Pride and Prejudice and Zombies by Seth Grahame-Smith and Jane Austen

Pride and Prejudice and Zombies

Penulis: Jane Austen dan Seth Grahame-Smith
Penerbit: Imania
Tahun terbit: 2013
Tebal: 536 halaman
Genre: Horror - Romance - Retelling classic
Target: Young Adult (16 tahun ke atas!)
Score: Almost Yummy!

Kalimat pertama Pride and Prejudice and Zombies

: Seluruh dunia tahu jika sesosok mayat hidup yang telah mencicipi otak manusia, ia akan menginginkan otak lainnya lagi.

Sejak Pride and Prejudice and Zombies masuk dalam radarku, aku sudah mencatat dalam hati harus memasukkan buku ini dalam daftar bacaanku.

Dan setelah mengadopsinya tahun lalu, mengendapkannya (?) selama kurang lebih satu tahun, aku memutuskan untuk menikmatinya di bulan Februari tahun ini. Lebih karena adaptasi filmnya (waktu itu) akan segera dirilis, kalau tidak mungkin buku ini bakal aku anggurin (?) bertahun-tahun, hahah.

Dan ... tanpa disangka-sangka buku ini bagus! Sama bagusnya dengan versi aslinya!

Malahan, dari beberapa segi, buku ini lebih seru dari versi aslinya! XD

Cara Seth dalam memasukkan wabah zombie-nya, atau huru-hara mayat hidup (seperti yang tertulis di halaman judul), sangat mulus dan menyatu dengan sempurna dengan roman klasik tempo doeloe karya mbak Austen. Dan, hebatnya lagi, tanpa merubah inti cerita Pride and Prejudice yang asli, meski Seth menambahkan beberapa perubahan pada beberapa karakter.

Tentu saja debat kusir lutju antara Mr. dan Mrs. Bennet masih ada. Elizabeth masih menaruh prasangka pada Mr. Darcy, dan. Mr. Darcy masih sama angkuhnya dan lebih suka menyembunyikan perasaannya. Mereka berdua masih suka beradu argumen. Jane dan Bingley masih sama-sama malu-malu kucing. Dan seterusnya, dan sebagainya. Dan sedikit tambahan atribut (?) ini itu guna membangun set dunia zombie-nya.

Mayat hidup yang kedua adalah seorang perempuan, dan telah lama mati dibandingkan dengan temannya. Dia menyerbu ke arah Elizabeth, jari-jemarinya yang telah membengkok serupa cakar berayun-ayun dengan kikuknya. Elizabeth mengangkat roknya, tak peduli lagi pada sopan-santun, dan dengan satu gerakan cepat menendang kepala makhluk itu, yang langsung meletus menjadi awan pecahan kulit dan tulang busuk. Makhluk itu juga terjatuh, tak bergerak lagi.
- Pride and Prejudice and Zombie, halaman 47

Yang di atas itu adalah salah satu adegan favoritku dari Pride and Prejudice and Zombie. Bikin aku ngakak karena Seth masih bawa-bawa 'sopan-santun' xD Di adegan hidup dan mati kok ya masih bisa-bisanya memikirkan sopan-santun? XDD

Tentu saja itu bukan salah Seth. Bukan salah Jane juga. Bukan salah siapa-siapa. Lalu kenapa aku pakai menyebut kata salah? *ditimpuk Leviathan Wakes* xD

Di cerita asli Jane, adegan itu tidak ada. Tapi ada kesamaan akibat dari itu, baju bawah bagian dalam Lizzy sama-sama kotor. Bila di cerita asli karena ada kemungkinan Lizzy tercelup (?) kubangan lumpur, bila di versi Seth karena menendang-nendang zombie, yang dilakukan tanpa memedulikan sopan-santun xD

Kalian mungkin penasaran, darimana Lizzy, aka Elizabeth Bennet, gape (?) ilmu bela diri? Jawabannya ... Kalian mesti mencari tahunya sendiri dengan membaca bukunya, hahah xP Atau kalian bisa juga menonton adaptasi filmnya. Yang jelas nyaris semua tokoh di dalam buku ini jago bela diri semua.

Lalu, the big question, darimana wabah zombie itu datang? Jawabannya ... Tidak ada yang tahu. Karena Seth tidak memberi penjelasan soal itu. Pokoknya wabahnya itu sudah ada sejak Mrs. Bennet masih kecil.

