Vandaria Saga: Kristalisasi


Takdir Elir


Vandaria Saga: Kristalisasi

Vandaria Saga: Kristalisasi

Penulis: Alexia Deechan, Melody Violine, Aryo Pratomo, Harbowoputra, Andry Chang, Pratama Wirya, Rynaldo C. Hadi, Iris Aegis, Amy Raditya, Hans. J. Gumulia
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: 2012
Tebal: XVIII + 272 halaman
Stew Score: 4 of 5 Bowls

Icip-icip Vandaria Saga: Kristalisasi

Beragam kisah fantastis terjadi di semesta Vandaria. Dari kisah yang membuat jantung berdebar hingga kisah yang membuat mata kita (nyaris) melepaskan cairan bening dan membanjiri kedua sisi pipi.

Evander Evrard mendapatkan Bisikan Sang Angin, bisikan yang menuntunnya dalam duelnya sebagai komandan Isfaris. Bisikan apa kira-kira yang didapatkannya? Apakah bisikan menuju kemenangan?

Vaeran tidak segan-segan, bahkan masuk kategori tega, menghukum manusia-manusia yang menyebabkan Padamnya Bintang-Bintang Vaeran sendiri. Kenapa bintang-bintang Vaeran bisa padam? Dan hukuman apa yang dijatuhkannya pada manusia-manusia penyebab kemurkaannya tersebut hingga menyeret seorang Pejalan Cakrawala ikut campur?

Tiap satu bulan sekali, kastel tempat Hamon tinggal mendapat kiriman satu anak manusia. Dan tiap satu bulan sekali, dia menyaksikan anak-anak manusia tersebut dijadikan bahan utama untuk membuat Batu Filsuf. Sebenarnya apa kegunaan Batu Filsuf hingga mengorban satu nyawa anak manusia dalam proses pembuatannya?

Suatu hari di Musim Gugur, dua murid Akademi Sihir Holstok Lena dan Ivan mengalami peristiwa berbeda yang akan mengubah hidup mereka. Lena terlonjak bangun mendapati seekor naga bening dalam kamarnya. Sementara, Ivan bersama kedua temannya yang sedang menyusuri lorong-lorong bawah tanah dikejutkan oleh kehadiran seorang gadis misterius. Kenapa naga bening itu ada di kamar Lena? Siapa gadis misterius yang dilihat Ivan cs? Lalu, apa benang merah dari dua kisah yang berbeda tersebut?

Fyanei memiliki bakat yang langka. Dia bisa menumbuhkan tumbuhan hanya dengan bernyanyi. Nyanyian Alam. Tapi, apakah Nyanyian Alam-nya bisa menyelamatkan desanya dari bencana tanah longsor?

Di Padang Hijau Atap Merah, Gael Grifon berusaha membujuk penyihir frameless untuk mengangkatnya sebagai murid. Celakanya, Gael adalah manusia yang dilahirkan tanpa kemampuan sihir. Penyihir tersebut kemudian mengutusnya untuk mencari naga dan mengambil jantungnya untuk bahan tongkat. Berhasilkah Gael mendapatkan jantung seekor naga?

Athalos yang hilang ingatan memegang salah satu dari tiga buah Relik Agung Gallizur, yang dicari oleh hampir semua orang di kerajaan Barzha. Tiga buah relik itu dipercaya bisa memerangi jenderal Deimos yang terkenal keji dan tidak memiliki belas kasihan. Siapa sebenarnya Athalos? Sanggupkah dia dan teman-teman barunya menghadapi jenderal Deimos?

Di Bawah Bulan Separuh kota perdagangan Zarkand, seorang pencuri demi bertahan hidup nekad mengambil sebuah kristal dari seorang lelaki tua yang buta. Anehnya, orangtua itu bilang kristal itu sebenarnya milik si pencuri. Nah lho, siapa sebenarnya orangtua itu? Lalu takdir apa yang menunggu sang pencuri setelah mendapatkan kristal miliknya?

