Spiral - Invasi dari Perut Bumi

Spiral - Invasi dari Perut Bumi

Penulis: Roderick Gordon dan Brian Williams
Penerbit: Mizan Fantasy
Cetakan: pertama, April 2012
Tebal: 524 halaman
Stew Score: Almost Sweet!
Caution: Sop Iler!

Icip-icip Spiral

Untuk singkatnya, silakan berkunjung kesini.

Bilang aja sedang malas nulis, Jun (_)


Err, enggak kok. Ntar kamu bakal tahu sendiri kenapa aku sengaja memberi link untuk icip-icip Spiral karena citarasanya…

spiral Cita rasa Spiral

Aku tak menyangka akan mendapatkan buku ini. Terimakasih pada salah satu teman baikku, Maryana Ulfah yang telah menghadiahkan buku ini padaku :) 

Awalnya aku senang sekali, apalagi seri buku ini digadang-gadangkan sebagai the next Harry Potter. Tapi… Kenapa hingga sekarang belum diadaptasi ke layar lebar ya? #ditimpukensiklopedia

Daripada berpanjang lebar, jadi aku singkat saja ya. Aku bakal membaginya dalam dua bagian, rasa asam dan rasa manis. Kita mulai dari yang nggak enak dulu.

Rasa asam Spiral:
1) Bab 1, yang harusnya menjadi bagian krusial dari keseluruhan novel, sama sekali tidak menumbuhkan minatku untuk membaca kelanjutannya. Tapi… Karena ini hadiah dari temanku, dan aku sangat menghargainya, aku berusaha mengatasi masalah yang mendera dan makan terus hingga gigitan terakhir.
2) Penggunaan saya, anda, aku, kau (aku membaca versi terjemahan) yang kurang tepat. Sebenarnya aku masih toleransi dengan ini, tapi ya, tak bisa dipungkiri kalau ini agak mengurangi kenikmatan membaca. Cara aman sih, menurutku, lebih baik gunakan aku-kau saja, di bahasa Inggris kan hanya ada I dan You dalam menyebut baik orangtua maupun orang muda, atasan atau orang yang punya kedudukan lebih tinggi.
3) Banyak adegan sia-sia yang kalau dihilangkan pun tidak akan mempengaruhi cerita. Semisal acara jalan-jalan Will dan Chester di lantai 3 di Kompleks, percakapan Harry dan Anne, dst.
4) Ada adegan dimana ada wanita styx yang saking pedenya malah nunggu “eksekutor”-nya datang menghampirinya. Bila benar dia sayang anaknya kenapa nggak fokus menyelamatkan anaknya sebanyak mungkin daripada mengusir para “eksekutor”?
5) Tebakan Will yang merasa Elliot marah pada Danfort karena mengoperasinya. Apa Will lupa yang punya ide mengoperasi Elliot itu Drake? Harusnya, dia merasa Elliot itu marah pada Drake. Bukan Danfort yang hanya mengikuti perintah.
6) Aku baru tahu novel ini “ditemukan” oleh Barry Cunningham yang juga menemukan naksah Harry Potter. Kata Mr. Cunningham, membaca Tunnels (Spiral adalah Tunnels #5) memberi sensasi sama dengan kisah yang ditulis sama Tante Jo. Masalahnya, aku tidak merasakan sensasi itu. Aku malah merasa beberapa nama seolah dibikin sama dengan Harry Potter. Berikut nama-namanya:
a) Hermione, aku kira nama ini adalah salah satu nama yang hanya ada di Harry Potter. Kenapa aku merasa begitu? Sebab nama ini sempat bikin pembaca HP bingung bagaimana mengeja nama cewek terpintar di serial itu, hingga tante Jo menyisipkan cara mengeja nama Er-My-Knee itu di buku HP ke-4.
b) Harry, karakter yang sebenarnya nggak penting-penting amat menurutku. Hanya beberapa kali muncul lalu terlupakan.
c) Cokelat Katak, Chester menyebutnya ketika mengobrol dengan ibunya.
d) Cruickshank, agak-agak terdengar kayak Crookshank kan? Nama itu hanya muncul sekali.
7) Hingga di gigitan terakhir, aku tidak menemukan dimana invasinya. Teror iya, di gigitan-gigitan awal, tapi mana Invasinya? Lalu perut bumi. Styx baru masuk perut bumi di lembar-lembar terakhir, lebih dari 3/4 buku mereka beraktifitas di permukaan bumi.
8) Terlalu banyak menyorot banyak tokoh. Bahkan tokoh yang nggak penting-penting amat kayak Harry. Meski tidak diperkenalkan, aku rasa orang juga nggak bakal inget dengannya setelah “kelar makan.”
9) Sebenarnya ini keterbatasanku, tapi aku masukin aja deh ke rasa asam Spiral secara mataku terasa asam pas baca ini, heheh. Yakni, ada beberapa istilah yang bikin aku mengerutkan kening karena tidak ngeh, semisal: Popor, lonceng-lonceng alarm berdentang bagaikan gila, jantung mereka bagaikan bengkak karena bangga.
10) Satu lagi adegan yang bikin aku… Menautkan kedua alisku. Adegan dimana Drake yang bisa langsung tahu dan mengenali serangga kesatria (mungkin ini kesalahanku lagi, kayaknya ada yang terlewat olehku).
11) Endingnya mungkin bikin penasaran, tapi bagiku itu kejam! Setelah “tersiksa” dibikin bosan sepanjang buku masih digiring ke buku selanjutnya? Oh, God.
12) Tapi dari semua itu nggak ada apa-apanya. Rasa paling asam dari buku Spiral ini adalah…
Gaya bercerita Mr. Gordon dan Mr. Williams yang sangat bertele-tele yang mungkin bertujuan untuk memperbanyak jumlah halaman.
13) Ohh, dan satu lagi, apa maksud Spiral ya? Tampaknya aku melewatkan satu hal lagi :oops:
Tentunya ada alasan lain selain menghargai temanku bagiku untuk terus menggigit Spiral hingga lahapan terakhir.

