The Shining Girls by Lauren Beukes

The Shining Girls

Penulis: Lauren Beukes
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2015
Tebal: 430 halaman
Genre: Misteri - Crime Fiction - Fantasi - Time Travel
Target: Adult (17 tahun ke atas)
Score: Sweet

Kalimat pertama The Shining Girls

: Dia mencengkeram poni plastik oranye itu dalam saku jaketnya.

Kisah pembunuh berantai mungkin sudah biasa, atau setidaknya bukan hal baru di dunia perfiksian. Tapi bagaimana bila kisah itu disandingkan dengan unsur perjalanan waktu? Seorang pembunuh berantai yang sekaligus penjelajah waktu? Itulah yang menjadi plot utama di The Shining Girls ini.


Namanya Harper. Seorang pria misterius yang tampaknya sudah lupa bagaimana rupa kebaikan. Suatu hari di harinya yang biasa, yang penuh dengan hal suram, dia menemukan sebuah rumah yang memungkinkannya untuk menjelajah waktu. Penemuan itu seolah-olah merupakan sebuah kebetulan, tapi tidak. Takdir atau sesuatu yang lain telah menuntunnya untuk menuju rumah itu. Rumah yang pintunya membuka ke berbagai waktu.


Rumah yang meminta Harper untuk melakukan tugas kotor: membunuhi gadis-gadis yang entah bagaimana di matanya terlihat bersinar.

Namanya Kirby. Dia adalah salah satu korban Harper yang secara ajaib, atau karena semesta menggariskannya begitu, selamat dari upaya pembunuhannya. Setelah berhasil keluar dari kungkungan traumanya, Kirby justru berubah terobsesi menemukan orang yang berusaha membunuhnya. Siapa dia? Kenapa dia mendatangi Kirby? Apa yang membuatnya berhak memutuskan hubungan Kirby dengan kehidupan? Apakah dia hanya orang iseng yang kebetulan hobinya membunuhi orang secara acak? Atau sebaliknya, tidak acak sama sekali?

Pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya hanya diketahui oleh Harper.

Dan satu masalah lagi: bagaimana cara menemukan orang itu? Sebab setelah hari sial itu orang itu bak menghilang ditelan bumi.

"Kenapa?"
"Karena aku membutuhkannya. Berapa usiamu?"
"Enam tahun sembilan bulan. Hampir tujuh."
"Bagus. Bagus sekali. Begitulah kita. Berputar dan berputar terus. Seperti kincir riamu. Aku akan menemuimu lagi saat kau sudah dewasa. Tolong jaga poninya ya, Sayang? Aku akan datang menjemputmu."

Aku tahu mengenai The Shining Girls ini dari kakak penerjemahnya, kak Lulu Fitri Rahman. Dan ketika tahu bahwa tuh buku menggabungkan pembunuh berantai dengan perjalanan waktu, dan korban yang berusaha mengusut keberadaannya ... Tanpa banyak pertimbangan aku langsung memasukkannya ke dalam wishlistku.

Dan tak berapa lama aku beruntung dapat memilikinya.

Meski bacanya berbulan-bulan kemudian, hahah.

Seringnya, saat mendapati kisah dengan balutan perjalanan waktu, kita akan mendapati bahwa kisah itu pasti masuk ranah fiksi ilmiah club. Tapi tidak dengan The Shining Girls. Buku itu lebih ke fantasi. Kita tidak akan disuguhi penjelasan kenapa rumah itu bisa menjadi kendaraan Harper menjelajahi waktu. Malah sebenarnya tidak ada penjelasan apapun mengenai hal itu. Kita hanya akan disuguhi "fakta" bahwa rumah itu mungkin adalah sebuah portal yang menghubungkan waktu satu ke waktu yang lain. Bahwa rumah itu rumah ajaib. Bahwa mungkin saja rumah itu sebuah entitas: sesuatu yang hidup.

Dia meraih gagang pintu. Pintu membuka ke arah kelebatan cahaya, yang setajam petasan di ruang bawah tanah gelap, yang merobek-robek perut seekor kucing.
Dan Harper masuk ke masa lain.

