City of Thieves
Kota Para Pencuri
Penulis: David Benioff
Penerbit: Ufuk Press
Tahun terbit: 2010
Tebal: 490 halaman
Genre: Historical Fiction - adventure
Target: Adult (17 tahun ke atas!)
Score: Almost - Yummy!
Kalimat pertama City of Thieves
: Kakekku, pejuang bersenjatakan pisau, membunuh dua orang Jerman sebelum usianya delapan belas.
Lev Beniov--merasa heran nama belakang tokohnya nyaris persis sama dengan nama pengarangnya?, adalah seorang pemuda tanggung bertubuh kecil yang selalu gelisah. Saat keluarganya mengungsi ke kota yang aman, dia justru bertahan di kotanya dan membuatnya terkena tuduhan penjarahan. Tanpa ba-bi-bu, apalagi ca-ci-cu, dia pun dijebloskan di penjara. Dan menjadi teman satu sel Kolya, prajurit muda tampan yang dituduh melalaikan tugasnya.
Pada saat itu, Rusia sedang dalam kondisi yang berat. Mereka sedang berperang dengan Jerman (yap, perang dunia pertama). Jadi kesalahan sekecil apapun bisa berakibat hukuman mati.
Tapi, alih-alih dieksekusi, kedua pemuda itu justru diberi kesempatan kedua untuk memperjuangkan kebebasan mereka; mereka diminta mencari selusin telur.
Apa? Aku tidak salah menuliskan kata-kata itu. Lev dan Kolya memang diminta, atau tepatnya diperintah, mencari selusin telur sebagai ganti nyawa mereka. Jadi ya, nyawa mereka memang setara dengan selusin telur.
"Kau ingin kami mencari telur?"
"Satu lusin," katanya. "Istriku cuma butuh sepuluh, tapi kupikir mungkin ada sebutir yang pecah, atau satu-dua yang busuk." Dia menangkap kebingungan kami lalu tersenyum lebar, dan mengcengkeram bahuku cukup keras untuk membuatku berdiri lebih tegak. "Bawahanku bilang tak ada telur di Leningrad. Tapi aku yakin segalanya ada di Leningrad, sekalipun sekarang. Aku hanya butuh orang yang tepat untuk menemukannya. Sepasang pencuri."
"Kami bukan pencuri," kata Kolta, sangat tegas, menatap lurus ke mata sang kolonel.
Meski tugas itu terdengar konyol, hal itu masih jauh lebih baik daripada mereka menerima hukuman mati. Jadi, mau tak mau, mereka pun berangkat mencari telur. Terdengar mudah dan sederhana? Memang. Seandainya saat itu masih ada pasar. Di masa itu, mencari telur itu sama seperti mencari sebuah jarum di tumpukan jerami!
Apakah mereka berhasil menemukan selusin telur? Ataukah mereka kembali dengan tangan hampa? Yang jelas perjalanan mereka mencari telur jauh lebih menarik untuk disimak daripada akhir perjalanan mereka.
Buku City of Thief ini diawali oleh sebuah prolog, yang menyiratkan bahwa kisah dalam buku ini adalah kisah nyata sekaligus kisah fiksi. Nyata karena nama tokoh utamanya, si narator, si aku, Lev Beniov, disebut sebagai kakek dari si penulis, David Benioff. Dan sekarang kalian tahu kenapa namanya terdengar sama. Fiksi karena di akhir kalimat, si kakek yang bernama Lev, tak mau menceritakan kisah masa kecilnya di Piter (nama kecil Saint Petersburg, salah satu kota besar di Rusia) secara mendetail, dan membebaskan David menggunakan imajinasinya.
Dan apakah benar itu kisah nyata?
Kalau menurutku? Tidak. Maksudku bahwa ceritanya mengambil setting waktu pada masa Jerman menginvasi Rusia itu memang nyata, tapi kisah Lev ... Aku rasa itu fiksi. Dugaan ini berdasarkan ucapan terima kasih penulis yang dicetak di halaman belakang buku ini. Dia menyebut beberapa hal yang membuat ala kisah nyatanya jadi luntur.
Tapi, sekali lagi, itu menurutku. Siapa tahu ini benar-benar kisah kakeknya David Benioff.
Kendati novel ini tebal, nyaris 500 halaman, dan tokohnya cukup banyak, banyak tokoh yang terasa numpang lewat saja. Tapi mungkin bisa itu disengaja karena penulis ingin pembaca fokus pada dua tokoh utamanya, Lev dan Kolya. Lev adalah jenis tokoh yang suram, tidak terlalu percaya diri, tapi tidak sampai mudah dibenci. Sementara Kolya merupakan kebalikannya, dan membuatnya jadi lebih mudah disukai dibanding Lev. Terlebih lagi, dia merupakan salah satu hal yang membuat kesuraman novel ini berkurang karena selera humornya yang oke punya.
Dan untunglah penulis menaruh Kolya di karyanya. Kalau tidak, bagian membosankan novel ini, bisa-bisa menumbangkanku di tengah-tengah perjalanan menuju halaman terakhir, hahah.
Secara keseluruhan, City of Thieves karya yang bagus. Memberiku sedikit gambaran saat perang antara Jerman dan Rusia. Memberiku sedikit pengetahuan mengenai Rusia (seperti sebutan kecil Piter untuk Saint Petersburg) dan pengetahuan lainnya (sebutan fritz untuk orang Jerman--tapi aku tak tahu ini sebutan kasar atau biasa saja, yang terbukti membantu saat aku membaca novel lain yang memuat kata ini). Memberiku kisah persahabatan yang oke punya antara dua remaja pria. Oke, salah satunya mungkin tidak seremaja itu. Tapi untuk disebut tua, dia belumlah tua. Siapa yang menyangka, dalam hitungan hari, yang awalnya saling tidak suka (Lev aja sik sebenarnya, Kolya mah biasa aja) jadi sahabat kental.
P. S. Terima kasih pada sahabatku si Dude (bukan nama sebenarnya, nama sebenarnya Srul xD ), yang telah meminjamkan buku ini. Untunglah dia punya buku ini, kalau tidak mungkin aku tidak akan pernah membaca buku ini karena buku ini super langka!! Ditambah lagi penerbitnya sudah ... Katakanlah tidak ada.
P. S. S. Srul sempat memperingatkanku kalau di City of Thieves ini ada adegan dewasa. Aku hanya, sebut saja, memutar mata saja. Mau sedewasa apa sik? Gitu dulu batinku. Dan ternyata ... Dugaanku benar. Adegan dewasanya gitu doang. Kagak sampai kena rating 17+, melainkan 14+. Tentu dengan tolak ukur standarku yak :))
0 comments:
Posting Komentar