Icip-icip The Two Tower
Persaudaraan cincin berpisah jalan!
Frodo yang tidak ingin
mencelakakan teman-temannya memutuskan untuk pergi ke gunung Mordor
sendirian. Sam yang merasakan gerak-gerik tuannya tersebut kontan
mengikutinya. Frodo memerintahnya untuk pergi, tapi Sam tidak mau
menurut. Frodo pun terpaksa mengajaknya, dan diakuinya dia lumayan lega
tidak harus bepergian sendirian. Ditengah perjalanan dia bertemu dengan
Gollum. Makhluk menyedihkan yang kemudian dimanfaatkan Frodo untuk
menjadi penunjuk jalan ke Mordor.
Tapi Gollum punya
maksud lain. Dia hendak mengambil diam-diam dan tanpa permisi sesuatu
yang disebutnya sebagai Miliknya yang Berharga.
Aragorn, Legolas dan
Gimli mengejar para Orc yang menyandera Pippin dan Merry. Sayangnya
mereka terlambat. Para Orc sudah dihabisi oleh para ksatria dari Rohan.
Mungkinkah Pippin dan Merry ikut terbunuh? Atau mereka selamat?
Tentu saja mereka
selamat (susah nih mau nggak bikin spoiler kalau udah muncul filmnya,
hahah). Tapi mereka secara tak sengaja masuk ke hutan tua Fangorn yang
misterius dan bertemu dengan seorang Ent, bangsa pepohonan yang bisa
berjalan dan berbicara, bernama Treebeard. Mereka berdua meminta agar
Ent membantu mereka.
Sementara di sisi lain,
Saruman, si penyihir putih, yang takut akan kekuatan Sauron, penguasa
salah satu menara, menyiapkan sekitar 10000 pasukan untuk menggempur
Rohan.
Apa yang akan terjadi
selanjutnya? Apakah Frodo dan Sam akan mencapai gunung Mordor?
Berhasilkah Gollum merebut Miliknya yang Berharga? Apa tindakan Aragorn
cs selanjutnya? Bagaimana caranya Pippin dan Merry meyakinkan Treebeard
supaya mau membantu mereka? Mungkinkah Rohan luluh-lantak dihancurkan
pasukan Saruman?
Temukan semua jawabannya di buku #2 dari trilogi the Lord of the Rings: The Two Tower.
Setelah menikmati cita rasa The Two Tower
Sebelum aku memulai ijinkan aku untuk, well, meneriakkan satu kata terlebih dahulu: Superb!
Dari ke-3 film LOTR, film kedua yang mengambil judul sama dengan novelnya, yakni The Two Tower, adalah film favoritku. Seru, menegangkan, dan bikin napas tertahan!
Tapi apakah bukunya lebih seru daripada filmnya? Jawabanku, ya! 2x lebih seru malah!
Sejak awal kalimatnya, yang merupakan potongan dari ending buku satu yang ngegantung (banget), The Two Tower menjanjikan ketegangan. Mataku sampai tak berkedip membaca tiap jalinan katanya!
Dan bikin gemas ketika
fokusnya dialihkan ke Pippin dan Merry yang berinteraksi dengan bangsa
Ent yang tidak suka terburu-buru. Sumpah bikin gemas, ngomong aja bangsa
Ent suka berlambat-lambat. Tapi kelambatan mereka sama sekali tidak
menimbulkan kejengkelan, malah kekocakan. Bisa dibilang itu adalah
penyeimbang dari ketegangan suasana yang dibangun eyang Tolkien sejak
buku The Two Tower dibuka.
Karena satu buku dibagi
dua, maka jangan heran akan ditemukan dua klimaks di The Two Tower.
Bagian pertama menceritakan Aragorn dan kawan-kawannya, kadang melompat
ke bagian Pippin dan Merry, karena kejadiannya saling berhubungan.
Bagian kedua, tentu saja petualangan Frodo dan Sam.
Tenang saja, intensitas ketegangan tidak akan berkurang sama sekali. Malahan bikin semakin tegang (?)
Salah satu hal menarik
yang aku temukan selain “keajaiban” para Ent yang tidak suka
terburu-buru (setiap kali mengingatnya, aku masih sering tertawa
sendiri) adalah sebuah lokasi (bukit? Aku lupa tepatnya) bernama
Dunharrow.
Terdengar familiar?
Yak, nama lokasi itu nyaris mirip sama salah satu karakter dari buku
(serial) yang keren juga, Books of Ember, Doon Harrow.
Keseruan, ketegangan
(?), rasa mencekam yang ditimbulkan oleh The Two Tower membuatku
menghabiskan lima mangkuk semur untuk dimakan sendiri #eh
Judul: The Two Tower (Dua Menara)
Penulis: JRR Tolkien
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 420 halaman
Stew Score: 5 of 5 Bowls
0 comments:
Posting Komentar