Seorang penyair bernama Arvena sering membohongi rakyat dengan syair kepahlawanan demi membakar semangat dan jiwa patriotisme mereka. Dia berhasil. Tapi efeknya jauh dari perkiraan Arvena. Syairnya menginspirasi banyak orang yang sebenarnya tidak mampu berperang untuk ikut terjun dalam kancah peperangan. Beri Kami Damai adalah tugas terakhir bagi Arvena untuk memperbaiki kesalahannya. Apakah Arvena akan berhasil meyakinkan rakyatnya?

Pentagon. Lima cerita dari lima tokoh utama yang memegang kunci nasib Benua Elir. Prekuel (singkat) dari Chronicles of Elir.

Tiga zaman, tiga benua, sepuluh kisah yang mengkristal bersama dalam satu semesta Vandaria.

Citarasa Vandaria Saga: Kristalisasi

Sebelumnya, aku ingin berterimakasih pada kak Truly Rudiono yang secara tak langsung “memaksa”-ku mengkristal bersama Vandaria dengan kontes yang diadakannya beberapa minggu yang lalu.
Juga pada kak Melody Violine. Berkat dia aku bisa menikmati 10 kisah, 10 cara pengolahan, dan 10 rasa yang (kurang lebih) berbeda dalam buku Vandaria Saga: Kristalisasi.

Aku awali dari kemasannya dahulu.

Kombinasi warna kemasannya lumayan. Kayak sampo bayi gitu deh (?). Lembut dan tidak pedih di mata. Meski gitu aku suka sekali cover belakangnya–kendati suguhan pemandangannya hanya di pinggiran kotak sinopsis dan endorsment.

Pembatas bukunya unik. Ukurannya sedikit lebih kecil dari pembatas buku pada umumnya. Pita berwarna biru langit tersimpul di ujung kanan atasnya. Bagi yang merasa risih, simpul pita itu bisa dilepas dengan mudah kok. Oh, dan bonus stiker. Buku pertama yang aku tahu “menghadiahkan” stiker pada (calon) pembacanya.
Banyak sekali keunikan yang ditawarkan oleh buku Vandaria Saga: Kristalisasi ini, selain pembatas buku dan bonus stikernya.

Yang pertama, sebelum memasuki kisah-kisahnya, mata kita akan diimanjakan dahulu oleh ilustrasi menawan berisi sedikit pengenalan semesta Vandaria.

Kedua, daftar isinya: berbentuk peta dunia. Tapi tidak dilengkapi nomor halaman.

Ketiga, daftar istilah yang diletakkan di bagian depan alih-alih di belakang. Bagiku ini langkah pencegahan yang tepat dalam mengantipasi kening berkerut, alis naik, dan bibir monyong (?) Saat pembaca sedang menikmati sajian.

