Divergent
Penulis: Veronica Roth
Penerbit: Mizan Fantasi
Tebal: 544 halaman
Genre: Dystopia, young-adult, science-fiction
Stew Score: Almost - Sweet!
Icip-icip Divergent
Satu pilihan, menentukan apa yang harus kau percaya.
Satu pilihan, memastikan siapa yang kau turuti, selamanya.
Setelah perang nuklir yang menghancurkan dunia, kondisi Chicago berubah. Masyarakatnya menciptakan lima faksi: Abnegation yang menjunjung tinggi sifat rendah hati dan tanpa pamrih, Candor yang sangat menghargai kejujuran, Amity yang cinta pada kedamaian, Erudite yang haus akan ilmu pengetahuan, dan, Dauntless yang menempatkan keberanian di tingkat teratas kehidupan. Masyarakatnya ketika berumur 16 tahun (usia dewasa) harus memilih salah satu faksi. Dan pilihan itu akan menentukan seluruh jalan hidupnya.
Beatrice (Tris) memilih meninggalkan faksi Abnegation, faksi dimana dia dibesarkan, untuk bergabung dengan faksi para pemberani, Dauntless. Dia memilih faksi itu dengan harapan bisa menemukan jati dirinya, apalagi setelah “insiden” di hari Aptitude Test dimana pengujinya membuatnya berjanji untuk merahasiakan bahwa dirinya adalah seorang divergent.
Namun, sebelum resmi menjadi anggota faksi, tiap pemilih harus menjalani inisiasi terlebih dahulu dan harus lulus! Kalau tidak lulus, atau mengundurkan diri, maka langsung dipastikan dia akan hidup menggelandang bersama orang-orang yang terbuang.
Berhasilkah Tris menjalani inisiasinya? Lalu kenapa pengujinya di Tes Kecakapan memintanya merahasikan soal dia yang divergent? Apa sebenarnya divergent itu?
Citarasa Divergent
Aku senang sekali ketika nick-ku disebut oleh kak Dinda Lestari, narablog Life is (not) Beautiful with(out) books, sebagai pemenang giveaway Divergent di blognya! Gimana tidak? Secara dystopia adalah salah satu genre favoritku. Dan apalagi, buku ini lumayan happening di Goodreads–bahkan masuk nominasi GCA dan jadi pemenang untuk kategori Best Young-Adult!
Divergent adalah buku dystopia kedua yang aku baca, setelah Mockingjay, yang unsur politiknya terasa kental. Sejak gigitan awal, meski susunan kalimat langsungnya (percakapan) agak aneh, aku udah kesulitan berhenti “mengunyah.” Secara gaya bercerita penulisnya oke.
Kesan pertama membaca lembar-lembar awal, meski idenya tidak terlalu original, aku berpikir Miss Roth lumayan kreatif dengan membagi-bagi komunitas masyarakat dengan sikap-sikap terbaik manusia. Kelompok ini orang-orangnya jujur, kelompok lain menganggap lompat dari kereta yang sedang bergerak sebagai keberanian alih-alih tindakan membahayakan jiwa, dst. Otakku masih bisa menerima fakta-fakta itu secara settingnya mendukung cara berpikir manusianya seperti itu.
Sekarang perhatikan endorsment publishers weekly yang tercetak di cover depan, “Debut yang mencekam. Bukan bagi yang berjantung lemah…”
Mizan tidak salah menggunakannya, karena endorments itu sangat mewakili buku berjudul Divergent ini. Kenapa?
Sebab banyak hal nggak biasa, bahkan bisa dibilang brutal, yang telah menjadi kebiasaan di setting lokasi tempat Tris mencari jati diri itu. Orang-orang Candor yang tak bisa menutup mulutnya. Komunitas Abnegation yang melarang keras masyarakatnya melihat bayangan dirinya sendiri di cermin, dst.
Oh iya, sebelum membaca buku ini, aku sempat mengambil tes kecakapan di official facebook Divergent. Aku mendapat hasil Candor.
Dan karena aku Candor, bolehkah aku bicara jujur? Eh, kenapa aku pakai izin ya? Ini kan blogku, hahah
Oke, jadi… aku tidak suka semua karakternya. Mau Tris, mau Four, mau Christina semuanya tidak meninggalkan kesan bagiku. Teknologinya juga nggak berkesan. Biasa saja. Malahan berkesan lebih sakit bila dibanding peralatan sejenis di kisah-kisah (dystopia) lain–kecuali mungkin (film) Matrix. Dan ini dia yang lebih aku tidak suka: Arti Divergent.
Memang pembaca tidak disibukkan berspekulasi mengenai arti divergent karena jelas sekali diambil dari kata different, dan dijelaskan di bab-bab awal buku. Tapi aku kurang puas dengan penjelasannya. Akan aku jelaskan nanti di baris sop iler–bagi yang ingin menikmatinya, bagi yang tidak bisa menskipnya.
