Friday’s Recommendation [2]

Kali kedua aku ikutan Friday’s Recommendation.

Apa itu Friday’s Recommendation? FR adalah sebuah posting blog di hari Jumat yang isinya merekomendasikan sebuah buku yang di-host oleh kak Ren, the author of (the blog) Ren’s Little Corner. Ada dua jenis rekomendasi: a) rekomendasi buku untuk diterjemahkan ke dalam bahasa ibu kita, b) rekomendasi buku favoritmu minggu ini.
Di kesempatan kali ini, aku (lagi-lagi) memilih opsi A. Dan buku yang aku rekomendasi untuk diterjemahkan adalah:
37a32c512fa6608ae09f4439b4c4a76f_bnw 
Judul: Brave New World
Penulis: Aldous Huxley
Genre: Dystopia, Science-fiction
Tebal: 424 halaman (terbitan Harper Perennia )
Sinopsis:
Far in the future, the World Controllers have finally created the ideal society. In laboratories worldwide, genetic science has brought the human race to perfection. From the Alpha-Plus mandarin class to the Epsilon-Minus Semi-Morons, designed to perform menial tasks, man is bred and educated to be blissfully content with his pre-destined role. But, in the Central London Hatchery and Conditioning Centre, Bernard Marx is unhappy. Harbouring an unnatural desire for solitude, feeling only distaste for the endless pleasures of compulsory promiscuity, Bernard has an ill-defined longing to break free. A visit to one of the few remaining Savage Reservations where the old, imperfect life still continues, may be the cure for his distress
A fantasy of the future that sheds a blazing critical light on the present–considered to be Aldous Huxley’ s most enduring masterpiece
Catatan: Brave New World disebut-sebut banyak orang sebagai salah satu buku dystopia terbesar selain 1984-nya George Orwell.
Catatan [2]: Rekomendasi ini berkiblat pada review kak Annisa Anggiana (tempat dimana pertama kali aku mengenal buku karangan Opa Aldo–panggilan seenaknya sendiri–yang bisa dibaca komplit disini.
Pada awalnya aku tidak mau membaca komplit review itu. Tapi pada kunjungan ketiga, aku tidak tahan untuk tidak membacanya. Apalagi dystopia menjadi genre kedua yang aku sukai saat ini setelah science fiction dan fantasy.
Dan dari review mbak Annisa ini ada beberapa hal yang langsung membuatku penasaran (dan jatuh cinta) pada buku berjudul Berani Baru Dunia Brave New World:
1) Manusia tidak dilahirkan, melainkan dibuat dari sel telur dan sel sperma terpilih di dalam botol di pabrik besar.
2) Manusia yang satu dan yang lain tidak terikat oleh ikatan keluarga. Tidak ada ibu, ayah, kakak, adik, pacar, dan mungkin malah sampai ke gebetan.
3) Manusia bagian dari sistem. Mereka merasa aman, senang dengan dunia dan perannya: mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka tidak bersusah payah dan ngeyel menggapai apa yang tidak seharusnya menjadi milik mereka.
4) Manusia (di Brave New World) tidak perlu merasa cemas akan terserang penyakit. Mereka tidak peduli pada passion dan usia tua. Mereka tidak takut pada kematian.
Bolehkah aku bilang wow sambil dugem alias duduk gembira (kalau koprol, kayang, ngesot jelas bikin capek dan aku malas melakukannya :lol: ) ? Karena aku rasa saat ini adalah saat yang tepat :mrgreen:
Tapi, sebagai penggerak plot, tentu saja ada anomali di dunia yang serba nyaman dan impian banget itu. Dan anomali itu bernama Bernard Marx. Menurut masyarakatnya, Marx itu aneh. Di saat semua orang ingin berada di zona nyaman, dia malah pengen sebaliknya, dia ingin sekali mereguk nikmatnya zona tidak nyaman.
Buku ini pertama kali terbit tahun 1931. Agak heran hingga sekarang buku ini belum juga diterjemahkan. Tidak seperti 1984-nya George Orwell yang pernah diterjemahkan oleh Bentang Pustaka. Beda paling mendalam kedua buku itu adalah bila 1984 mengandalkan rasa takut (yang diadaptasi oleh banyak novel dystopia saat ini), Brave New World main teknologi dan manipulasi pikiran.
Nah, yang menjadi pertanyaan(-ku dan mungkin kalian juga), Apa yang akan terjadi pada Marx? Apakah dia akan ditangkap dan dijebloskan di penjara, atau lebih parah lagi dihapus keberadaaannya?
Atau…
Apa yang akan dilakukan Marx? Melarikan diri dari tempat tinggalnya dan mencari tempat baru dan tinggal sendirian di sana? Atau mencoba meruntuhkan sistem–bukankah kata orang, kadang satu orang bisa membawa perubahan?
Dear penerbit buku Indonesia, akhir-akhir ini buku dystopia kan digandrungi pembaca dunia dan Indonesia, tentunya. Bahkan buku-buku dystopia juga membanjiri Goodreads Choice Award. Memang bukan award yang sangat bergengsi, tapi buku yang masuk nominasi kan buku yang frekuensi bacanya paling banyrak (dengan catatan, buku tersebut terbit tahun ini). Tidak ada salahnya menerjemahkan buku ini ke dalam bahasa Indonesia, kan? Malah mungkin jadi berkah. Dan karena buku ini classic, tidak perlu cemas fakta di dalamnya ketinggalan zaman. Ayo, mana penerbit yang berani menerjemahkan buku yang berani ini? ;)

Ada buku yang mau kalian rekomendasikan juga pada dunia? Ayo jangan diam saja. Ayo, sebarkan pada dunia :D
*Untuk tata syarat ikutan Friday’s Recommendation, kalian bisa langsung berkunjung ke RLC.
P.S. Membaca tulisan ini membuatku teringat pada film The Island yang dibintangi oleh Ewan Mcgregor. Film itu juga teknologinya hampir sama kayak Brave New World, menggunakan manipulasi pikiran agar manusia yang menjadi polis asuransi tetap berada di dalam “kotak”. Bedanya dengan Brave New World, di The Island, manusianya usianya disesuaikan keinginan pembeli.


0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!