Sebenarnya ada yang mengganggu sedikit mengenai zombie ini. Diceritakan bahwa selain karena gigitan mereka, orang yang meninggal, dan dikebumikan, beberapa jam kemudian akan bangkit kembali dari kubur mereka. Nah, ini yang menurutku agak ... Aneh. Bila semua orang tahu orang yang mati akan bangkit kembali dari kubur, lantas kenapa orang-orang repot menguburnya? Apa mereka memang berharap mereka jadi zombie? Apa pada saat itu, di abad 19, tidak dikenal penguburan dengan cara dikremasi?

"Rumah Tuhan dikotori seperti ini!" kata Maria, ketika perjalanan mereka lanjutkan. "Apakah makhluk mengerikan ini tidak punya rasa sopan-santun?"
- halaman 311

Yang di atas tersebut murni adegan bikinan Seth. Aku mengambilnya random saja karena ingin menulis satu quote lagi dan menemukan aku tertawa ketika membacanya xD

Sopan-santunnya itu lho xD

Oh ya, zombie di Pride and Prejudice and Zombie ini sekilas mungkin agak sama dengan zombie pada umumnya (?) tapi sebenarnya tidak. Mereka punya rasa gentar juga. Jadi ketika mereka merasa (?) tidak akan mendapatkan otak untuk dinikmati, mereka akan mundur dengan teratur.

Mejeng bareng A Monster Calls
Bicara soal cover edisi penerbit Imania ini, ilustrasinya sebenarnya sudah lumayan, gayanya nyaris sama dengan ilustrasi yang berada di bagian dalam. Oh ya, ada ilustrasi keren di dalam bukunya. Malahan, aku merasa, seandainya ilustrasi di halaman dua dijadikan covernya, beuh!, pasti bikin banyak mata kena eyegasm saking bagusnya (meski bagian tengahnya agak mengerikan).

Masih soal cover yang lumayan. Yang aku suka dari cover Pride and Prejudice and Zombies adalah komposisi warnanya. Cokelat dan hitam dan warna lainnya menyatu dengan sempurna, sehingga bagus buat difoto. Tapi stempel “versi plesetan”, meskipun itu benar dan menggambarkan isi bukunya, bagiku agak menggangu. Seandainya dihilangkan, menurutku hal itu akan lebih bagus. Dan mungkin, mungkin (ini murni menurutku), akan bikin orang yang tak tahu soal buku ini penasaran (semisal: Eh, Pride and Prejudice and Zombie? Apa ya maksudnya?).

Secara keseluruhan, aku menikmati membaca Pride and Prejudice and Zombies. Malahan cukup mengejutkan aku dibuat tertawa terpingkal-pingkal olehnya XD Bagi yang suka edisi asli bukunya, kemungkinan besar akan suka dengan versi mash up-nya ini. Dan bagi yang merasa versi aslinya membosankan, mungkin lebih suka dengan versi yang penuh huru-hara ini xD

Tapi aku mau memperingatkan, bagi yang tak biasa dengan zombie-zombiean, alias yang biasa menghindari cerita model gini, tidak disarankan untuk membaca buku ini. Karena ... Tahu sendiri kan zombie bentuknya kayak apa? Nah, buku ini penuh dengan deskripsi mereka. Oke, tidak sepenuh itu, tapi cukuplah. Juga ada adegan-adegan pertarungan dengan zombie yang ... Mungkin tidak mempedulikan sopan-santun.

Ini bukan tantangan ya. Ini peringatan. Beneran. Serius. Lah, masih tak percaya juga. Ya sudah, terserah kalian saja :))

Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
http://feedmebook.blogspot.com/2016/02/master-post-tantangan-membaca-seveneves.html
Kategori: Nomor Empat


Kategori: Movie to Release


Kategori: Book to Movie

| https://perpuskecil.wordpress.com/2015/01/15/lucky-no-15-reading-challenge/ |

4 comments:

  1. Wah saya belum baca ini bukunya kak :D

    BalasHapus
  2. Dan karena baca review ini saya jadi ngubek-ubek tokbuk online biar bisa menikmati sensasi romantis ala per-zombie-an 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahah. Setelah batja, liat juga adaptasi filmnya juga, Pris :))

      Hapus

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!