Warm Bodies [Movie Review]

Pernah membayangkan seonggok mayat hidup, alias zombie, jatuh cinta? Kemungkinan besar kalian pasti melontarkan kalimat seperti ini, "Bagaimana bisa?"

Ya, bagaimana bisa? Secara zombie, seperti yang telah kita kenal, kehilangan hampir seluruh kemampuannya kecuali indera motoriknya dan insting mereka untuk bertahan hidup--meski anehnya kenapa makanannya adalah otak atau daging dan bukannya tumbuh-tumbuhan yang (kebanyakan) kadar kolestorelnya sedikit? Nggak takut apa kena penyakit jantung? (Kali aja jantungnya masih berfungsi)

Bila reaksi kalian seperti itu, maka cobalah menonton Warm Bodies. Di mana ada zombie (lumayan) tampan jatuh cinta pada gadis cantik yang nyaris hendak disantapnya. Agak aneh, tentu saja. Bagaimana zombie bisa jatuh cinta, merasakan degupan di dadanya, kalau jantungnya tak lagi berdetak?

Dan yang lebih uniknya lagi, tokoh utamanya adalah si zombie, bukan si cewek manusia. Beda banget, tentu saja, dengan film-film zombie lainnya!

taken from fanpop.com
Adalah R, zombie lumayan tampan yang jatuh cinta itu. Semuanya berawal ketika dia lapar. Dan untuk mendapatkan "makanan" itu, dia mesti pergi ke kota.

Tidak sendirian tentu saja. Mungkin agar kemungkinan dia kembali pulang dalam keadaan "hidup", atau mungkin tepatnya setengah hidup, lebih besar. Apalagi manusia di zaman itu jelas membawa setidaknya satu alat untuk menjaga dirinya.

Sementara R dan teman-teman zombienya berjalan perlahan menuju kota, Julie, si tokoh cewek di mana nantinya R menaruh hati, bersama Dave Franco Perry (pacar Julie), Nora (sahabat Julie), dan beberapa teman lainnya ditugaskan untuk mencari obat-obatan ke kota.

Seperti yang bisa kalian tebak, dua tokoh utama bertemu di sini. Terjadi pertikaian. Para manusia menembakkan amunisinya, dan para zombie menggunakan tubuhnya dan giginya untuk menyerang balik. Hanya ada dua manusia yang berhasil selamat dan tidak terinfeksi. Satunya kembali ke naungan manusia, satunya lagi, yakni Julie, dibawa ke tempat para zombie tinggal.

Sayangnya, Perry, bukan yang kembali ke naungan itu. Pacar Julie itu tewas di tangan R. Nah, lho?

Setting Warm Bodies mengambil waktu (tak jauh dari) masa depan. Di mana zombie telah "terdaftar" sebagai salah satu makhluk penghuni bumi, dan telah membentuk komunitasnya sendiri. Dan karena R adalah tokoh utama, dan zombie-zombie tak ingat siapa mereka, dan tak ingat kenapa mereka jadi zombie, maka jangan berharap atau bertanya-tanya kenapa zombie mewabah dan menyebabkan bangsa manusia nyaris menuju kepunahan dan tersingkir dari puncak rantai makanan.

Seperti yang aku bilang tadi, dua manusia yang "selamat" tadi tak terinfeksi. Pasti kalian penasaran bagaimana Julie yang dibawa ke tengah-tengah sekelompok zombie tak membuat "indera penciuman" mereka mendeteksi keberadaannya?

Jawabannya, tentu ikut campur tangan R, tapi bagaimana dia melakukannya? Ehn, katakanlah R digerakkan oleh cinta, hahah.

Dan dimulailah hari-hari Julie menghabiskan banyak waktu di rumah R. Makan, minum, mendengarkan musik (aku tak bohong, mereka mendengarkan musik dari koleksi R), ngobrol dan lain-lain kecuali mandi.

Sejujurnya, Julie suka berada di rumah R dan di sekitarnya, tapi dia juga ingin pulang. Pulang ke naungan manusia. Pulang ke rumahnya. Tapi R memintanya untuk menunggu, sebab waktunya belum tepat. Sebab ada makhluk lain yang tak seperti Zombie yang masih bisa ditipu dengan beberapa trik, yang bahkan ditakuti zombie, yang tak bisa dikelabui.

Mereka disebut boney. Tak seperti zombie yang masih bisa menggunakan otaknya, yang tersisa dari boney hanyalah instingnya untuk bertahan hidup.

Apakah R akan mengabulkan keinginan Julie untuk pulang? Bagaimana dia akan melakukannya? Ataukah dengan berkata waktunya belum tepat hanya-lah akal-akalannya agar Julie tetap tinggal bersamanya?

Overall, kalau boleh jujur nih, aku jauh lebih suka filmnya ketimbang novelnya. Novelnya, oke-lah, lucu juga, tapi tak selucuk filmnya!

Bukan hanya kelucuannya yang membuat aku suka, tapi beberapa perubahan yang dibuat aku juga suka. Salah satu perubahan yang aku suka adalah pemindahan naungan para manusia dari stadion olahraga ke *beep* juga konfliknya yang dijadikan sedikit lebih rumit, penambahan beberapa detail yang membuatnya "masuk akal" dan penghilangan beberapa detail yang, kalau di bukunya, diambil dari kisah Romeo and Juliet.

Recommended banget-lah buat ditonton. Asal jangan mempertanyakan "apa itu zombie?" saja.

P.S.
[1] Untuk review bukunya, teman-teman bisa membatjanya di sini.

[2] Satu tips penting yang mesti kalian lakukan saat menonton filmnya: jangan memperhatikan mulut Nick Hoult (pemeran R), dari awal sampai akhir film.

[3] Entah kenapa salah satu poster filmnya dibikin nyaris sama dengan Twilight [yang gendong-gendongan (?)]

3 comments:

  1. Aaaakk! Aku suka film inih! \^^/ Nick Hoult emang cocok bgt meranin zombie xD ngakak bgt wktu adegan 'nipu' zombie lain yg d bwh pesawat, bebs :p
    next, review film Nick Hoult yg ini dong, bebs -> Jack The Giant Slayer :))

    BalasHapus
  2. Iya, ntar aku coba review yang itu. Tapi di Jun's Notes ya :)

    BalasHapus

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!