Oke, seperti biasa, aku akan membagi bagian mana yang aku suka dan bagian mana yang nggak aku suka.
Rasa Manis:
1) Miss Roth adalah seorang story teller yang baik. Sehingga aku tak bisa berhenti membaca. Standar buku-buku yang kemudian masuk lemari buku favoritku.
1) Miss Roth adalah seorang story teller yang baik. Sehingga aku tak bisa berhenti membaca. Standar buku-buku yang kemudian masuk lemari buku favoritku.
Hanya saja, untuk Divergent ini aku tidak memasukkan ke dalam lemari itu.
2) Proses belajar Tris jadi cewek tangguh.
Sop iler: Bagi yang belum baca bukunya, tidak disarankan buat membacanya. Bagi yang ingin membacanya, silakan diblock.
Rasa asam:
1) Kereta yang terus bergerak mengelilingi Chicago sangat kontradiktif dengan prinsip faksi yang duduk di pemerintahan, belum lagi tidak dijelaskan bergerak dengan tenaga apa, dan kalau pun listrik… listrik kan mesti dihemat: hal kecil yang kalau dipertanyakan akan meruntuhkan sistem dunia di dalam dunia fantasi Divergent.
1) Kereta yang terus bergerak mengelilingi Chicago sangat kontradiktif dengan prinsip faksi yang duduk di pemerintahan, belum lagi tidak dijelaskan bergerak dengan tenaga apa, dan kalau pun listrik… listrik kan mesti dihemat: hal kecil yang kalau dipertanyakan akan meruntuhkan sistem dunia di dalam dunia fantasi Divergent.
2) Kematian ibu dan ayah Beatrice. Mereka berdua hanya jadi martir. Mereka berdua harusnya tidak mati.
Pertama, Ibu tahu betul dan sangat kenal jalan di dalam gedung dimana Tris akan dieksekusi. Aneh sekali dia mengorbankan diri padahal dia bisa selamat!
Kedua, Ayah adalah salah seorang tokoh penting di pemerintahan. Bila tokoh jahatnya, yang ingin duduk di pemerintahan, benar-benar pintar, dia tidak akan bertindak seperti itu tapi menangkapnya terlebih dahulu.
Pertama, Ibu tahu betul dan sangat kenal jalan di dalam gedung dimana Tris akan dieksekusi. Aneh sekali dia mengorbankan diri padahal dia bisa selamat!
Kedua, Ayah adalah salah seorang tokoh penting di pemerintahan. Bila tokoh jahatnya, yang ingin duduk di pemerintahan, benar-benar pintar, dia tidak akan bertindak seperti itu tapi menangkapnya terlebih dahulu.
Ingat Saddam Hussein? Ingat Hosni Mubarrak? Atau, ingat Presiden Snow di The Hunger Games? Tahanan politik, meski bakal mati juga, tidak akan dibunuh saat penyerangan. Kecuali dia memilih bunuh diri kayak Hitler (hal ini sebenarnya juga masih dipertanyakan, sebab ada kecurigaan dia dibunuh. Mungkin bila dia dibiarkan hidup, dia akan mengucapkan sesuatu yang membakar pendukungnya sebagai pesan terakhirnya… Yak, kok malah bahas Hitler ).
Eh, lalu bagaimana dengan V yang membunuh pemimpin negara di V for Vendetta? Nah, dia punya alasan kuat membunuhnya. Nah, tokoh jahat disini tidak punya alasan kuat membunuhi mereka yang duduk di pemerintahan. Lagipula, V hanya membunuh mereka yang terpilih demi membalas dendam.
Eh tunggu dulu, tapi kan Ayah dibunuh oleh prajurit tidur?
Aku nggak bisa nggak curiga kematian-kematian itu sengaja dilakukan untuk membuat pembaca merasa kasihan dan iba pada Tris.
Nggak jelek sih. Hal ini juga dilakukan banyak penulis, termasuk (ehm) aku , tapi kalau punya kans hidup besar kenapa mesti dibunuh?
Tapi kalau invasi, maka ya, mereka memang menginvasi. Tapi bila benar itu invasi, maka tokoh jahatnya harusnya tidak berharap bisa membuat faksi lain mau bergabung. Apalagi Amity.
3) Langkah yang dilakukan tokoh jahatnya, menurutku, terlalu bertele-tele alias berputar-putar. Padahal ada jalan singkatnya yaitu menyusup ke tubuh faksi yang ada di pemerintahan tanpa perlu bikin perjanjian dengan faksi yang itu.
Eh, tapi kalau ini yang dilakukan maka tidak ada actionnya dong ntar?
