Percy Jackson and the Olympians: The Titan's Curse by Rick Riordan

Percy Jackson and the Olympians: The Titan's Curse

Penulis: Rick Riordan
Penerbit: ePenguin
Tahun terbit: 2008
Tebal: 304 halaman
Seri: Percy Jackson and the Olympians #3
Genre: Fantasi - Mythology - Adventure - Suspense
Stew score: Almost - Yummy!
Target: Teen (12 tahun ke atas!)

Sececap Percy Jackson and the Olympians: The Titan's Curse

Grover memanggil, meminta bantuan. Kali ini bukan karena dia hendak dimakan, atau dijadikan pengantin, melainkan bantuan untuk makin menjamin keselamatan dua blasteran yang ditemukannya.

Dua blasteran itu kakak-beradik: Bianca dan Nico di Angelo.


Grover meminta bantuan karena monster kali ini bukan seperti guru matematika Percy di buku pertama, tapi lebih seperti monster di buku kedua, yang tampaknya berdiri sendiri atau bukan suruhan para dewa Olympia.

Tapi setelah usut punya usit, monster ini adalah bawahan dewa Titan yang menyebut dirinya Jenderal.

Tidak ada yang tahu siapa Jenderal ini kecuali Dewi Artemis yang kebetulan muncul bersama para huntress/pemburu wanita-nya.

Dikepung oleh banyak anak blasteran, salah duanya adalah anak dewa tertinggi: Percy yang anak Poseidon dan Thalia yang anak Zeus, seekor satyr, dan Artemis beserta pengikutnya, monster itu pun memutuskan untuk kabur. Tapi dia kabur dengan tangan kosong.

Lah, bagus dong berarti?

Tidak. Dia kabur dengan Annabeth menggelantung di balik punggungnya!

Citarasa Percy Jackson and the Olympians: The Titan's Curse

Buku ketiga ini masih sama bagusnya dengan buku sebelumnya. Tapi adegan mimpinya yang bejibun itu mulai sangat mengganggu. Adegan mimpi ini membuat Percy begitu istimewanya hingga mendapatkan mimpi-mimpi penting seperti itu. Apakah karena dia sang terpilih lantas dia mendapat visi penting, bahkan termasuk visi yang merupakan rencana musuh?

Adegan mimpi yang bejibun itu sontak menghancurkan imajinasiku bahwa kisah ini... ada dan nyata. Tapi aku apa yang dialami Percy ini jelas fiksi belaka. Adegan mimpi itu menunjukkan bahwa apa yang dialaminya adalah settingan alias fiksi belaka.

Aku tahu memang adegan itu settingan belaka, tapi adegan demi adegan, walau kadang ada yang bagus, gara-gara mimpi itu, tak kunjung bikin aku percaya bahwa adegan yang dialami Percy ini benar-benar terjadi. Seperti di Harry Potter, contoh yang bikin aku percaya.

Selain diperkenalkan dengan Bianca dan Nico, juga Artemis (serta pengikutnya) dan Apollo, dan tentu saja dengan si Jenderal Titan, pembaca juga dikenalkan oleh cewek biasa yang bukan blasteran tapi bisa melihat menembus kabut: Rachel Elizabeth Dare.

Dan jujur, Rachel ini, bagiku, jauh lebih oke dibanding Annie Bell, eh, Annabeth.

Adegan paling mengejutkan di Percy Jackson and the Olympians: The Titan's Curse ini adalah saat ada manusia biasa (bukan blasteran), tapi bukan Rachel E. Dare, yang mencoba melawan monsters dan dewa. Saat hal ini terjadi aku bergumam, "Akhirnya! Memang benar seri ini (tapi mulai dari buku ini) bahwa setiap orang punya pahlawan di dalam diri mereka, seperti yang digadang-gadangkannya."

[Secara dua buku pertama potret pahlawan hanya digambarkan dari anak-anak blasteran saja.]

Secara keseluruhan, Percy Jackson and the Olympians: The Titan's Curse masih sama bagusnya seperti tiga prekuelnya. Ada satu bagian kematian yang agak aneh, tapi sudah aku duga bakal menimpa tokoh satu itu. Kematian itu tampaknya disengaja untuk dijadikan satu dari sekian plot yang akan menggerakkan ceritanya di buku selanjutnya. Dan diantara ketiga prekuelnya, meski aku suka klimaksnya, aku tidak suka endingnya. Pertama, Thalia, putri Zeus, "seakan-akan disingkirkan dari ranah perhatian pembaca." Dia punya kans besar disukai lebih banyak pembaca dari Percy secara, kecuali bisa bahasa kuda, dia hampir punya kesamaan dengan Percy. Dan dia punya dua keunggulan: tampilan yang oke dan lebih kuat secara kekuatan. Tapi bagian "kritik musik"-nya bikin aku penasaran, tampaknya dia itu music lover banget, terbukti dari dia baru saja bangun tapi sudah up to date banget. Kedua, percakapan antara Percy dan Nico, dan tuduhan Nico pada Percy yang tidak pada tempatnya. Tuduhan yang bakal merembet hingga ke buku selanjutnya. Tuduhan dengan alasan yang sangat payah dan tidak kuat sama sekali.

Tuduhan apa itu? Nanti aku beberkan di review sekuelnya: PJO The Battle of the Labyrinth =))

Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
| | | read big

0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!