Cowok Rasa Apel
Penulis: Noel Solitude
Penerbit: Spica Solitudia (SP via Nulisbuku.com)
Tebal: 220 halaman
Genre: young-adult, romance, GLBT
Stew Score: Yummy!
Sececap Cowok Rasa Apel
Siapa yang tidak pernah jatuh cinta?
Semua orang pernah jatuh cinta. Tak terkecuali Dimas. Tak
tanggung-tanggung, dia jatuh cintanya pada murid paling ngetop aka idola
di sekolahnya. Pintar, jago main musik, dan tampan.
Tidak salah lagi, Dimas memang jatuh cinta pada cowok.
Cowok itu bernama Erik. Mungkin karena sinyal yang dikirim Dimas begitu kuat dia bisa merasakan perasaan Dimas dan, siapa sih yang mau diolok, diejek, dipandang hina oleh orang lain? Jadinya Erik ini selalu berusaha menghindarinya. Membuat dinding tak kasat mata di antara mereka.
Tapi semenjak pertemuan Erik dengan Denis, kembaran Dimas, di sebuah restoran cepat saji, entah kenapa sikapnya pada Dimas mendadak bersahabat. Bahkan dia mengaku pada Denis hubungannya dengan Dimas sangat akrab.
Apakah Erik menyimpan rasa yang sama seperti Dimas? Kalau tidak, kenapa dia mendadak baik pada Dimas di hadapan Denis? Atau jangan-jangan dia…
Citarasa Cowok Rasa Apel
Sebelumnya, aku ucapkan rasa terima kasihku pada Mr. S yang telah berbaik hati meminjamiku buku berjudul Cowok Rasa Apel ini.
Kesan pertama melihat bungkus sajian ini
adalah lebih bagus kalau cover belakangnya yang dijadikan cover
depannya. Aku tahu penulis ingin memberikan sentuhan Indonesia pada
bukunya, tapi kehadiran dua wayang itu malah… Maksudnya dapet, tepat
sesuai kisah, tapi menurut pendapatku terkesan aneh. Coba lihat cover
belakangnya ini:
Kita mulai dari rasa asamnya dulu:
1) Novel Cowok Rasa Apel ini banjir tanda baca: titik, tanda seru, dan tanda tanya. Soal typo… jelas ada, lumayan sih jumlahnya, tapi bahkan di buku yang diterbitkan secara tidak self publishing juga tidak bebas dari typo.
2) Ada beberapa adegan yang bisa dipotong tanpa mengurangi esensi cerita, tapi terkadang kalau penulis mau mengubahnya dikit bisa jadi humor yang potensial mengundang tawa. Semisal adegan makan di McD.
3) Kata “aman dibaca” yang disebut oleh penulisnya. Nggak tahu ya, aku agak sebal gitu menemukan kata itu meski tujuannya baik. Apa mungkin buku glbt Indonesia selama ini tidak “aman”? Ada lho yang aman seperti Supernova: Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh–tapi mungkin karena novel itu fokusnya ke banyak tokoh jadinya… Ya aman. Lelaki Terindah aku rasa juga aman karena menyembunyikan “kompor”-nya (baca: adegan kipas-kipas) dalam metafora.
4) Kurangnya tokoh cewek! Cuman ada dua doang yang “bicara”, dan itu pun tokoh yang udah tuwir. Bahkan di Boy Meets Boy, Will Grayson, will grayson yang juga “aman” memasukkan tokoh cewek yang muda dan cukup banyak kemunculannya.
5) Cover depannya. Udah aku jelasin di awal.
Lanjut ke rasa gula:
1) Penokohannya kuat dan tergambar sangat baik dan nyata. Terutama karakter Dimas. Yang menarik adalah Dimas menerima kondisi “unik”-nya tanpa sesal, tanpa mempertanyakan kenapa dia begitu.
2) Arti “penyendiri” yang dihadirkan penulis di bab-bab akhir. Bisa dibilang aku cukup tercengang dengan sudut pandang yang dihadirkannya–secara aku tak memikirkan kemungkinan itu sebelumnya.
3) Setting lokasinya yang memasukkan beberapa tempat wisata di Solo dan Bali. Lengkap dengan beberapa mitosnya.
4) Ilustrasi di dalamnya yang ciamik!
Sejak baca bab-bab awal aku tidak bisa berhenti tertawa. Apalagi sejak kemunculan kembarannya Dimas, makin heboh saja tawaku. Jujur saja, Cowok Rasa Apel ini sebuah karya yang lumayan. Kenapa tidak diajukan ke penerbit besar? Siapa tahu diterima. Toh, ada label amannya
Tapi, ya, itu keputusan penulisnya sih
P. S. Suer, aku nggak senewen sama kata amannya. Cuman sebal aja gitu
Apa bedanya cobak itu? (-_-”)
0 comments:
Posting Komentar