4) Tidak ada yang istimewa dengan divergent. Penjelasan di buku satu ini bilang, mereka tidak bisa dikontrol. Bagaimana kalau gini, bagaimana kalau seorang Divergent diminta melakukan sesuatu dan kalau dia tak mau keluarganya mati? Masihkah dia tak bisa dikontrol?
Juga kenapa menjadi divergent terlarang? Bahkan bagi Abnegation yang baik dan tanpa pamrih itu?
Juga kenapa menjadi divergent terlarang? Bahkan bagi Abnegation yang baik dan tanpa pamrih itu?
Eh, tapi di Abnegation kan ada orang jahat juga.
Eh, tapi kalau begitu, poin nomor tiga diatas bisa dilakukan harusnya ya…
Oke, pikirkan itu nanti, heheh. Ada satu kelebihan lagi yang dimiliki oleh divergent: otak mereka berbeda. Mereka sanggup memanipulasi simulasi. Hal ini menurutku nggak digarap matang. Masih ingat dengan inisiasi final Dauntless yang mesti melawan simulasi ketakutan? Nah, peserta dikatakan lolos bila bisa melawannya. Dan dengan melawannya adalah dengan memanipulasi simulasi itu. Nah, dimana istimewanya divergent kalau orang biasa, yang nggak divergent, bisa memanipulasi simulasi juga?
Atau mungkin celaanku itu nggak tepat sasaran. Ya, aku rasa nggak tepat sasaran. Tapi aku punya yang lain. Dijelaskan juga seorang divergent sadar dia berada di dalam simulasi sementara yang tidak, tidak sadar. Tahu dimana salahnya?
Oops, ternyata masih ada satu lagi kelebihan. Divergent tidak terpengaruh oleh suatu serum yang sanggup mengendalikan orang tidur. Nah, yang ini baru mengerikan, tapi… Masih ada kekurangannya. Untuk yang ini, aku malas menjabarkan, tapi aku beri satu (atau dua?) kata kunci: ruang kendali.
Penjahatnya ternyata nggak pintar-pintar amat. Mungkin pada nepsong mampusin orang makanya ruang kendali pasukan tidur dijaga oleh sedikit orang! Dan anehnya lagi, yang jaga itu bukan orang dari komunitas penjahatnya, atau minimal yang punya ide penyerangan ini, tapi malah menyerahkannya pada orang yang udah diset bakal sadar oleh kekuatan cinta: adegan di poin 5.
5) Adegan dimana Four sadar oleh suara Tris, nggak tahu ya kalau yang lain, tapi bagiku terasa sangat hambar sekali (Four hilang sadar setelah disuntik serum). Ya ampun, Mas, kenapa baru saat itu, tadi kemana aja cobak (pake “K”)? Jangan bilang pas yang pertama kalian nggak pelukan jadinya nggak dengar suara Tris?
6) Panggilan (yang akan dimiliki) Tris: Six. Bagi teman-teman yang udah baca, tolong jawab pertanyaan ini, berapa jumlah ketakutan Tris? Bahkan pertanyaanku ini, aku merasa tidak hanya menjawab satu misteri tapi lebih.
Oh iya, langkah penulis untuk buku selanjutnya juga terendus dengan sangat jelas ketika penulis seolah sengaja menghindari menulis tentang Amity.
Singkatnya, Divergent ini lumayan kok. Aku nggak terlalu peduli dengan kata “membuang” pada sinopsis buku terjemahannya. Gaya penceritaan penulisnya yang oke, bikin pembaca nggak bisa berhenti baca. Dan cukup dengan itu, aku masih akan melanjutkan membaca seri ini hingga ke buku terakhir. Apalagi kalau bisa dapat bukunya gratis lagi. (Amin!)
hahaha... review kamu lucu XD. setelah difikir-fikir iya juga sih ya. kenapa ayah sama ibu nya harus mati. dan tau gak pendapat ku tentang gelar Four untuk Tobias dan Six untuk Tris itu ngingetin aku sama apa? sama I Am number four.
BalasHapusmakasih :))
BalasHapusIya, itu juga mengingatkan pada buku itu juga. Tapi mengingat ketakutan Tris yang jumlahnya lebih dari 6, panggilan itu harusnya nggak cocok :)))
Oh, kamu Candor. Kenalin, aku dari faksi Erudite :D
BalasHapusBuku ini masuk timbunan bulan lalu Jun. Entah apa, aku masih saja menimbun buku yang jadi trending topic nya GR. Kalau dari faksi, ngingetin aku sama Harpot ...
Btw, salam kenal ya Jun.
salam kenal juga, Sas ^^
HapusSemoga suka dengan buku ini ya, kalau aku sih tidak menikmati sama sekali. Apalagi bagian endingnya yang.... aneh :))))