Alice's Adventure in Wonderland by Lewis Caroll

Alice's Adventure in Wonderland

Penulis: Lewis Caroll
Penerbit: Puffin Books
Tahun terbit: 2014 (first published in 1865)
Tebal: XII + 152 halaman
Genre: Klasik - Fantasi - Adventure
Target: Children (11 tahun ke atas!)
Score: Sugar Free!

kalimat pertama Alice's Adventure in Wonderland

: Alice was beginning to get very tired of sitting by her sister on the bank, and of having nothing to do: once or twice she had peeped into the book her sister was reading, but it had no pictures or conversations in it, 'and what is the use of a book,' thought Alice, 'without pictures or conversation?'

Akhirnya, aku tahu cerita original Alice's Adventure in Wonderland.

Selama ini aku hanya tahu dari adaptasi filmnya. Dan retelling kisahnya seperti di Alice in Zombieland, yangpada akhirnya aku DNF karena kisahnya agak absurd. Walau setelah dibandingkan dengan versi originalnya, Alice in Zombieland lebih menegangkan secara plot dan tak terlalu absurd-absurd amat.

Plot di Alice's Adventure in Wonderland sebenarnya sederhana saja. Alice membuntuti kelinci yang terburu-buru. Dia masuk ke lubang kelinci yang tampaknya tak berdasar, karena dibutuhkan waktu yang sangat lama bagi Alice untuk mencapai dasarnya. Makanan dan minuman di Wonderland mengubah ukuran tubuh pemakannya. Tapi tidak sesederhana di adaptasi filmnya, yang sekali minum Alice menciut, yang sekali makan Alice membesar. Di buku Alice sempat salah makan dan lehernya, hanya lehernya, jadi super panjang.

Dan acara makan dan minum ini berlangsung dari awal hingga akhir.

Begitu Alice berhasil keluar dari ruang pendaratan,ia mulai bertemu beberapa warga asli Wonderland. Dari Tikus yang super sensitif hingga Ratu yang kalau marah suka berteriak, 'Off his/her head!'
"How do you know I'm mad?" said Alice.
"You must be," said the Cat,"Or you wouldn't have come here."
Sebagai pecinta klasik, aku agak gimana dengan buku ini. Dari segi plot, buku ini tak memberi apa-apa yang berarti. Semuanya terasa random dan aneh dan full of wonder (pertanyaan, pertanyaan, pertanyaan). Tapi dari segi tokoh, banyak tokoh yang ... lain dari yang lain. Atau semuanya pada gila.

Alice yang begitu penasaran dan suka ngomong dengan diri sendiri. Dia bahkan kadang membayangkan sedang ngomong dengan tokoh yang dibikinnya sendiri dan dia berpura-pura menjadi tokoh tersebut. Dia karakter yang cukup lucu.

Kelinci yang membawa jam. Yang selalu terburu-buru. Yang selalu panik. Yang entah kenapa, dan sangat aneh, mondar-mandir di hadapan Alice tanpa benar-benar menyadari keberadaannya.

Mad Hatter. Tentu kalian tahu sekali dengan tokoh satu ini. Karakternya unik, walau tidak selovable di adaptasi film buatan Tim Burton. Dia aneh, dan melemparkan teka-teki yang nampaknya hingga kini jawabannya jadi perdebatan banyak pembaca di seluruh sudut dunia. Dan yang lebih aneh lagi, atau brilian?, topi yang dipakainya kemana-mana ternyata barang dagangan.

Dan oh, dalam obrolannya bersama Alice, Hatter sempat menyebut soal Time, yang mengalami sesuatu sehingga dia dan temannya terjebak di jam minum teh sore. Tampaknya dari sinilah adegan di adaptasi film Through the Looking Glass yang baru saja diputar di bioskop pada akhir tahun lalu.

Kelinci gila teman minum teh Hatter yang memang gila dan ternyata tuan rumah pesta teh.

Tikus, teman minum teh Hatter dan Kelinci Gila, yang selalu mengantukdan jatuh tertidur. Berbeda dengan adaptasinya, di buku dia jantan, sedang di adaptasi film Tim Burton dia betina. Atau setidaknya aku mengira dia betina.

Lalu ada Queen of Hearts. Ratu semena-mena yang suka menghukum pancung banyak orang. Di buku pertama ini belum disebut soal Red Queen dan White Queen. Apakah mereka tokoh asli atau hanya rekaan demi untuk memberi plot pada adaptasinya?Atau mereka baru muncul di buku kedua? Tapi adegan mengecat mawar putih menjadi merah ada di buku. Hanya saja bukan Alice yang melakukannya.

