The Maze Runner
Penulis: James Dashner
Penerbit: Delacorte Press
Tebal: 375 halaman
Stew Score: Yummy!
Icip-icip The Maze Runner
Saat terbangun, Thomas menyadari dirinya
sedang berada di sebuah lift dan hanya bisa mengingat satu hal: namanya.
Dia tidak ingat siapa orangtuanya, dia tidak ingat dimana dia tinggal,
teman-temannya. Dengan kata lain dia amnesia.
Tapi apa benar dia amnesia? Terus kenapa dia masih ingat dengan namanya? Atau jangan-jangan ingatannya yang lain… Dihapus?
Ketika akhirnya lift itu berhenti, Thomas disambut oleh segerombolan anak-anak yang kesemuanya cowok.
“Welcome to the Glade,” kata seorang cowok.
Dan dimulailah hari-harinya di Glade yang mau tak mau jadi tempat tinggalnya yang baru.
Glade tidak terlalu buruk. Tempatnya
luas. Meski penampilan para penghuninya, yang telah lama tinggal disana,
terlihat kumuh, mereka tidak pernah kekurangan makanan. Jadi Thomas, si
orang baru, tidak perlu khawatir dia akan kelaparan. Mungkin yang bikin
Glade terdengar seram, tempat itu berada di tengah-tengah sebuah
labirin yang dihuni oleh sebuah makhluk yang disebut oleh Glader, para
penghuni Glade, dengan Griever.
Perlu diketahui Griever bukan makhluk
jinak. Dia sering menyerang Glader. Untunglah Glade terlindung. Setiap
jam munculnya Griever, gerbang Glade tertutup. Melindungi Glader yang
meringkuk di dalamnya.
Gimana bila ada Glader yang pada jam muncul Griever dia ada di labirin?
Well, yang jelas… Dia harus menunggu
gerbang Glade terbuka kembali keesokan harinya. Dia juga mesti berdoa
semoga dia tidak ketemu atau ditemukan oleh Griever.
Baru sehari Thomas mencicipi hidup di
Glade. Keanehan-keanehan mulai bermunculan di sekitarnya. Seorang gadis,
yang sebelumnya tidak pernah terjadi, muncul di Glade. Kemunculannya
jelas menggemparkan. Selain dia muncul dalam kondisi tidak sadar aka
koma, dia membawa secarik catatan di genggaman tangannya (tulisan apa
yang tertera di catatan itu?). Dan hal yang paling ditakuti Glader
terjadi. Gerbang Glade tidak mau menutup lagi!
Apa yang akan terjadi pada Glader saat Glade tidak lagi melindungi mereka lagi?
Tentu saja mereka harus lari jika mereka
masih mau hidup. Masalahnya, sebelum mencapai jalan keluarnya mereka
harus melewati labirin yang merupakan sarang Griever. Berhasilkah mereka
keluar dari labirin? Sebab sebelum Thomas datang, selama bertahun-tahun
tidak ada satu pun Glader yang bisa menemukan dimana letak jalan
keluar.
Citarasa The Maze Runner
Seri ini sempat membuat kehebohan
tersendiri padaku. Sebelumnya aku pernah baca buku yang ditulis oleh Om
Jimmy (oke, ini panggilan seenaknya sendiri, hahah), yakni buku pertama
seri 13th Reality: The Journal of Curios Letters, dan aku suka banget
buku itu.
Entah bagaimana awalnya, mungkin karena melihat kegundahanku, Miss R berbaik hati memberiku komplit buku The Maze Runner
(nggak komplit sih, secara aku belum diberi prekuelnya, hahah - eits,
jangan salah, aku sudah mengucapkan berjuta terima kasih padanya). Hanya
saja buku pemberian Miss R bukan seri terjemahannya, melainkan seri
aslinya aka bahasa Inggris!
Mau tak mau, aku pun membaca versi aslinya… Dengan sedia kamus tiap kali ingin memakannya maklum saja, bahasa Inggrisku masih taraf setengah tingkat lebih tinggi dari beginner
Dan ternyata, eh, ternyata aku jarang membuka kamus!
Ternyata bahasa Inggrisnya, termasuk beberapa istilah “baru” yang
digunakannya seperti Greenie, mudah sekali untuk dimengerti (dan aku
mendapatkan ilmu baru dalam perbahasaInggrisan). #tsah (?)
