Icip-icip City of Ember
City of Ember, satu-satunya tempat terang
di tengah-tengah kegelapan. City of Ember, satu-satunya tempat dimana
langit berwarna gelap. Satu-satunya sumber pencahayaannya adalah
lampu-lampu yang menggantung di langit-langitnya.
Lina yang sangat suka berlari sering
memimpikan dunia lain. Dunia dimana langit tidak berwarna gelap. Dunia
selain City of Ember. Secara tak sengaja menemukan sebuah kotak berisi
sebuah instruksi. Sayangnya, kertas berisi instruksi itu dikunyah oleh
Poppy, adiknya yang masih balita. Membuatnya sulit dibaca. Membuat Lina
mengira-ngira apa maksud dari siapapun-yang-menulis-intruksi-tersebut.
Lina yakin kertas instruksi itu sangat
penting. Hanya saja banyak orang dari beberapa orang diberitahunya tidak
mempercayainya. Termasuk Mayor Cole, walikota City of Ember. Malah
atasan Lina (Lina bekerja sebagai messenger) menduga kertas itu berisi
resep masakan kuno.
Ketika Lina menunjukkannya pada Clary,
sahabatnya yang bekerja di rumah kaca, Clary yang ingat beberapa kata
dari bahasa lama mengatakan bahwa instruksi itu adalah intruksi untuk
menemukan pintu keluar. Mungkinkah pintu keluar dari City of Ember?
Menurut instruksi itu, pintu keluar
berada di bawah tanah, di tempat para tukang pipa bekerja. Di tempat
sahabatnya Doon bekerja.
Berhasilkah Lina dan Doon menemukan pintu keluar tersebut?
Citarasa City of Ember
Setelah menjelajahi City of Ember,
aku merasa setiap adegannya benar-benar terjadi. Setidaknya bukan di
zaman ini. Tapi di zaman yang akan datang. Kertas yang harus diirit
penggunaannya–karena jumlahnya tinggal sedikit. Pensil warna menjadi
barang langka dan dijual dengan harga yang sangat mahal. Beberapa
buah-buahan yang sudah hilang dari peredaran atau punah. Sumpah, aku
yang biasanya menghambur-hamburkan kertas, jadi merasa… Sedikit
bersalah.
Ide cerita City of Ember
sebenarnya lumayan sederhana: Listrik. Sebenarnya, agak lucu, tapi
memang tidak ada satu orang pun di City of Ember yang tahu mengenai tata
kerja listrik. Disinilah Doon berperan aktif. Dia sering mempertanyakan
bagaimana cara membuat listrik listrik. Dia merasa yakin bahwa lampu
yang menggantung di langit-langit memiliki batas waktu dan pada saatnya
nanti akan rusak yang artinya hanya satu, kegelapan akan menyelimuti City of Ember, satu-satunya tempat terang yang mereka ketahui.
Kekuatan novel City of Ember adalah di
bab-bab awal hingga pertengahan. Bagiku, endingnya sangat kurang
memuaskan. Bagus tapi mengganjal (?). Belum lagi endingnya dibikin
menggantung!
Ada beberapa kelucuan yang bisa kita
temukan pada buku yang tidak bisa kita temukan di filmnya. Saat dua
tokoh central, Lina dan Doon, menemukan korek api untuk pertama kalinya.
Dan menyebut matahari sebagai lampu yang sangat besar (oops, spoiler! )
Lina dan Doon tentu saja berhasil keluar (terlanjur basah bikin sop iler sih, jadi ya basah aja sekalian, hahah
) Dengan cara yang sangat tidak biasa! Mereka sebenarnya ingin mengajak
para warga Ember ikut keluar menuju Dunia Baru, tapi, yah, ada orang
yang… Tidak suka dengan mereka berdua.
Secara cover, aku lebih suka versi
aslinya. Dengan warna cokelat (cokelat bukan? Nggak yakin juga sih)
mendominasi dan hanya dihiasi gambar lampu. Ketimbang cover yang
mengambil gambar dari film. Bukan karena cokelat salah satu warna
favoriteku (objektif ya), tapi karena cover yang simple itu lebih
mengundang tanda tanya dalam benak (calon) pembaca.
Meski kurang tegang, meski kurang seru
dibanding filmnya (ya, novel ini sudah diadaptasi ke layar lebar) tapi
aku tetap suka. Terutama pada idenya. Betapa kita sangat bergantung pada
listrik. Betapa saat listrik lumpuh peradaban seolah berhenti.
Untunglah pertanyaanku sejak membuka buku
ini (apa mereka tidak kenal api?) Terjawab di ending. Kalau tidak…
Mungkin empat mangkuk semur yang udah aku bikin berkurang satu karena
kuhabiskan, hahah
Judul: City of Ember
Penulis: Jeanne DuPrau
Penerbit: Mizan Fantasy
Translator: , ,
Tebal: 311 halaman
Stew Score: 4 of 5 bowls
Penulis: Jeanne DuPrau
Penerbit: Mizan Fantasy
Translator: , ,
Tebal: 311 halaman
Stew Score: 4 of 5 bowls
0 comments:
Posting Komentar