Sekarang waktunya “habiskan” sajiannya:
a) Bisikan Sang Angin
Tidak ada masalah di kisah pembuka buku Vandaria Saga: Kristalisasi. Pas. Nuansa fantasy-nya sangat kental. Jadi pembaca tidak ragu lagi bahwa Kristalisasi memang buku kumpulan cerpen fantasy.
b) Padamnya Bintang-Bintang Vaeran
Typo: satu kali.
Alat musik viola itu maksudnya biola, bukan? Jujur sih, aku belum terbiasa menyebutnya viola. Atau viola ini alat musik ala semesta Vandaria? Bisa jadi.
Ada satu quote yang membuatku manggut-manggut dan bergumam, “Pantas saja beberapa orang suka banget membagi kegalauan mereka.” :lol:
c) Batu filsuf
Typo: dua kali.
Kisah yang menurutku berpotensi untuk dikembangkan jadi novel.
d) Musim Gugur
Awal baca, aku bertanya-tanya, “Apa arti dari +500?”
Membaca lebih jauh, “Apa arti -500?”
Lebih jauh lagi, aku bergumam, “Ohh, ternyata arti +500 dan -500 itu… Itu toh.”
Pas ending, “Oh my goat (?) ternyata arti dari +500 dan -500 adalah anu.”
Kisah yang memukau. Apalagi ada naganya. Dituturkan dengan gaya penceritaan “selang-seling” yang, menurutku, sangat pas digunakan untuk membangun ketegangan dalam kisah ini.
e) Nyanyian Alam
Typo: empat kali.
Sesawi itu artinya apa ya? Apa seikat sawi? #eh #ditimfoekboekoe
Ada kalimat yang menurutku tidak perlu diigarismiring.
Ada kalimat yang diucapkan Geoff yang, meski kubaca berulang-ulang, menurutku, tetap kurang pas penggunaannya.
Kelebihan huruf capital atau kata yang di-capslock.
Ada dua pertanyaan yang muncul di benakku ketika membaca kisah ini: “Fyanei umur berapa sih, apa dia lupa tinggal di semesta Vandaria, hingga dia tak mengerti keajaiban?” Dan “Apa arti tanda seru di kisah ini?” (Aku merasa penggunaannya banyak sekali yang tidak pas).
Meski begitu, cerpen in merupakan cerpen pertama yang pesannya mudah sekali untuk ditangkap.
f) Padang Hijau Atap Merah
Typo: dua kali.
Masalah tanda seru di cerpen sebelumnya berlanjut ke cerpen ini. Penggunaannya masih terasa kurang pas.
Selain merupakan satu-satunya cerpen yang tidak memiliki ilustrasi, aku juga kurang suka dengan gaya penceritaannya. Bahasanya sedikit berantakan. Terutama dialognya–yang juga terasa kurang alami.
Penulis juga tidak konsisten dalam penulisan kata “kau.” Aku menemukan kata “kamu” terselip dalam sebuah dialog.
Tapi aku suka dengan karakter naganya yang sangat lucu, kocak, dan “beda” dengan naga pada umumnya (?).
g) Relik Agung Gallizur
Typo: lebih dari sepuluh kali.
Cerpen pertama yang menggunakan POV orang pertama/aku.
Ada bebeapa hal yang membuat sebelah alisku naik: Athalos yang ditemukan di dalam gua dan tertimbun salju.
Tertimbun salju… Di dalam gua? Gua es-kah? Hal itu, menurutku, cukup aneh. Menilik lokasi tempat kejadian, di peta dunia, jauh dari dataran es.
Dalam sebuah adegan penulis lupa menulis nama salah satu tokoh.
Penggunaan kata “celoteh” yang menurutku kurang pas.
Aku suka endingnya. Bener-bener di luar dugaanku.
h) Di Bawah Bulan Separuh
Typo: dua kali.
Cerpen kedua yang menggunakan POV orang pertama.
Ada dua kata yang, menurutku, lupa dituliskan oleh sang penulis.
Selebihnya, I love this story so much!
i) Beri Kami Damai
Typo: dua kali.
Cerpen ini membuatku bertanya-tanya, penulisan kata ibukota yang benar itu apakah ibukota (melekat) atau ibu kota (dipisah)?
Ada satu kalimat yang, menurutku, kelebihan satu kata “yang.”
Merupakan satu-satunya cerpen yang memiliki hingga tiga ilustrasi.
Menurutku, cerpen yang satu ini cerpen yang komplit. Maksudku… Bagaimana menjelaskannya ya? Meski singkat tapi bisa menyajikan kisah seolah memiliki jumlah halaman sebanyak novel.
j) Pentagon
Typo: lima kali.
Karena mungkin cerpen ini dimaksudkan untuk mengenalkan novelnya, jadinya aku tidak menemukan dimana letak klimaksnya.
Tapi cerpen ini lumayan sukses bikin aku penasaran dengan kelanjutan kisah para tokohnya di Takdir Elir. Dan untungnya, aku sudah punya bukunya! \^^/ *Thank’s to mbak Truly Rudiono yang sudah menyelenggarakan lomba mengenai Vandaria*
Dari 10 kisah di dalam Vandaria Saga: Kristalisasi, mana yang paling kamu suka, Jun?
Ada tiga kisah: Di Bawah Bulan Separuh, Beri Kami Damai, dan Musim Gugur. Judulnya terlihat simple, tapi menawarkan sesuatu yang “wah” (bagiku).
Menurutmu, ada yg perlu diperbaiki tidak?
Aku suka tata letaknya. Aku juga suka ilustrasinya. Terutama ilustrasi yang terpasang di cerpen Di Bawah Bulan Separuh dan Padamnya Bintang-Bintang Vaeran.

