The Mediator: Shadowland
Judul terjemahan: Negeri Bayang-Bayang (Shadowland)
Penulis: Meg Cabot
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 256 halaman
Stew Score: 4 of 5 Bowls
Icip-icip The Mediator: Shadowland
Sekilas Suze, panggilan akrab Susannah
Simon, tampak seperti gadis biasa. Tapi bila kita mau mengenalnya lebih
dekat lagi, kita akan menyadari bahwa dia lebih dari sekedar biasa.
Aku tahu Susannah. Dia… gaya busananya agak sedikit nyentrik dan terkesan seperti anggota geng (apa mungkin geng motor yang sekarang ini sedang marak?)
Yee, ngawur! Gaya busana seperti itu…
ada-lah, tapi bukan itu hal luar biasa yang dimiliki oleh Suze. Kalau
mau teliti sedikit dia itu, sering sekali kedapatan ngomong sendiri–
Oh my goat (?) Susannah… gila?! O_o
Kamu itu ya *timpuk* jangan suka motong
omongan orang. Suze tidak gila. Suze memang kelihatannya ngomong
sendiri. Tapi dia ngomong dengan seseorang. Atau yang dulunya seseorang.
Seseorang yang telah meninggal.
Suze bisa melihat hantu–dan mengajaknya ngobrol?!
Tidak hanya itu. Dia juga bisa… menendang bokong hantu yang kurang ajar
Tapi Suze tidak bangga dengan kemampuan
uniknya itu. Gara-gara kemampuannya melihat hantu dia sering mendapat
masalah, bahkan beberapa diantaranya sampai melibatkan polisi segala.
Dia berharap, dengan menerima tawaran ibunya, yakni ikut tinggal di
rumah suaminya yang baru (ayah tiri Suze) dia bisa terhindar dari
gangguan para hantu. Hantu-hantu yang… meminta bantuannya untuk
menyelesaikan urusan mereka yang belum selesai.
Apakah setelah pindah dia… terbebas?
Sayangnya, tidak. Malahan baru saja dia
menginjakkan kaki di kamar tidurnya yang baru dia bertemu dengan Jesse,
hantu super tampan, memiliki suara selembut sutra, dan mempunyai otot
dada dan perut yang menawan #eh.
Juga ketika hari pertamanya dia masuk
sekolahnya yang baru. Tidak hanya bertemu dengan Pastor Dom, yang baik
hati dan menjelaskan bahwa Suze adalah seorang mediator, tapi juga
dengan Heather. Hantu cantik yang ingin membunuh mantan pacarnya!
Apa yang akan terjadi selanjutnya pada Suze?
Citarasa The Mediator: Shadowland
Jujur saja, aku lebih suka seri yang ini
ketimbang Princess Diaries (keduanya ditulis oleh penulis yang sama, Meg
cabot). Bukan berarti Princess Diaries jelek, buku itu bagus kok. Tapi…
karakternya Susannah lebih menarik dari Mia, heheh. Dia itu sangat…
lucu! (walau sedang marah sekali pun)
Tidak banyak hal yang bisa aku komentari
dari novel ini (bukan karena aku fans dari penulisnya, ya, hahah).
Covernya bagus. Gaya penulisannya, oke. Penerjemahannya baik. Minim
typo. Ditambah lagi penulisnya (tampaknya) melakukan riset yang
(mungkin) cukup banyak untuk menyajikan kisah unik di dalam bukunya ini.
Contoh risetnya seperti: Dialek bahasa yang digunakan beberapa abad
lalu (yang digunakan oleh Jesse) dan ritual “penyeberangan” untuk
Heather.
Ehm, secara The Mediator: Shadowland ada hantunya… berarti itu novel horror ya?
Kenapa baru ditanyakan sekarang? The Mediator: Shadowland,
meski “melibatkan” banyak hantu didalamnya sebenarnya novel ini
(seperti khas novel Young-adult lainnya) adalah novel yang romantis.
Apalagi alasan Heather ingin membunuh mantan pacarnya.
Kekurangannya menurutku hanya dua, bahasa
untuk Jesse terlalu gaul dan celetukan-celetukan remaja Amerika kurang
berasa lucu (di buku terjemahannya). Jadi, aku sarankan, tidak hanya
baca yang versi terjemahan, tapi juga versi aslinya, hehe.
Bagi para penggemar kisah cinta yang
unik, bagi teman-teman yang ingin mencari bacaan yang ringan, dan bagi
teman-teman yang ingin membaca kisah hantu tapi takut pada hantu,
cobalah untuk “melahap” buku ini: The Mediator:Shadowland. Aku jamin
perut kalian akan kenyang gara-gara… keseringan tertawa
0 comments:
Posting Komentar