Chronicle of Death Foretold
Penulis: Gabriel Garzia Marquez
Penerbit: Vintage
Tebal: 128 halaman
Bahasa: Inggris
Genre: Misteri, Magical Realism
Stew score: Sugar Free
Icip-icip Chronicle of Death Foretold
Tampan, mapan, punya tunangan yang
cantik. Mungkin itulah sosok Santiago Nasar yang, pada pagi hari sebuah
perayaan penyambutan seorang tokoh penting, dibunuh oleh tetangganya
sendiri.
Bagaimana kejadiannya? Siapa saja nama pembunuh Santiago Nasar? Kenapa dia dibunuh?
Yak, sebenarya ketiga pertanyaan itu telah terjawab dalam sinopsis bukunya.
Jadi, apa sisi menarik buku Chronicle of Death Foretold kalau hampir semua hal telah dibeberkan di sinopsis?
Yang pertama adalah, kasus pembunuhan
Santiago yang dibiarkan terjadi oleh penduduknya. Ya, semua penduduknya
tahu Santiago bakal… tapi tidak ada yang berusaha mencegah para
pembunuhnya.
Cita rasa Chronicle of Death Foretold
Gigitan-gigitan awal, wah, tampaknya
menjanjikan kenikmatan hingga akhir. Apalagi aku belum pernah baca
novel dengan gaya bercerita unik kayak Chronicle of Death Foretold ini.
Menuju ke pertengahan hidangan, lidahku
kesulitan mendeskripsikan rasa yang sedang dikecapnya. Manis enggak.
Asin enggak. Asam juga enggak. Nggak pahit juga. Mungkinkah umami? Tapi
umami kan adanya di ajinomoto #eh #malahsebutmerkpenyedapmasakan.
Oke, paragraf sinestesia ini akan berlanjut dan arti untuk paragraf
dua itu adalah aku bingung. Mau dibawa kemana kisah ini. Maksudku,
penjahatnya sudah ketahuan dan mengaku kalau mereka-lah yang membunuh
Santiago Nasar. Lalu, kenapa halamannya masih banyak? *aku membaca buku
ini tanpa membaca dulu sinopsisnya.
Gigitan-gigitan akhir, yak, tentu saja
aku… masih bingung. Tapi mulai paham sedikit-sedikit. Dan ternyata…
*sengaja dipotong demi tidak berubah jadi sop iler.
Entah sengaja atau tidak, Opa Marquez
membuat pembaca berspekulasi apa benar penjahat yang itu yang membunuh
Santiago? Masalahnya… *beee–* tampaknya… *–eeeeeep*. Belum lagi masalah
alasannya. Orang-orang terlalu sibuk… Shock kayaknya, atau bersukacita
secara kebetulan pembunuhan itu terjadi pada sebuah perayaan. Hingga
alasan itu tidak digali kebenarannya.
Yang aku suka dari hidangan yang diberi
judul Chronicle of Death Foretold ini adalah, gaya penyajiannya yang
tidak biasa. Sudut pandang orang pertama tapi terasa seperti sudut
pandang orang ketiga terbatas. Naratornya adalah teman Santiago, dan
uniknya, tidak pernah ada kalimat langsung yang terucap dari “mulutnya.”
Sebenarnya buku ini adalah bacaanku buat
proyek baca bareng bulan Oktober. Tapi karena aku nggak kelar bacanya
tepat waktu jadinya molor hingga November dan baru posting reviewnya
bulan Desember.
0 comments:
Posting Komentar