Oke, cukup sampai disitu… Shared pengalaman bacaku. Saatnya masuk benar-benar ke citarasa.
Covernya Lumayan. Meski nggak “wow” tapi
terkesan misterius. Dan aku suka aksen ijo-ijonya. Jelas itu gambaran
dari tanaman rambat… #eh sop iler nggak ini?
Masuk ke bab-bab awal, mulut kita akan
dibanjiri oleh rasa frustasi Thomas. Bayangin aja, udah nggak ingat
apa-apa, merasa telah diculik dan ditempatkan di antah-berantah, sedikit
sekali Glader yang bersikap baik padanya (cukup dimengerti, Glader yang
lain telah mengecap duluan keputusasaan), aku sangat bisa merasakan
bagaimana menjadi seorang Thomas. Tidak hanya itu, bab-bab awal juga
menghidangkan beberapa detail yang menunjukkan bahwa setting tempat ini
berada di “near future”. Contoh mudahnya, gerbang Glade yang terset
menutup otomatis saat jamnya. Terdengar biasa memang, tapi perlu
diketahui gerbang itu tebalnya… Well, lebih tebal dari bibirnya Om
Tukul, heheh.
Tapi karena suguhan frustasi dan detail
itu dihidangkan dalam porsi lumayan banyak, jatuhnya agak sedikit bosan.
Tapi percayalah, jangan di-skip alias baca lompat-lompat. Lagian
halaman The Maze Runner juga nggak banyak-banyak amat. Standar novel-novel Young-adult.
Kayaknya Om Jimmy ini suka dengan
orang-orang Asia Timur (kenapa bukan Asia Tenggara ya?). Bila di 13th
Reality dia memasukkan orang Jepang, di The Maze Runner
ini dia memasukkan orang Korea. Dan ya ada kesamaannya. Sama-sama suka
blak-blakan kalau menunjukkan ketidaksukaan. Bedanya, di The Maze Runner, orang Asianya, namanya Minho, tingkat kesebalannya tidak sebanyak di 13th Reality.
Rasa manis The Maze Runner:
- Tidak banyak nama yang terbuang. Aku pernah bilang Suzanne Collins itu penulis paling hemat nama karakter, tapi ternyata aku salah! James Dashner lebih hemat lagi!
- Menggunakan isu badai matahari aka flare sebagai salah satu pilar dalam seri The Maze Runner
- Tahu bagaimana membuat pembaca gemas! ?(??)
- Banyak karakter diberi kecerdasan luar biasa. Inilah, menurutku, kenapa jumlah halaman The Maze Runner tidak banyak.
- Tidak ragu “membunuh” karakter yang (punya kans besar) disukai pembaca (inilah ekstrak bawangnya!). Yang jelas bukan kematian sia-sia, hahah *yang tahu maksudku jangan protes ya
- Tidak banyak nama yang terbuang. Aku pernah bilang Suzanne Collins itu penulis paling hemat nama karakter, tapi ternyata aku salah! James Dashner lebih hemat lagi!
- Menggunakan isu badai matahari aka flare sebagai salah satu pilar dalam seri The Maze Runner
- Tahu bagaimana membuat pembaca gemas! ?(??)
- Banyak karakter diberi kecerdasan luar biasa. Inilah, menurutku, kenapa jumlah halaman The Maze Runner tidak banyak.
- Tidak ragu “membunuh” karakter yang (punya kans besar) disukai pembaca (inilah ekstrak bawangnya!). Yang jelas bukan kematian sia-sia, hahah *yang tahu maksudku jangan protes ya
Rasa asam The Maze Runner:
- Tidak ada karakter yang bisa disukai. Bahkan Thomas. Juga Teresa, tapi dia masih mending. Bisa “kering” kalau makan kisah nggak ada ceweknya, hahah.
- Tidak ada karakter yang bisa disukai. Bahkan Thomas. Juga Teresa, tapi dia masih mending. Bisa “kering” kalau makan kisah nggak ada ceweknya, hahah.
Sebagai hidangan pembuka sebuah trilogi, The Maze Runner patut dicoba. Meski tidak sampai amazing, rasanya jauh dari biasa.
0 comments:
Posting Komentar