Oh iya, aku lihat di halaman kru (aku tidak tahu harus menyebutnya sebagai halaman apa) aku tidak menemukan kata editor atau pun pemeriksa aksara.

Apakah Vandaria Saga: Kristalisasi tidak memiliki editor?

Bila benar, aku rasa demi meningkatkan kualitas–masih banyak sekali typo (dari tanda baca yang kurang tepat penggunaannya, huruf capital yang tidak hanya digunakan berlebihan tapi juga kadang kurang, dst), buku ini harus memiliki editor.
Dari 10 kisah di Vandaria Saga: Kristalisasi, yang Jun baca, adegan mana saja yang paling dikenang? Dan kenapa?
Ending Di Bawah Bulan Separuh, karena mengingatkanku pada… Sesuatu :oops:
Obat sewarna muntah di Bisikan Sang Angin, sebab membuatku membayangkannya sangat mendetail, hahah.

Kefrontalan Arvena dalam mendeskripsikan suasana di medan perang, sebab membuatku merinding dan (nyaris) membuat mataku berembun.
Seandainya Jun ketemu sama ke-10 penulis kisah di Vandaria Saga: Kristalisasi, kamu punya saran khusus (sebagai bahan masukan) tidak?
Ada. Untuk Kak Andry Chang, kurangi penggunaan capslock. Menurut pengamatanku selama ini, banyak pembaca merasa terganggu dengan penggunaan capslock yang berlebihan. Tanda seru satu cukup mewakili kalimat tegas, tanda seru (berjumlah) dua atau tiga biasanya diterjemahkan sebagai jeritan kencang. Kalau kata yang ditekan, dari pengamatanku, bisa digarismiring, diberi tanda petik satu, atau dinarasikan. Kalau sesekali menggunakan huruf capital, aku rasa boleh-lah (emang siapa diriku, sampai mengatakan boleh atau tidak, hahah). Tapi sebaiknya jangan gunakan tanda seru di belakangnya, biar tidak terkesan berlebihan.

Untuk kak Pratama Wirya. Selain memiliki masalah pada penggunaan tanda seru, Kak Wirya ini punya masalah dalam dialog. Beberapa dialog di cerpen terasa kurang alami. Beberapa narasinya juga sedikit berantakan. Harus diperbaiki agar membuatku jadi nyaman dalam membacanya. Tapi idenya bagus. Apalagi naganya yang “ehm” merupakan salah satu tokoh yang aku suka, heheh. Aku yakin di karya berikutnya, tulisan Kak Wirya akan semakin baik, dan bisa membuat pembaca sepertiku merasa nyaman dalam membaca kisah yang dihidangkan :) 

Dan, untuk Kak Aryo Pratomo, itu cerpennya di-remake jadi novel dong kak. Aku yakin, pasti keren banget!

Satu lagi buat kak Ami Raditya. Aku tidak mau kasih saran sih, tapi mau minta saran bikin cerpen komplit kayak Beri Kami Damai, hahah. Bagi tipsnya dong, kak :-P 

Lalu gimana dengan yang lain? Yang lainnya… keep writing, ya! \^^/

Sebagai buku Vandaria Saga yang pertama aku baca, Kristalisasi memberikan gambaran bagus mengenai semesta Vandaria. Aroma fantasi-nya yang kental. Keberadaan frameless yang seperti magnet, menarik perhatian.

Selesai menamatkan Vandaria Saga: Kristalisasi ini, aku (semakin) ingin menulis kisah (bombastis) yang bersetting di semesta Vandaria juga. Tepatnya saat Era Kekuasaan Manusia (Ingin tahu era apa aja yang ada di semesta Vandaria? Temen-teman bisa melihatnya di hikayat Vandaria). Frameless menarik, tapi keberadaan mereka yang tersisihkan menurutku akan menonjolkan kaum yang memiliki dua warna mata itu. Juga karena akhir-akhir ini aku lebih suka dengan senjata-senjata canggih daripada sihir. Mesti bikin konsep yang matang sebelum di-submit nih, heheh.

Sebenarnya Vandaria itu apa sih? Untuk info lebih lanjut, silakan teman-teman kunjungi Vandaria.com :D

0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!