The Wide Window by Lemony Snicket

The Wide Window

Penulis: Lemony Snicket
Penerbit: HarperCollins
Tebal: 208 halaman
Seri: A Series of Unfortunate Events #3
Genre: fantasi - komedi - realistic fiction
Stew score: Almost - Yummy!
Target: Teen (11 tahun ke atas)

Sececap The Wide Window

Masih ingat dengan Violet Baudelaire yang suka menciptakan peralatan-peralatan aneh? Atau Klaus Baudelaire, bocah yang gemar sekali membaca buku? Atau Sunny Baudelaire, balita yang suka sekali menggigiti apa saja dengan empat gigi tajamnya? Masih ingat juga ketidakberuntungan yang menguntit mereka kemana pun mereka pergi?

Setelah kemalangan yang menimpa mereka di The Reptile Room, yang membuat mereka kehilangan Guardian atau wali mereka yakni Uncle Monty, mereka harus tinggal bersama kerabat mereka yang lain, sesuai dengan wasiat kedua orang tua mereka.

Kali ini anak-anak Baudelaire mesti tinggal bersama bibi mereka, Aunt Josephine.

Sedikit gambaran Aunt Josephine: Janda yang belum bisa move on (suaminya meninggal karena lintah, kalau kalian penasaran). Cinta mati sama tata bahasa atau grammar. Takut pada semua hal—bahkan dengan daun pintu. Terutama paling takut, atau bisa dikatakan phobia, dengan realtors (orang yang kerjaannya menjual rumah, bangunan, tanah).

Aunt Josephine mungkin tak sebaik Uncle Monty, tapi dia berusaha sebaik mungkin mengurus anak-anak Baudelaire. Bahkan dia tak mengizinkan anak-anak melakukan pekerjaan rumah. Setidaknya, hal itu lebih dari cukup untuk anak-anak.

Namun, lagi-lagi, muncul seseorang yang merusak segalanya. Adalah Captain Sham, seseorang berkaki dan bermata satu yang tiba-tiba muncul dan membuat anak-anak Baudelaire tak bisa menghirup ketenangan.

Citarasa The Wide Window

Entah sengaja atau tidak, atau memang rasa humor Lemony Snicket semakin meningkat, buku The Wide Window ini jauh lebih lucu dari dua buku prekuelnya.

Kelucuan itu berkat karakter Aunt Josephine yang punya ketakutan yang berlebihan.

Takut danau, tapi tinggal di rumah yang menempel di tebing danau. Takut telepon karena bisa nyetrum. Takut daun pintu karena siapa tahu benda itu pecah dan mengenai matanya. Takut nyalain kompor, hingga tak mau masak menggunakannya. Alhasil anak-anak Baudelaire hanya makan makanan yang sedingin es.

Pernah, anak-anak makan malam bersama Aunt Josephine dengan hidangan yang harusnya disajikan panas. Tahu apa yang dilakukan Aunt Josephine? Tentu saja dia tak menyalakan kompor. Tapi karena makanan itu adalah makanan yang harusnya disajikan dalam kondisi panas, dia meniupnya.

Seriusan. Sup yang dinginnya sedingin es itu ditiup oleh Aunt Josephine.

Itu baru satu, masih banyak lagi kekonyolan Aunt Josephine lainnya yang sukses membuatku ngakak bantal-bantal (?)

Humor lainnya yang tak bisa kulupakan adalah penjelasan dari Lemony Snicket soal maling benda-benda di museum. Mencuri di museum baru benar kalau kamu memang benar-benar lapar.

Bukankah itu pembenaran hal yang salah?

Eits, tunggu dulu. Kalimat itu masih punya sambungan: "Kalau kamu kelaparan, maka tak masalah kamu mencuri di museum. Curilah lukisan, bawa ke rumah dan makan lukisan itu."

Alih-alih menyuruhnya menjual, Lemony Snicket malah menyuruh memakannya!

Novel yang lucu, tapi tetap saja suram berkat ketidakberuntungan yang memayungi anak-anak Baudelaire ke mana pun mereka pergi.

Ending bahagia tampaknya bukan takdir anak-anak berbakat unik itu.

Masih soal ending. Di ending, ada peringatan dari Lemony Snicket. Sebelumnya perlu diketahui dia selalu memberi peringatan di bab 1 mengenai bahwa kisah yang ditulisnya tak pernah mempunyai ending bahagia dan menyarankan agar mereka yang tak suka cerita model elegi ini segera menutup bukunya. Nah, di ending ada peringatan tambahan mengenai buku keempat yang berjudul The Miserable Hill yang kata penulisnya sendiri akan terjadi hal menakutkan pada anak-anak Baudelaire.

Berani lanjut baca ke buku selanjutnya? ;)

Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
| | |

0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!