
Bahasa conklangnya sendiri agak
susah–bagiku–untuk dibaca. Dan ini yang membuatku bertanya-tanya, kenapa
Tasaro memutuskan meng-Khedalu-kan nama Atlantis? Oke, di zaman
sekarang ada beberapa negara yang memiliki sebutan beda-beda, misalnya
Yunani yang disebut orang barat dengan Greece, Praha dengan Prague,
Mesir dengan Egypt, dst. Tapi kenapa nama Atlantis hanya di munculkan di sinopsis, (mungkin) prolog, dan ending kisah Dhaca ini?
Kenapa kami, para pembaca, dibiasakan dengan menyebutnya sebagai Nyathemaythibh?
Baru beberapa lembar membacanya, alisku
dibuat naik dengan percakapan Dhaca dengan seorang nenek bernama Bhupa
Supu yang hatinya sangat baik dan sangat menyayangi Dhaca. Kenapa alisku
naik? Apakah karena aku dibikin terkejut?
Bukan terkejut. Tapi bingung. Bagi yang
telah membacanya, baca bab dua deh. Bupha Supu (dan keluarganya)
terdampar di Kedhalu puluhan tahun lalu. Alasannya dia meninggalkan
kampung halaman adalah karena Nibiru. Nah, disinilah keanehannya. Dia
datang puluhan tahun yang lalu. Sedangkan Nibiru baru muncul dalam
ribuan tahun. Bahkan Raja-Raja sakti pun hidup dalam keturunannya. Tidak
ada satu pun yang punya umur panjang.
Mungkin Bupha juga keturunan sekian dari klannya, Jun.
Awalnya aku kira juga gitu. Tapi aku
mikir lagi. Kenapa dia sampai menitikkan air mata? Kalau benar dia
keturunan Supu kesekian, yang tidak ikut mengalami “kejadian
pengusiran”, harusnya sih nggak sampai sesedih itu. 5013 tahun bukan
waktu yang pendek! Lagian bila benar-benar dia berumur panjang, maaf,
kira-kira di umur berapa kulitnya mulai berkeriput?
Meski pada akhirnya kebingungan itu
terjawab dengan sangat gamblang di akhir buku. Meski tetep, bagiku,
bagian soal kedatangan Bupha ini akan membuat bingung–apalagi bagi
mereka yang tidak hanya sekedar membaca, tapi ingin memahami kisah Nibiru dan Kesatria Atlantis lebih mendalam.
Kemudian kata sekolah. Kata itu tidak
pernah disebut sebelumnya. Dhaca dan semua orang di Kedhalu menyebutnya
dengan Bhepomany, satu-satunya tempat menimba ilmu bagi rakyat Kedhalu.
Mungkinkah sang penulis lagi khilaf? *digetok fansnya kak Tasaro* *eaa,
kak? *
Lalu mengenai penamaan Jubah Sihir (yang
kemudian dikenal dengan nama Anunnaki). Yang memberi julukan sosok yang
menyerang Dhaca Jubah Sihir adalah Sothap. Namun, nama itu muncul duluan
sebelum Nyithal (keduanya adalah teman Dhaca) kurang lebih mengatakan,
“jadi sosok jahat itu punya nama sekarang.”
Oke, buku ini menggunakan PoV orang ke-3
serba tahu, tapi memberitahu pembaca duluan sebelum tokoh di dalam buku
(Nibiru dan Kesatria Atlantis) mengetahuinya apakah itu langkah yang…
Baik? Entahlah, mungkin penulis punya maksud tertentu yang mungkin tidak
akan kuketahui bahkan hingga bumi berhenti berputar (Oke, ini lebay!).
Kejujuran lebih baik diungkapkan meskipun
mungkin membawa dampak buruk. Jadi ya, jujur selama membaca Nibiru dan
Kesatria Atlantis dengan bahasa conklang dan hampir 60% tokohnya
menggunakan nama yang unik, aku menunggu kesalahan ketik pada nama dan
bahasa conklang.
Apakah aku menemukannya, saudara-saudara?
Tentu saja aku menemukannya. Total ada 14
typo. 1 kali kelebihan kata, 1 kali salah sebut tempat, salah sebut
kelas, dan tentu saja salah sebut nama. Khusus untuk nama terjadi dua
kali. Yang pertama masih bisa ditolerir, hanya salah satu huruf, tapi
yang kedua nggak. Salah sebut namanya sampai nyebut nama tokoh lain!
Wajar sih ya, heheh. Masalah typo,
maksudku. Lagipula, bahasa conklang-nya ini cukup unik karena
menggunakan aksara jawa (ha-na-ca-ra-ka). Paling suka adalah adanya
salam sejenis Assalammualaikum dalam bahasa Kedhalu. Dan nama karakter
yang paling aku suka adalah nama semua tokoh keluarga Luminya.
Aku juga merasa aneh dengan kata “Avatar”
di sinopsisnya. Apakah avatar di novel ini seperti avatar pada serial
animasi besutan Nickelodeon yang bisa menguasai unsur alam–seperti salah
satu cabang pugabha? Dan anehnya lagi, kenapa aku tidak menemukan satu
kata avatar pun di dalam bukunya?
Mungkin kamu kurang teliti dan melewatkannya, Jun.
Mungkin. Atau mungkin juga kata avatar itu di-Kedhalu-kan juga seperti Atlantis?
Dan ada lagi yang membuatku lebih bingung
daripada kasus kedatangan Bupha. Masalah “konsep” keturunan Lunez
(budak setia salah satu Raja yang kuat) dan Nibiru. Aku tidak terlalu
mempermasalahkan Nibiru, tapi lebih ke Lunez. Kok bisa keturunan si
Lunez si ITU? Hal ini sempat membuat keningku berkerut selama beberapa
hari, heheh. Apa mungkin si ITU adalah hasil… ah, sudahlah
Overall, buku Nibiru dan Kesatria Atlantis, seperti yang aku tulis di atas, lumayan.
Salah satu daya tarik buku ini adalah
konsep pugabha-nya yang diusung. Meski aku juga dibikin terkagum-kagum
dengan teknologi tinggi milik Atlantis yang dihadirkan oleh Tasaro GK.
Dan tercengang dengan endingnya yang sangat super duper tak terduga!
Membuatku menelorkan (?) Tiga mangkuk semur (?!) untuk buku yang rencananya akan dibikin tetralogi ini.
0 comments:
Posting Komentar