Rasa manis Spiral:
1) Covernya keren banget!
2) Sinopsisnya oke, langsung menimbulkan rasa lapar [baca: rasa penasaran]
3) Ilustrasi kasarnya yang, sedikit tapi, top banget.
4) Keputusan penulis yang membunuh banyak sekali karakter, baik dari pihak yang baik maupun pihak yang jahat.
5) Adanya Stephanie. Entahlah, aku ngerasa tiap ada dirinya selalu ada kelucuan.
6) Adanya Opsir Kedua. Entah hanya perasaanku saja, tapi tiap penulis masuk menceritakan apa yang terjadi di sekeliling Opsir Kedua, hampir kesemuanya menegangkan dan (beberapa nyaris) mencengkam!

Panjang banget ya? Anggap saja singkat ya :-P 

Ide Spiral sendiri menurutku tidak spektakuler, tapi lumayan-lah. Menjanjikan sesuatu yang seru, tapi bila duo penulis itu tidak berhenti menulis secara bertele-tele, dan aku tidak bisa menyingkirkan prasangkaku bahwa hal itu dilakukan agar jumlah halamannya menggelembung banyak, maka aku tidak akan pernah mengucapkan WOW-ku untuk karya mereka.

Intinya sih, dari sekian banyak buku fantasy terbitan Mizan, buku ini bukan bukuku. Sayang sekali, padahal banyak sekali buku terjemahan terbitan Mizan yang sangat aku sukai bahkan banyak yang menjadi favoritku. Dan kalau boleh menyebutnya… Delirium, Lorien Legacies, Eon dan Kane Chroniles (terbitan Noura tapi ada “bendera Mizan Fantasy”-nya kan?) adalah buku-buku yang masuk jajaran favoritku.

P. S. Mungkin ini terdengar absurd, tapi ketika nama ibu kandung Will, Sarah Jerome, disebutkan dan dikisahkan oleh beberapa orang, aku tiba-tiba teringat oleh ibu tangguh yang lainnya, Sarah Connor, salah satu karakter di film keren besutan James Cameron, Terminator.


0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!