Saving Francesca
Penulis: Melina Marchetta
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2006
Tebal: 304 halaman
Genre: Realistic Fiction - Family Fiction - Mental Health Fiction - Coming of Age - Friendship Fiction - School Fiction - Australian Literature - Romance
Target: Young Adult (15 tahun ke atas!)
Score: Delicious!
Kalimat pertama Saving Francesca
: Pagi ini, ibuku tidak bangun dari tempat tidur.
Don't judge a book by its cover tampaknya sangat pas untuk ditujukan pada buku ini; Saving Francesca.
Coba kalian perhatikan covernya di samping. Kalau kalian menemukannya di toko buku, apakah kalian akan mengambilnya dan menebusnya di kasir? Kalau jawabannya tidak, berarti kita berada di perahu pesiar yang sama! Covernya, bagiku, tidak mengundang selera sama sekali. Seandainya aku tidak tahu mengenai penulisnya, Melina Marchetta, mungkin aku tidak akan memandang buku ini dua kali :))
Hal yang cukup disayangkan. Padahal isi Saving Francesca ini keren bengot (?) mahadewa!!
Tapi tidak ada yang terdengar karena sepertinya tombol suara dalam kehidupan kami sudah dimatikan. Tidak seorang pun punya sesuatu untuk dikatakan.
Saving Francesca berkisah mengenai hidup Francesca yang kontan terguncang ketika ibunya memutuskan untuk terus-menerus berada di atas tempat tidurnya dan tak mau bangun lagi. Tidak, ibunya tidak meninggal. Lebih buruk, ibunya masih hidup tapi kehilangan keinginannya untuk hidup. Hal yang tak pernah terpikirkan sama sekali oleh keluarganya, terutama karena sang Ibu dikenal sebagai orang yang paling ceria dan penuh dengan energi positif di keluarganya.
Tapi itu terjadi. Ibu Francesca depresi. Dia tak mau turun dan keluar dari tempat tidur. Dia tak mau makan. Dan mandi. Dan memasak. Dia berhenti meneriaki Francesca dan Luca, adiknya, seperti biasa. Padahal dia-lah pusat kehidupan keluarganya. Dia-lah yang paling berbakat di antara suaminya dan anak-anaknya. Dia-lah yang mengurus dan membereskan semuanya. Jadi bisa dibayangkan bagaimana kondisi rumah mereka setelah ibunya terjatuh ke dalam jurang depresi?
Untunglah Francesca masuk ke sekolah baru dan bertemu dengan teman-teman baru. Kendati pada awalnya dia merasa salah tempat, kesepian, terasing, singkatnya dia benci dengan sekolah barunya, sedikit demi sedikit dia belajar bahwa di tempat itulah dia menemukan teman-temannya yang sejati.
Saving Francesca bukanlah buku Melina Marchetta pertama yang aku baca. Buku pertama karyanya yang kubaca adalah Looking for Alibrandi. Tapi aku sudah lupa seperti apa cerita novel tersebut. Yang aku ingat, novel itu berkisah soal cewek dari keluarga Alibrandi, yang jumlah keluarganya banyak, sedang mencari jati diri, dan saat membacanya aku diserang bosan berkepanjangan.
Namun meski begitu, aku menyelesaikan Looking for Alibrandi. Tanpa skip. Mungkin karena dulu statusnya buku pinjaman dan tak ada bacaan lain, hahah.
Dan setelah merenungkannya, aku rasa aku tahu kenapa banyak yang suka buku tersebut tapi buku tersebut tidak berhasil padaku. Kemungkinan pertama, aku memang belum bisa menikmatinya. Kemungkinan kedua, buku itu cukup berat untuk diriku yang dulu yang masih duduk di bangku MTs kelas tiga.
Jadi, begitulah awal perkenalanku dengan Melina Marchetta.
Bertahun-tahun kemudian, banyak dari teman-temanku merekomendasikan buku fantasi bikinan Melina Marchetta, Finnikin on the Rock yang katanya keren mahadewa. Tapi buku itu langka sekali. Aku kesulitan menemukannya. Tapi kemudian, aku berjodoh dengan bukunya yang lain, buku yang kini aku review ini: Saving Francesca.