Lalu bagaimana para gadis calon korban Harper bisa bersinar? Maksudku, pasti ada maksud dibalik judul The Shining Girls bukan? Mungkinkah itu karena rumah juga? Atau karena sebab yang lain? Atau hanya halusinasi Harper saja?

Hal itu, sayangnya, tidak pernah dijelaskan juga oleh penulis. Seperti pada novel-novel filsafat, kita akan dibuat menebak-nebak, sebenarnya apa makna sinar itu. Kenapa gadis-gadis dan wanita-wanita itu bisa bersinar? Apakah mereka titisan bintang? Atau malah bintang yang tak sengaja jatuh ke bumi? Atau sinar itu representasi dari suatu hal? Bahwa gadis-gadis dari beda zaman itu memiliki kesamaan satu sama lain? Bahwa gadis-gadis itu memiliki sesuatu yang fantastis yang tidak dimiliki orang lain di masa mereka?

Atau mereka bersinar ... Agar mudah ditemukan Harper? Agar Harper memenuhi, sebut saja, takdirnya?

Kalau menurutku sendiri sinar itu merepresentasikan kelebihan masing-masing dari The Shining Girls. Gadis ini punya kepintaran di atas rata-rata, dan bahkan mungkin saja dia bisa menjadi hidden figures bagi NASA. Gadis ini punya jiwa sosial yang sangat tinggi. Mungkin saking tingginya dia tak tersentuh oleh kawanan penjahat di sekitarnya--meski naasnya buku kehidupannya mesti berhenti ditulisi gegara alat tulisnya dipatahkan oleh Harper. Gadis ini punya mimpi dan cinta yang bahkan besarnya mengalahkan dunia. Saking besarnya, dia tabah menunggu seseorang yang tidak menatap jijik kepadanya, kendati seseorang itu tahu rahasianya, kendati seseorang itu menatap begitu dengan alasan yang berbeda.

Dan seterusnya. Dan seterusnya. Dan seterusnya.

Yang bikin bingung justru Kirby. Apa yang sebenarnya membuatnya 'pantas' bersinar?

Perlu digaris bawahi, aku tidak membenci Kirby. Malahan dia adalah salah satu 'sinar' yang membuat kesuraman buku ini ... Apa ya istilahnya? Katakanlah tertahankan. bearable. Atau jangan-jangan itu alasannya bersinar? Tapi tentunya bukan, kan?

Mungkin karena dia gigih? Tapi ada yang lebih gigih darinya. Mungkin karena dia berbakat? Banyak yang lebih berbakat darinya.

Kalau menurutku, dia bersinar karena dia punya ikatan yang terjalin tanpa sengaja (atau sudah digariskan?) dengan Harper. Bukan ikatan darah. Bukan ikatan keluarga. Ikatan yang lain. Ikatan yang membuat hidup mereka berdua bersilangan.

Endingnya ... Cukup bagus. Bukan jenis happy ending, tapi bukan pula sad ending. Agak sedikit absurd tapi pas untuk menutup lingkaran.

Oh ya, hampir kelupaan. Karena buku ini melibatkan perjalanan waktu, bagaimana dengan elemen sejarahnya? Tiga kata saja: diramu dengan baik.

Kau bisa saja mengubur majalah radikalmu, merobek sketsa-sketsamu yang menyimpang secara seksual, dan membakar koran-koranmu. Tetapi bagaimana cara menghapus siapa dirimu?

Meskipun sampul The Shining Girls menggambarkan ceritanya dengan baik, gambar seorang gadis dan di belakangnya siluet seorang pria yang kentara sekali sedang menguntitnya, bagiku agak kurang menarik. Seandainya aku tidak tahu duluan dari kak Lulu, mungkin aku bahkan tidak menengok dua kali ketika melihatnya di toko buku.

2 comments:

  1. Buku yang menarik dikemas jadi resensi yang menarik. makin penasaran. Ternyata masih banyak buku-buku keren yang belum diketahui saya. Kadang berpikir, saya kemana saja. Hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih x))

      Yuk dibatja bukunya. Buku ini cukup underrated di sini, sementara di luar sempat jadi buah bibir XD

      Hapus

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!