Si Cacing bijak yang merokok di atas jamur.

Dan, tentu saja, ada The Cheshire Cat. Satu-satunya tokoh dalam buku ini yang tampaknya memiliki kekuatan gaib berupa, yang kita semua tahu, invisibility. Dia lucu, dan merupakan karakter favoritku.

Si kembar belum muncul. Kemungkinan baru di buku keduanya, yang Through the Looking Glass.

Dan masih ada banyak tokoh unik lainnya yang tidak diangkat ke adaptasi filmnya. Yang juga baru kuketahui setelah membaca versi originalnya.
"Would you tell me, please, which way I ought to go from here?"
"That depends a good deal on where you want to get to," said the Cat.
"I don't much care where--" said Alice.
"Then it doesn't matter which way you go," said the Cat.
Tidak sedikit orang yang mempertanyakan kenapa Alice's Adventure in Wonderland masih diperbincangkan hingga sekarang, 'Kenapa cerita super random kayak gini bisa bertahan ratusan tahun?'

Menurutku,salah satunya karena banyak spekulasi tentang arti dari buku anak-anak ini.

Banyak yang berpendapat buku yang dicetak jutaan kali ini mengandung makna yang lebih dari yang diungkapkannya. Kendati penulisnya sendiri menyebut karyanya sebagai book of nonsense (yang mungkin sebagai upayanya untuk merendah atau benar-benar jujur), tidak sedikit orang yang merepresentasikan apapun yang ada di Alice sebagai simbol dari sesuatu.

Dan mungkin saja itu benar. Alice yang serba ingin tahu mungkin mewakili manusia pada umumnya: yang selalu penasaran, yang selalu mempertanyakan banyak hal, tapi juga bisa beradaptasi dengan banyak keanehan yang disuguhkan dihadapannya. Lalu,kelinci putih yang selalu gugup dan menatap waktu adalah mereka-mereka yang selalu bekerja dalam tenggat waktu,yang terlalu fokus pada pekerjaannya sehingga kadang hal di sekitarnya terlewat olehnya. Dan seterusnya. Dan sebagainya.

Dan meski plotnya super random, beberapa isu sosial kadang muncul dalam ocehan Alice di buku petualangannya ini.

Di kubu yang lain, banyak yang berpendapat Alice merupakan pasien rumah sakit jiwa. Dan mungkin juga ini benar. Meski pun apa yang dialami Alice penuh keajaiban, bisa jadi itu semua hanya terjadi di kepala Alice. Atau bisa jadi makhluk-makhluk yang ditemui Alice adalah cara Alice merepresentasikan teman-teman di lokasi dia dirawat. Hal ini memungkinkan salah satunya karena ending di buku ini yang seolah menunjukkan apa yang terjadi di Wonderland hanya terjadi di kepala Alice saja.

Yang membuat Alice's Adventure in Wonderland seolah-olah bukan buku fantasi.

Bagiku yang suka berpikir sederhana, apa yang dialami Alice ... seperti apa yang dituturkan oleh penulisnya. Meski random, meski tak ada plot berarti,aku tidak menganggapnya omong kosong belaka, karena dalam beberapa bagian Alice terkadang membagikan pikirannya mengenai dunia pada zamannya (yang sebagian masih relevan hingga sekarang). Dan bagaimana dia bisa bilang gitu kalau dia dirawat di tempat yang mencegah pasien keluar lingkungan perawatan?

Aku tidak ambil pusing dengan teka-teki yang ada di dalamnya. Dan terutama teka-teki tanpa jawaban yang dilontarkan Mad Hatter. Tapi aku mengakui bahwa Lewis Carroll adalah penulis yang hebat. Dia pandai merangkai kata. Dia tahu bagaimana bermain-main dengan mereka. Dia tampaknya sudah terbiasa dengan kalimat-kalimat berima dan homonim beserta saudaranya.

Dan terlepas dari itu, hal-hal teknis dan sebagainya, Mr. Carroll (not his real name) telah menorehkan sejarah dan meninggalkan warisan berupa karya anak-anak, Alice's Adventure in Wonderland, yang dikenang hingga ratusan tahun; hingga kini. Dan telah menginspirasi banyak penulis untuk membuat retelling kisah Alice.
"I'm a poor man, your Majesty," the Hatter began, in a trembling voice, "--and I hadn't begun my tea--not above a week or so--and what with the bread and butter getting so thin--and the twinkling of the tea--"
"The twinkling of the what?" said the King.
"It began with the tea," the Hatter replied.
"Of course twinkling begins with a T!" said thr King sharply. "Do you take me for a dunce? Go on!"

0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!