Entrok by Okky Madasari

Kalimat pertama Entrok

Lima tahun aku menunggu hari ini datang.

Sececap Entrok

Semenjak menyadari tubuhnya berubah 'besar', dan 'tidak nyaman' digunakan untuk bermain atau berlari-lari, Marni menginginkan sebuah entrok. Sayangnya, saat itu, entrok harganya sangat mahal. Dan tak ada orang yang bisa, atau mau, dimintainya untuk membelikannya.


Ditambah lagi dia seorang perempuan. Kala itu perempuan yang bekerja tidaklah digaji dengan uang tapi dengan bahan makanan. Perempuan yang meminta uang sebagai upah sama saja dengan mempermalukan dirinya sendiri.

Tapi Marni tak gentar. Tanpa mempedulikan gunjingan orang (terutama para wanita, sebagian pria malah mengaguminya), dia mulai bekerja mentjari uang. Dia mencoba dan berhasil dan menjadi perempuan pertama di pasar tempatnya mencari nafkah, bahkan mungkin yang pertama di desanya, yang menerima upah uang sebagai ganti tenaganya.

Tak lama kemudian, impiannya memiliki entrok pun terlaksana.

Dari entrok dia kembali bermimpi. Dan karena kemauannya yang keras, dia bisa dibilang sukses mewujudkan mimpi-mimpinya.

Tapi kemudian, orang-orang mulai membencinya. Bahkan anak kandungnya sendiri pun membencinya. Jadi timbullah perang dingin di antara mereka. Bagi Marni, Rahayu, anak kandungnya dan anak semata wayangnya, adalah manusia tak berjiwa. Sementara bagi Rahayu, Marni yang menganut kepercayaan lama, adalah sosok yang berlumpur dosa.

Hingga datanglah mereka yang mengaku sebagai pembela negara. Senjata yang dimaksudkan melindungi digunakan sebagai intimidasi. Senjata yang dimaksudkan mengusir musuh negara, digunakan untuk menakut-nakuti warga negara. Dari sini, Marni dan Rahayu, dua wanita dari generasi berbeda, menyadari mereka berdua memiliki kesamaan.

Citarasa Entrok

Gambar ini juga bisa diliat di Instagram-ku: @photorean
Sebelum kembali ke dalam ceritanya, mari komentari dulu desain covernya. Desain covernya, menurutku, super keren! Warnanya oke, tidak berlebihan. Gambarnya oke, komposisi warnanya oke, dan sangat menggambarkan sebagian isi dari ceritanya. Dan bagi yang tak tahu arti kata entrok atau apa itu entrok ... Yah, kalian bisa tahu dari melirik gambar yang terpampang di cover depan.

Atau kalau masih bingung juga, perhatikan benda yang seperti hendak dipakai oleh gadis dalam cover. Sudah bisa menebaknya? Bagus! :))

Entrok dibagi dalam dua sudut pandang: sudut pandang Marni dan anaknya tercinta: Rahayu. Kendati keduanya tak begitu akrab, sebab punya pandangan dan kepercayaan yang bisa dibilang bertolak-belakang, dua-duanya menguarkan aroma yang sama: marah, kecewa, keras kepala, ingin berontak, tak berdaya.

Novel ini diawali dengan adegan yang bikin penasaran. Hanya beberapa halaman saja. Mengenai sebuah penantian panjang. Menantikan sebuah segi empat mengilap yang membuat pemegangnya dapat menghirup udara kebebasan—hal yang ditunggu-tunggu oleh pemilik benda tersebut dan dulunya juga oleh seseorang yang disayangnya yang sayangnya kondisinya, di saat ia sudah mendapatkan kembali kebebasannya, telah ... Katakanlah, kurang sehat.

Apa yang membuat pemilik baru benda segi empat mengilap itu terpenjara? Dan kalau benar dia terpenjara, lantas kenapa dia berada di rumahnya? Apakah ia tahanan rumah? Dan kalau benar dia terpenjara, kenapa yang dapat membebaskannya adalah benda kecil segiempat yang biasa disebut KTP?

Setelah dari adegan itu, kita dibawa mundur ke tahun dimana Marni masih muda. Baru beranjak ke masa puber. Saat badannya mengalami perubahan dan membuatnya tidak nyaman bergerak. Keinginannya akan entrok membuatnya menjadi pribadi yang super kreatif dan pemberani. Dua sifat yang kemudian membawanya pada kesuksesan dan mengundang rasa iri, bahkan benci, orang-orang sekitarnya. Padahal dia melakukan itu semata hanya untuk berusaha bertahan hidup.

Entrok dibagi dalam beberapa bab yang mana dibagi-bagi dalam kurun waktu tahun sekian, tahun sekian. Bab dimana Marni menginginkan entrok ini merupakan bab pertama (atau bisa disebut kedua, seandainya pembukaannya di posisikan sebagai bab pertama) dan terjadi pada tahun 1950-1960. Bab yang, kalau boleh menambahkan, merupakan bab favoritku. Tidak heran kemudian judul bab ini, Entrok, dijadikan judul buku.

