The Rosie Project
Penulis: Graeme Simsion
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2015
Tebal: 376 halaman
Genre: Romance - Komedi
Target: Adult! (17tahun ke atas)
Score: Delicious!
Kalimat pertama The Rosie Project
: Aku mungkin sudah menemukan solusi untuk Urusan Istri ini.
The Rosie Project adalah buku Graeme Simsions pertama yang kubaca.
Dan tidak akan jadi buku terakhirnya karena dia berhasil membuatku terpesona lewat karyanya ini!
The Rosie Project berkisah mengenai kehidupan Don Tillman yang sedang mencari istri.
Tidak ada yang salah dengan Don Tillman. Dia sehat. Dia punya pekerjaan mapan. Dia mencintai pekerjaannya. Tampangnya juga tak buruk-buruk amat. Jadi kenapa dia masih belum punya gandengan di usianya yang ke-39? Kenapa profesor genetika di salah satu kampus terbesar di Australia itu tidak pernah mengalami kencan kedua?
Kemungkinan besar, dia ingin sosok istri yang sempurna.
Yang sesuai dengan kriterianya.
Yang mau menerimanya apa adanya.
"Don?" Itu Julie, masih di telepon. "Kapan kita bisa bertemu?"
Segalanya sudah berubah. Prioritas sudah bergeser.
"Tidak bisa," ujarku. "Jadwalku sudah penuh."
Aku bakal membutuhkan semua waktu luang yang ada untuk proyek baruku.
Proyek Istri.
Lalu terciptalah Proyek Istri, sebuah survey ilmiah bikinan Don sendiri guna menyeleksi dan menemukan mitra hidup yang tepat dan sesuai baginya.
Tapi, tentu saja, hal itu tidaklah mudah.
Banyak wanita yang langsung gagal dalam survey. Banyak wanita yang tidak memenuhi standarnya. Ada yang nyaris lulus survey, tapi ada satu hal fatal yang meruntuhkan seluruh jawaban awalnya. Ada yang membuat kagum Don, dan memenuhi standar mitra hidupnya, tapi ternyata dia punya kebiasaan yang membuat Don bertanya-tanya, apakah dia siap menjalani hidup dengan kebiasaan yang mungkin bertentangan dengan apa yang disukainya selamanya?
Kemudian, pada suatu hari, datanglah Rosie.
Wanita yang dipastikan lulus sebagai bukan calon istri Don yang tepat.
Apa yang ada pada dirinya meneriakkan segala hal yang tidak sesuai standar Don.
Namun, tanpa disangka-sangka, sikap Rosie yang meledak-ledak, berhasil mengguncang dunia Don yang teratur, rapi, dan terjadwal, menjadi sesuatu yang menyerupai kapal pecah.
Don tak percaya sihir, tapi juga tak bisa menemukan alasan yang logis untuk menjelaskan tindakannya, dia melakukan apa yang seharusnya mustahil dilakukannya: dia mengesampingkan Proyek Istri yang merupakan prioritas utamanya, dan malah membantu Rosie, yang merupakan orang asing baginya, menemukan jawaban akan permasalahannya.
... Tetapi aku melihat risiko bahwa pada suatu titik aku akan menyakiti perasaannya dengan memberitahukan bahwa dia telah dieliminasi untuk dipertimbangkan dalam Proyek Istri setelah kencan pertama.
"Jadi itulah yang kaucemaskan," ujar Claudia. "Menyakiti perasaannya?"
"Tepat."
"Itu bagus sekali, Don."
"Tidak tepat. Itu masalah besar."
"Maksudku bahwa kau peduli pada perasaannya. Dan kau menikmati kebersamaan kalian?"
"Amat sangat," ujarku, menyadari hal itu untuk pertama kalinya.
Kekuatan utama The Rosie Project adalah karakter utamanya: Don Tillman.
Bagaimana menjelaskannya tanpa membuat Don tersinggung, ya?
Aku rasa Don adalah aspies, orang dengan asperger.
Dia suka hal-hal berbau teknis. Dia punya ketertarikan yang kuat dalam bidang keilmuan. Dia suka keteraturan yang ekstrim. Tergila-gila pada kerapihan dan jadwal. Dia menjadwalkan semua hal sedetail-detailnya. Dan bila keteraturan itu terganggu, dia akan gusar bahkan marah. Dan, tampaknya, dia punya kecenderungan sulit memperlihatkan emosinya.
Don tidak mengatakan dirinya aspies. Tapi ada satu paragraf yang membuatku cukup yakin:
... "Tetapi ini berbeda. Kalau mereka tidak berubah, mereka tidak akan pernah memilikk hubungan nyata--mereka takkan pernah memiliki pasangan." Ini argumentasi yang masuk akal, dan bisa kupahami, mengingat kesulitan-kesulitanku sendiri dalam bidang tersebut.
Tidak bisa dikatakan sebagai bukti (?) kuat sih. Tapi ada kemungkinan bahwa Don memang aspies, bukan?
Walau, tentu saja, kemungkinan dia non-aspies juga besar.
