Dilan bagian kedua
Dia adalah Dilanku Tahun 1991Penulis: Pidi Baiq
Penerbit: Pastel Books (Mizan Grup)
Tahun terbit: 2016
Tebal: 348 halaman
Seri: Dilan #2
Genre: Romance - Komedi
Target: Young Adult (16 tahun ke atas!)
Score: Sugar Free!
Paragraf pertama Dilan - bagian kedua
: Aku Milea. Milea Adnan Hussain. Jenis kelamin perempuan. Lahir di Jakarta, tanggal 10 Oktober 1972 dan sudah mandi.
Kisah Milea dan Dilan masih berlanjut.
Kini mereka sudah resmi berpacaran. Tapi apakah setelah mereka berpacaran, hubungan mereka masih semanis ketika Dilan melakukan pendekatan?
"Tujuan pacaran adalah untuk putus. Bisa karena menikah, bisa karena berpisah."
Bagi yang sudah punya Dilan, atau minimal pernah memegang bukunya, pasti tahu bahwa kedua buku seri ini tidak dilengkapi dengan sinopsis singkat yang biasa tercetak di cover belakang. Cover belakang diisi dengan kutipan-kutipan dari buku, pujian-pujian atau kesan dari beberapa orang komplit dengan nama Twitter mereka, dan profil penulis. Hal ini cukup bagus karena bikin penasaran dan bertanya-tanya si calon pembaca.
Tapi bagi sebagian calon pembaca yang lainnya, mungkin hal ini kurang bagus. Sebab jadi tak tahu buku atau seri ini soal apa, jadi daripada beli kucing dalam karung ... Yah ...
Tapi sebenarnya, ini hanya dugaan sotoyku, kalimat Bang Pidi yang ditempel (?) di sampul depan digunakan untuk mengungkapkan plot utama dari masing-masing buku. Di Dilan pertama, ada kata tentang memilih pasangan. Di buku tersebut, Milea dalam posisi sudah punya pacar alias pasangan. Tapi Milea tidak merasakan hal yang sama seperti ke Dilan terhadap pasangannya (dia dalam posisi sudah punya pacar--dan oh, mantan pacar itu jadi cameo di Dilan bagian kedua ini).
Sementara di buku kedua, tertulis soal perpisahan. Dan itu memang inti dari buku Dilan bagian kedua. Tapi apakah perpisahan itu karena berpisah atau karena menikah, hal itulah yang mesti kalian cari.
Menurutku, dari segi gaya bercerita, Dilan bagian kedua ini sedikit lebih baik dari prekuelnya. Meski kalau ditanya soal selera, aku masih akan menjawab dengan jawaban yang sama dengan yang pernah kulontarkan di Dilan yang pertama. Tapi mungkin karena sudah terbiasa, maka aku tidak mengalami kesulitan sama sekali ketika membaca ini.
Yang menjadi tantangan di buku ini justru Milea, sang narator. Dia menimbulkan kesan ... Menyebalkan. Tidak hanya itu, dia mencari semacam pembenaran, dengan meminta pembaca memaklumi nyaris semua tindakannya. kalian harus mengerti ..., Kalian harus paham ..., semacam itulah. Di awal-awal sih okelah, tapi kemudian hal itu jadi kebiasaan sehingga aku kehilangan simpatiku padaku.
Kemunculan beberapa cowok yang muncul sekilas tidak membuat aku jadi simpati juga. Kecuali bagian yang di bioskop itu. Milea memang sudah pas melakukan apa yang dia lakukan.
Bagaimana dengan Dilan? Dilan tidak lebih baik. Aku merasa dia telah kehilangan bintangnya.
...
"Nah, pas aku lahir, dia langsung gak ada. Kayaknya takut ke aku, deh."
"Hahaha, takut diserang."
"Terus. Aku lahir, dibarengin kamu lahir. Kayak sengaja mau bikin aku seneng di Bumi," kata Dilan serius, sambil menyuapkan buburnya.
Secara keseluruhan, Dilan bagian kedua masih cukup menghibur kok. Memang tak sebagus bagian pertama, tapi aku rasa bagian kedua ini cukup oke kok. Dan kalau kalian pengen tahu kenapa Milea menuliskan kisahnya ini, dan tulisan ini ditulis bak kayak nulis diary, maka buku ini wajib kalian batja.
N.b. Dengar-dengar buku ini adalah kisah nyata sang penulis. Pantas saja tentang penulisnya sangat terasa Dilan :))
N. b. b. Buku ini menyorot sisi gelap cinta. Semenjak buku pertama, sebenarnya bagian ini sudah disinggung. Meski dia anak geng motor, keputusannya untuk melakukan hal yang menjadi klimaks di buku pertama, tidak ada hubungannya dengan keanggotaannya dalam hal itu. Di buku kedua, giliran Milea yang melalukan "sisi gelap cinta" ini. Bukan sikap yang sama, tapi sama-sama berakibat ke hal-hal yang tidak diinginkan. Dilan jadi dikeluarkan dari sekolah. Milea jadi ... kalian sudah memutuskan untuk membacanya jadi ini jelas SOPILER: Milea jadi kehilangan Dilan.
Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
Sama. Aku juga lebih suka Dilan di buku pertama.
BalasHapusKabarnya ada lanjutannya lagi ya? Bener nggak sih?
Tak tahu, kak. Mungkin saja. Tapi aku sudah cukup dengan kisah mereka :))
Hapus