Setelah bab itu selesai, kita akan diberi sajian dari POV Rahayu pada tahun 1970-1982. Di sini masalah semakin rumit. Marni yang kreatif akhirnya menemukan satu usaha yang terus laku hingga saat itu: jualan uang. Ketika membatja bagian ini, aku mendapat perspektif baru mengenai rentenir. Iya, Marni itu rentenir. Tukang yang kerjaannya kasih pinjam uang.

Sebenarnya, rentenir itu sama seperti bank simpan pinjam. Tapi bunganya memang cukup besar bila dibandingkan dengan bank. Hingga kadang mencekik leher. Padahal apa bedanya dengan bank? Kalau telat bayar lama pun bukannya bayarnya pun nyaris sama banyaknya, kan? Kalau telat bayar bakal didatangi sama debt collector juga, bukan?

Untuk dicatat, Marni sama sekali tidak menyewa orang untuk menagih hutang mereka yang menunggak. Dia menggunakan dirinya sendiri, karena keberaniannya memang patut diacungi jempol.

Pasti dari kalian ada yang bilang gini, Keberanian saja mana cukup? Dan lagi, kalau dia galak dan sikapnya dianggap kurang ajar, meski yang diminta adalah haknya, apa dia masih bisa pulang dalam kondisi utuh?

Maka di sinilah bagian dari sejarah Indonesia masuk (yang mungkin sampai sekarang masih ada, tapi dilakukan oknum lain?). Demi keamanan, tiap bulan Marni harus membayar 'uang keamanan' pada mereka-mereka yang ... Diperbolehkan membawa senjata api. Bila seandainya Marni tidak membayar ... Yah, maka Marni tak bisa berbisnis lagi, sebab bisnisnya dianggap "salah", tidak berperikemanusiaan, dan ... Menyalahi agama.

Padahal apa salah Marni? Dia membuka usaha meminjamkan uang, orang yang datang sendiri padanya dan telah setuju dengan syarat-syaratnya, dan bunga tersebut adalah keuntungan untuk dia, jadi dimana yang salah? Bukankah ketika kita membuka usaha adalah untuk mencari keuntungan bukan? Agar usaha kita maju dan berkembang? Jadi kenapa bunga dipandang salah? Kalau bunga salah berarti keuntungan/laba pada sebuah usaha juga salah dong? Kalau usaha meminjamkan uang itu salah, itu artinya uang tidak boleh diperdagangkan?

Karena tak bisa 'menyentuh' Marni, para masyarakat yang membentji dan iri akan kemakmurannya pun bergunjing di belakangnya. Marni sih kuat, karena sejak kecil dia sudah biasa, tapi karena ia berbagi sudut pandang dengan Rahayu, maka kita pun mendapatkan opini lain. Lewat sudut pandang Rahayu yang lahir setelah hidup Marni mapan, kita akan disuguhi dengan kegalauannya. Galau karena Ibunya diolok-olok, galau karena dirinya diejek: anak tukang piara tuyul-lah, anak lintah darah-lah, dan seterusnya. Dia malu, dan marah, akan pekerjaan ibunya. Dan ketika pemahaman baru mengakar kuat di benaknya dia menyebut ibunya sebagai seorang pendosa; penganut animisme dan melakukan dosa riba. Sejak saat itu, perang dingin terjadi di antara mereka.

Meski judulnya tidak menggambarkan isi keseluruhan buku, hanya menjadi katalis awal kesuksesan dan gerbang menuju kemakmuran—atau bisa juga disebut masalah yang lebih besar dan rumit, Entrok adalah karya yang luar biasa! Meski bukunya penuh dengan amarah dan kekecewaan, dan protes serta jerit ketidakadilan, yang sangat relatable dengan kehidupan nyata, dan bagi sebagian orang hal itu tjukup melelahkan, bagi diriku sendiri tidak. Malahan, menurutku buku ini keren mahadewa! Aku suka dengan semua bagiannya! Aku berharap banyak orang membatjanya!

Entrok merupakan, atau setidaknya buatku, salah satu karya terbaik Indonesia. Tidak heran bila, dengar-dengar, kemudian Entrok ini diadaptasi ke bahasa inggris dan dibawa ke festival buku internasional. Karena buku ini memang layak untuk ditampilkan ke muka dunia. Kendati, jujur, desain cover untuk yang versi Inggris kurang menarik minatku. Tapi, karena isinya bagus sekali, jadi ya ... Don't judge a book by its cover ;)

Entrok
Penulis: Okky Madasari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2010
Tebal: 288 halaman
Genre: Indonesia Literature - Fiksi Sejarah - Realistic Fiction
Score: Delicious!
Target: Adult (17 tahun ke atas!)

4 comments:

  1. eh aku baru tau inti kisah entrok ini hehe.. selama ini sering denger judulnya tapi nggak tau ceritanya tentang apa. kayaknya bagus yaaa...

    BalasHapus
  2. Loh, ternyata Entrok diterjemahkan ke english? Baru tau ih. Google ah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kak. Judulnya The Years of Solitude. Entah sudah terbit di luar negeri atau hanya dinikmati oleh pembaca Indonesia yang suka membaca buku dalam bahasa Inggris.

      Hapus

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!