Icip-icip Delirium
Hampir seluruh manusia
di Bumi ini setuju cinta adalah hal terindah yang dimiliki manusia.
Namun, bagaimana bila cinta diidentifikasikan, dikategorikan,
digolongkan sebagai penyakit mematikan? Penyakit yang akan menggerogoti
tubuhmu perlahan-lahan hingga akhirnya rohmu terlepas?
Menurut kitab Pssst
(Pedoman Senang, Sehat, Selamat, dan Teratur), Penyakit yang paling
berbahaya adalah penyakit yang membuat kita percaya kalau kita baik-baik
saja. Dan cinta, atau bahasa ilmiahnya Amor Deliria Nervousa, menjadi
daftar teratasnya!
Tapi tenang saja, meski
cinta sudah ditetapkan sebagai penyakit oleh presiden dan Konsorsium
selama 64 tahun, para ilmuwan telah berhasil menemukan penawarnya 43
tahun yang lalu.
Setiap warga yang
berusia 18 tahun wajib menjalani prosedur penyembuhan. Terkadang dalam
beberapa kasus, prosedur itu dipercepat bila orang yang terjangkit
Deliria masuk dalam tahap mengkhawatirkan. Bisa dibilang cinta adalah
penyakit bawaan sejak lahir.
Kata orang prosedur
penyembuhan terasa menyakitkan, kata orang prosedur itu bisa menimbulkan
kerusakan otak–bahkan bisa lebih buruk, hingga tidak jarang banyak yang
takut dan gugup menjalani prosuder. Tapi tidak bagi Lena.
Lena telah siap
disembuhkan. Lena sudah tak tahan merasakan penyakit itu menggeliat di
pembuluh darahnya. Dia ingin hidup bahagia dan aman. Dia ingin terbebas
dari rasa sakit. Tapi dia harus menunggu 95 hari lagi sebelum menjalani
prosuder penyembuhan yang telah dijadwalkan untuknya.
Awalnya semuanya
baik-baik saja. Awalnya semua berjalan lancar, hingga kemudian dia
bertemu dengan pemuda berambut cokelat keemasan bernama Alex. Dan dia
jatuh cinta pada pemuda itu.
Apa yang akan terjadi pada Lena selanjutnya? Mungkinkah dia akan tetap menjalani prosedur dan melupakan cintanya pada Alex?
Setelah menikmati citarasa Delirium
Sejak melihat iklannya di goodreads, membaca sinopsisnya, aku sudah penasaran setengah mati dengan Delirium.
Hah? Batinku, cinta dianggap sebagai penyakit??
Tentu saja aku
penasaran setengah mati. Di beberapa buku yang sudah aku baca, cinta
jadi pembeda antara si tokoh baik dan tokoh jahat yang memiliki banyak
sekali kesamaan. Cinta juga menjadi alasan bagi seorang gadis mendekati
seorang pemuda yang tidak hanya berbahaya namun juga pembunuh alami
berdarah dingin. Cinta juga menjadi skenario penyelamat untuk
memenangkan Reality Show mematikan. Tapi di Delirium, cinta disebut
penyakit dan bahkan ditemukan penawarnya? Itu baru bagiku.
Beruntung Penerbit Mizan (@PenerbitMizan)mengadakan sebuah kontes di twitter “Buat cerita ala Delirium versimu sendiri” dan aku… Keluar jadi salah satu pemenangnya! \^^/
Secara cover aku lebih
suka cover versi penerbit Mizan Fantasy ini. Komposisi warna hijau tua,
kuning, merah, dan oranye membuatnya lebih semarak daripada covernya
yang asli yang didominasi warna hijau telur asin (?).
salah satu kehebatan
Lauren Oliver menurutku adalah kepiawaiannya yang tak membawa pembacanya
pergi jauh-jauh. Dia tak membuat dunia baru. Tapi merekonstruksi dunia
nyata. Bahkan tak tanggung-tanggung, dia menciptakan aturan baru dalam
dunia “baru”-nya dengan menciptakan kitab Pssst, beberapa buku seperti
Sejarah Dasar, Genesis: Sejarah Lengkap Dunia dan Jagat Raya, Sejarah
Singkat Amerika Serikat, dst hingga menciptakan lagu anak-anak sendiri,
termasuk mengubah gejala orang jatuh cinta sebagai gejala penyakit dan
membaginya dalam beberapa stadium. WOW!
Keseriusan Ms Oliver pada Delirium tidak berhenti disitu saja. Banyak hal dipikirkannya untuk membuat Delirium
“terkesan” nyata. Dia memposisikan karya sastra seperti Romeo dan
Juliet sebagai kisah menyedihkan dan sarat kekerasan. Puisi dan lagu
beraroma bebas sebagai sebagai bagian kompilasi lengkap kata-kata dan
ide-ide berbahaya. Tertawa lebar dan lepas, menangis tersedu-sedan
dikategorikan sebagai pelanggaran.
Dan sebagai
penyeimbang, Ms Oliver menambahkan Invalid (orang-orang yang hidup di
alam liar–dunia di luar tembok kota tempat orang-orang yang tidak ingin
“disembuhkan” dari Deliria tinggal) dan semacam kelompok pemberontak
yang disebut Simpatisan (coba tebak kata ini diambil dari kata dasar
apa?)
Pokoknya kalian nggak
bakal nyesel deh baca Delirium!! Terutama bagi teman-teman yang suka
dengan kisah fantasy dan kisah cinta yang sedikit unik.
Tapi ada yang bikin
jengkel dari Delirium. Ms Oliver sengaja mengakhiri Delirium tepat di
bagian klimaks. Dan dia nggak segan-segan… Well, menghindari spoiler
nih, hahah. Bikin aku nggak sabar ngebaca kelanjutan Delirium:
Pandemonium!
Satu-satunya hal yang
aku kurang suka dari Delirium adalah tempat tinggal para Invalid di alam
liar. Bertahun-tahun berlalu tapi kenapa mereka kurang berkembang?
Kenapa hanya membangun tempat tinggal yang seadanya? Mungkinkah mereka
tidak membangun kota karena takut dibumihanguskan? Mungkin saja sih,
hahah.
Delirium hanya
menemukan dua typo dan sedikit kata yang, menurutku, kurang pas
terjemahannya. Tapi jujur nih, aku agak kurang puas dengan sinopsisnya.
Bagus, tapi menurutku kurang “ngena” dan kurang bikin penasaran.
Oh iya, Delirium juga
merupakan novel pertama yang aku baca yang menuliskan nama penerjemahnya
besar-besar di bagian halaman judul. Setelah melihat perbincangannya
melalui linimas(s)a akhirnya hal ini direalisasikan, bagus-lah
Satu hal lagi mengenai
Delirium. Mizan Fantasi termasuk cepat menterjemahkan buku ini. Bukan
hitungan tahun tapi bulan! Membuatku dengan senang hati memberikan lima
mangkuk semur pada Delirium yang, katanya, akan dibikin film dalam waktu
yang aku kurang tahu, heheh.
Judul: Delirium
Penulis: Lauren Oliver
Penerbit: Mizan Fantasy
Penerjemah: Vici Alfanani Purnomo
Tebal: 520 halaman
Stew Score: 5 of 5 Bowls
0 comments:
Posting Komentar