Bisa saja dia hanyalah seorang pria dengan keunikan-keunikan yang aku sebutkan di atas. Dan bila benar demikian, maka Don membuatku jadi penasaran, sama seperti ketika aku penasaran dengan tokoh Troy Mardian dari Love, Hate, and Hocus Pocus, apakah tokoh seperti dia ada di dunia nyata?
Sementara Rosie ... Tidak seunik Don, tapi bukan berarti dia tidak sama menariknya. Rosie merupakan tipe-tipe karakter yang mudah disukai, dengan semangatnya yang gampang berkobar dan menular.
Tidak heran Don suka berada di sekitarnya.
Meski Rosie tidak akan pernah bisa lulus menjadi istrinya bila Don tetap berpatokan pada survey ilmiah buatannya.
Tapi hal itu sendiri bukan masalah bagi Rosie. Menurut Rosie, Don itu gila. Menurut Rosie juga, setelah beberapa lama mengenalnya, Don itu tidak memiliki hati, dan tidak memiliki kemampuan mencintai. Karena setiap kali melakukan apa saja, Don menggunakan pikirannya. Logika, logika, logika. Untung, rugi. Sebab, akibat.
Lalu apa gunanya merajut benang asmara bila salah satu pihak tidak merasakan unsur terpenting dalam sebuah hubungan?
catatan: kutipan di bawah ini mengalami banyak pemangkasan.
"Kau mau naik?" tanya Rosie.
--
"Sudah sangat larut," ujarku. Aku yakin ini cara yang dapat diterima secara sosial untuk mengatakan bahwa aku hanya ingin pulang.
"Tarif taksi akan turun lagi saat pagi."
Kalau aku tidak salah mengerti, aku tengah berada dalam situasi yang sama sekali di luar pemahamanku. Aku butuh yakin bahwa aku tidak salah mengartikan Rosie.
"Apakah kau mengusulkan aku menginap?"
"Mungkin. Pertama-tama kau harus mendengarkan kisah hidupku."
--
"Sayangnya ada beberapa aktivitas yang sudah kujadwalkan besok pagi." Rutinitas, kenormalan.
--
"Don, bolehkah aku bertanya kepadamu?"
"Satu pertanyaan."
"Apakah kau menganggapku menarik?"
--
"Aku tidak terlalu memperhatikan," ujarku kepada wanita paling cantik di dunia.
Aku mengenal The Rosie Project dari Goodreads.
Aku tidak ingat di mana persisnya, bisa jadi ada di daftar rekomendasi buku-buku romance comedy, bisa juga di daftar 'Readers also enjoy' ketika aku membuka salah satu halaman (di Goodreads) buku-buku Sophie Kinsella.
Atau bisa juga di tempat lainnya.
Yang jelas, ketika mendapati judul ini di daftar preorder salah satu teman yang punya usaha toko buku online, tanpa banyak pertimbangan aku langsung memasukkan buku ini ke dalam wishlist.
Iya, tidak langsung beli. Saat itu aku sedang boqeq parah, hahah.
Dan beruntunglah ada kak Nurina, yang mengadakan kuis dan memberiku buku ini sebagai hadiahnya.
Plotnya benarnya biasa saja. Lelaki ketemu perempuan, mereka berteman, mereka saling tolong, mereka saling memahami, dan seterusnya. Yang membuatnya unik, seperti yang aku bilang di atas, adalah karakter tokoh utamanya: Don.
Tidak ada yang bisa kukomplain dari ceritanya. Ceritanya bagus. Rapi. Twistnya mudah ditebak, tapi itu sudah biasa. Maksudku, aku tidak mudah dibikin terkejut. Jadi ya sudah bisa kuduga bahwa akhir dari proyek yang mengawali mereka bersama hasilnya adalah itu (?)
Psst, spoiler alert, di antara Proyek Istri dan Proyek Rosie, ada satu proyek yang menjadi jembatan dua proyek tersebut.
Oh satu hal mungkin yang kurang. Sampulnya.
Sampulnya bagus, jangan salah. Jenis sampul yang aku suka. Sederhana dan menggambarkan salah satu aspek bukunya: hobi tokoh utamanya. Fontnya juga. Baik untuk tulisan judul dan nama pengarangnya. Jenis yang bakal menarikku mendekat. Namun, meski fontnya bagus, menurut mata objektifku, fontnya agak sulit untuk dibaca. Apalagi dari kejauhan. Jadi ya, selain menjadi daya pikatnya, sampulnya yang didominasi warna merah muda itu juga bisa membuat orang berpaling melihat ke arah buku lain.
P. S. Denger-denger The Rosie Project hendak diadaptasi ke layar lebar. Proyeknya udah lama sih tapi belum ada tanggal pasti kapan rilisnya. Katanya juga Jennifer Lawrence yang bakal jadi Rosie, tapi mungkin karena sibuk dengan proyek lain dia memilih meninggalkan proyek ini. Yah, semoga cepat rilis.
Mungkin itu sihir paling kuno, yanh orang biasa sebut dengan cinta.
BalasHapus