Di awal-awal bab pertama, aku kesulitan sekali membaca buku ini. Deskripsi dan suasana yang dibangun penulis benar-benar sangat menggambarkan kedepresian (?) dengan sangat baik. Membuatku jadi ikut-ikutan merasa kehilangan harapan dan membuatku agak malas melanjutkan ke paragraf-paragraf berikutnya.
Tapi untunglah aku berakhir melewati 'garis' itu dengan selamat dan mulai ke bab-bab berikutnya dimana Francesca berusaha berdamai dengan kondisinya yang terbaru dan mencoba untuk menerimanya.
"Aku dulu jahat, nggak? Di Stella?"
Dia menggeleng. "Kau hanya kelihatan agak ... Gimana ya ... Kau selalu ke mana-mana berkelompok, tapi sepertinya kau nggak ingin bersama mereka dan aku nggak bisa mengerti mengapa kau tetap bertahan."
Saat aku membaca sinopsis yang tercetak di sampul belakang, aku sempat mengira buku ini buku romansa dengan tokoh utama remaja galau; keluarganya berantakan, cowok idaman ternyata sudah punya pacar, teman-teman lamanya menjauhinya, teman-teman barunya ... Dia tak cocok dengan mereka, dan semua masalah itu akan terselesaikan ketika si tokoh utama bersatu dengan yang jadi love interest-nya. Tapi yang kudapat lebih dari itu. Terutama perkembangan tokoh utamanya. Dari yang nyaris mengikuti jejak ibunya ke pulau depresi, menjadi ... Apa dirinya di akhir buku. Tidak ceria dan bahagia sekali, tapi ya dia ceria. Ceria seperti ceria seseorang pada umumnya yang kadang bisa sedih juga.
Menurutku sendiri, plotnya biasa saja. Tidak ada plot twist-nya juga, seingatku. Tapi, menurutku, yang membuatnya tak biasa itu tema besar yang diangkat, para tokohnya yang terkesan nyata--meski beberapa di antaranya terkesan dreamy (bagi kalian yang suka mengidolakan cowok-cowok dua dimensi yang nyaris maha sempurna, kalian akan menemukan tidak hanya satu di sini tapi banyak! Sekolah tempat Francesca bersekolah memang sekolah khusus cowok pada mulanya sebelum akhirnya membuka diri (?) untuk jadi sekolah umum), dan sekali lagi, penggambaran tokoh utamanya yang sungguh ... Apa ya? Pokoknya terasa seperti aku ini Francesca itu sendiri. Aku merasa benci pada diri sendiri tapi aku tak ingin begitu, sama seperti yang dirasakan Francesca. Aku merasa tak berguna dan jadi beban saja. Aku merasa lingkungan baru ini tak bersahabat, dan pengen balik ke lingkungan lama yang sudah nyaman. Aku juga langsung setuju-setuju saja pada Francesca tentang pendapat awalnya (yang seenak udelnya) pada teman-temannya, tanpa mengkritisnya. Dan seterusnya. Dan sebagainya.
Bagiku, mungkin karena aku ingin banyak yang membaca buku ini, novel ini agak sulit untuk direview ... Tanpa membeberkan semuanya, hahah. Pokoknya percaya deh. Novel ini sangat bagus. Mental health-nya diramu dengan baik. Kondisi para tokohnya diramu dengan baik. Romansanya juga diramu dengan baik. Pertemanannya juga sama. Makanya aku tidak sungkan mengganjarnya dengan nilai sempurna. Sayang Saving Francesca ini agak underrated. Mungkin karena settingnya kurang familiar, karena setting tempat di buku ini bukan setting Amerika atau Eropa, melainkan Australia. Ditambah lagi cover edisi terjemahannya jelek pula. Tapi seperti yang diajarkan lingkungan pada kita, jangan nilai isi dari sampulnya. Sebab bisa jadi kemasannya jelek, tapi dalemannya (?) berenda bagus! Dan memang, isinya memang bagus sekali.
"Memangnya Anda bahagia?"
...
"Sering kali ya," jawabnya.
"Mengapa tidak setiap waktu?"
Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
Eehh... Aku punya loh novel ini, nemu di tumpukan book swap di IRF, eeenggg...dua tahun lalu. Hahahaha... Tambah berdebu lah niihh.
BalasHapusAku juga kenal Marchetta dari Alibrandi dan satu novel fantasy nya... #mateekkk 😃
Ayo dibaca, sob. Keburu makin tebal debunya :)))
Hapus