The Secret Garden
Penulis: Frances Hodgson Burnett
Penerbit: Qanita (an imprint of Mizan Pustaka)
Tahun terbit: 2016
Tebal: halaman
Genre: Klasik - Realistic Fiction
Target: Teen (13 tahun ke atas)
Score: Almost Delicious!
Kalimat pertama The Secret Garden
: Ketika Mary Lennox dikirim ke Misselthwaite Manor untuk tinggal bersama pamannya, semua orang mengatakan dia adalah anak paling menyebalkan yang pernah mereka lihat.
Setelah bertahun-tahun mencari The Secret Garden, dengan cover yang bagus, akhirnya aku mendapatkannya juga!
Meski yang ada di tanganku kini bukan edisi yang bikin aku galau bertahun-tahun.
Tapi desain dari tim Qanita ini tak kalah keren dari desain edisi tersebut. Coba deh lihat fotoku di bawah ini:
Selain jauh lebih bagus dari cover edisi sebelumnya, desainnya yang terbaru ini membuatnya susah untuk tidak memilikinya x))
Padahal nih, percaya atau tidak, aku tidak tahu sebenarnya nih buku ceritanya soal apa xD
Yang aku tahu buku ini karya Frances Hodgson Burnett.
Yang aku tahu, setelah menyelesaikan A Little Princess, aku harus membaca karya Frances yang lain.
"Aku tak pernah melihat anak kecil berperangai lebih rusak daripada anak ini," pikir Mrs. Medlock.
The Secret Garden masih menggunakan tokoh gadis kecil sebagai tokoh centralnya, dan masih diceritakan dengan sudut pandang orang ketiga. Tapi berbeda dengan Sara Crewe dari A Little Princess yang bikin jatuh cinta sejak awal pertama kita mengenalnya, Mary Lennox justru menimbulkan kesan sebaliknya.
Dia mudah sekali dibenci.
Terlahir sebagai anak yang tak pernah kekurangan apapun, membuat Mary menjadi anak yang manja. Mary mau ini, maka dia akan mendapatkannya. Mary mau itu, maka dalam sekejab hal itu tersedia. Bila tidak dituruti, Mary tinggal merengek atau menangis atau mengamuk seperti orang kerasukan, dan apa yang awalnya 'tidak' dengan instan berubah jadi 'iya'. Membuatnya menjadi orang terfavorit terakhir di rumahnya.
Eh ya ampun, enggak sadar paragraf di atas berima x))
Hingga, seperti yang bisa diduga, sesuatu terjadi.
Wabah.
Wabah datang di daratan India.
Membuat banyak orang terpaksa menghembuskan napas terakhir mereka.
Membuat Mary Lennox kehilangan kedua orangtuanya.
Membuat Mary Lennox mau tak mau mesti tinggal bersama kerabat jauhnya.
Yang tak pernah dikenalnya.
"Jadi, " kata Mrs. Medlock. "Bagaimana pendapatmu?"
"Tidak tahu," jawab Mary. "Aku tidak tahu apa-apa soal tempat seperti itu."
Jawaban itu membuat Mrs. Medlock seperti tertawa singkat.
"Eh!" ujarnya, "kamu ini seperti wanita tua. Apa kamu tidak peduli?"
"Tidak penting," sahut Mary, "apakah aku peduli atau tidak."
Di rumah kerabatnya tersebut, Mary mengira akan mendapatkan perlakuan yang sama dengan yang didapatnya di India: dituruti apapun kemauannya, disirami dengan rasa hormat seakan-akan dia putri raja. Ternyata tidak. Dia mendapatkan pelayan yang cukup lancang tapi yang entah bagaimana justru membuatnya kagum.
Mungkin karena terbiasa mendapatkan 'iya' dengan mudah, Mary Lennox jadi terheran-heran ketika ada yang keukeh menjawab 'indak'. Mau tidak mau dia mesti melakukan banyak hal sendiri. Belajar melakukan banyak hal sendiri. Yang lama kelamaan membuatnya jadi terbiasa.
Lalu ...
Hnn, apalagi yang mesti diceritakan?
Ah ya, kenapa judulnya The Secret Garden.
Ada misteri di rumah kerabat Mary Lennox. Rumah itu sangat sangat sangat besar. Mungkin malah menyerupai kastel. Ada banyak sekali kamar di rumah itu tapi hanya sedikit yang digunakan. Belum lagi suasananya sangat muram, semuram pemiliknya.
Mary kemudian mendengar, sebelum istana (?) itu berubah seperti itu, istana itu sempat menjadi tempat paling meriah di dunia. Mary juga mendengar, dulu ada sebuah taman yang indah sekali di halaman. Tapi semenjak peristiwa yang mengubah itu, taman itu ditutup dan dikunci, keberadaannya dirahasiakan dari dunia.
Mary yang berubah jadi anak yang penasaran mencoba mencari tahu keberadaan taman itu. Berhasilkah dia?
Tentu saja berhasil.
Tapi kalian mungkin akan dibuat terpukau bagaimana dia menemukan taman itu: dia mendapatkan bantuan dari sumber yang tak disangka-sangka :')
"Kalau kau berputar ke sana, kau akan sampai di kebun-kebun," kata Martha, sambil menunjuk ke sebuah gerbang di dinding semak belukar. "Banyak bunga di musim panas, tapi tak ada yang mekar sekarang." Dia seperti ragu sejenak sebelum menambahkan. "Salah satu kebun dikunci. Tak seorang pun masuk ke sana selama sepuluh tahun."
Jujur, dibanding A Little Princess, The Secret Garden ini masih bukan tandingannya. Eits, tapi bukan berarti buku ini tidak layak dibatja.
Buku ini amat sangat layak dibatja. Bahkan aku menganjurkan buku ini dibatjakan atau didongengkan kepada adik atau buah hati teman-teman. Pesannya dan ajakannya untuk bermain dan mencintai alam sangat bagus. Aku sendiri bahkan jadi ingin berkebun, dan mencatat dalam hati, bila nanti aku dan pasanganku punya rumah, kami akan menyisakan sebidang tanah untuk berkebun. Terutama untuk menanam tomat dan cabe, karena aku suka mereka, dan bebungaan seperti mawar dan lavender .
Yang semoga segera terlaksana x))
Ada satu kutipan di The Secret Garden yang tampaknya merupakan kutipan terdahsyat di buku ini:
Aku setuju dengan kutipan tersebut. Dunia ini memang seperti taman. Taman berisi seluruh cuplikan kehidupan; benih ditanam, disiram dan diberi pupuk, kemudian tunas kecil mencuat menyapa dunia, kemunculannya membuat kita bahagia, dan secara tidak sadar membuat kita lebih keras lagi dalam merawatnha, tunas itu kemudian bertumbuh makin tinggi dan tinggi dan tinggi, dan saat waktunya tiba, dia akan layu, dan meninggalkan benih-benih lain untuk ditanam di bekas tempatnya atau di tanah baru.
Seandainya saja The Secret Garden ditujukan pada orang dewasa dan bukan anak-anak. Sehingga halamannya bisa dibikin lebih banyak.
0 comments:
Posting Komentar