Buku Istimewa Ginevra Weasley

Aku tak pernah melihat Ginevra--panggilannya Ginny--sedetik pun tanpa buku kecilnya. Jelas bukan buku pelajaran. Sebab sampulnya sendiri polos. Buku yang kalau dilihat-lihat mirip sebuah buku agenda atau sebuah buku harian. Tapi bila itu buku tulis... Tapi kan penyihir menulis apa pun di atas perkamen? Mungkinkan Flourish and Blotts berjualan buku tulis muggle juga?

Pada awalnya aku menganggapnya itu buku biasa. Tidak aneh melihat Ginny menulis di bukunya itu dengan banyak ekspresi dalam sekali waktu, dia mungkin sedang menuangkan cerita-ceritanya dari yang sedih, lucu, menggembirakan, kekaguman, marah dalam barisan kalimat. Yang aneh adalah, bila diperhatikan betul-betul, Ginny hanya menulis di satu halaman yang sama!

Aku yakin Ginny telah menulis banyak sekali. Tapi tidak masuk akal dia tidak pernah berganti halaman. Aku melihat dia mencelupkan pena bulunya ke botol tinta. Apa tulisannya kecil-kecil sehingga tulisannya yang bejibun bisa muat semuanya? Atau sebenarnya dia tidak menulis, melainkan menggambar?

Rasa penasaran menjangkitiku. Aku harus mencari tahu.
***

Seseorang menabrakku ketika aku hendak keluar ruang rekreasi hingga aku terjengkang mundur. Dia anak kelas dua berbadan besar yang selalu mengikuti seorang anak kurus berkulit pucat, berambut pirang dan berwajah runcing. Tapi bukannya minta maaf dia malah langsung ngeloyor membuntuti bosnya.

Jangankan minta maaf, anak-anak di asramaku, entah bagaimana selalu lupa namaku. Aku selalu mendapat nama baru setiap hari, yang anehnya semua nama itu berkonotasi buruk. Nama yang paling sering mampir di telingaku adalah NS.

Itu adalah singkatan dari dua kata yang mengindikasikan kalau aku tidak pantas berada di asramaku.

Belum lagi anggapan dari tiga asrama lainnya. Gara-gara aku berada di asrama ini, tidak ada yang mau dekat-dekat denganku seolah aku menderita penyakit menular yang parah.

Alhasil aku kemana-mana hanya bisa membawa diriku sendiri. Memang siapa yang bisa kuajak? Kadang aku berpikir untuk mengundurkan diri dari sekolah sihir ini, tapi buru-buru kuhalau pikiran semacam itu dengan mengingatkan diriku bahwa aku sekolah untuk mencari ilmu, bukan mencari teman.

Tapi aku tak bisa membohongi diri bahwa aku butuh seorang teman.

Aku mencoba menenangkan diriku dengan pergi ke aula besar. Biasanya jam segini tidak banyak orang di sana.

Kulihat Ginny Weasley ada di aula besar. Tentu saja bersama buku kesayangannya. Aku duduk di bangku asramaku (mau di mana lagi?) sambil mataku sekali-kali melirik ke arah Ginny--dia sedang menulisi bukunya.

Aula besar saat itu sedang kosong. Ditambah aku dan Ginny, total hanya ada 7 orang. Aku mengeluarkan barang ajaib hadiah kakakku yang, katanya, dibelinya dari luar negeri. Sebuah omnioculars. Alat yang bisa digunakan untuk melihat sesuatu yang berada di tempat yang jauh agar terlihat jelas.

Ternyata dia menulis kalimat. Bukan menggambar.

Aku belum terkejut ketika mendapati tinta yang dituliskan Ginny di salah satu halaman buku kesayangannya hilang sedetik setelah dia selesai merangkai 1 kalimat, "Dear Riddle, entah kenapa akhir-akhir ini aku merasa seolah berjalan dalam tidur." Hal ajaib di dunia sihir itu udah biasa. Aku baru terkejut ketika buku kesayangannya menjawab curhatannya.

"Kenapa kamu merasa begitu?"

Kata-kata itu muncul dan langsung menghilang dalam detik. Tubuhku mematung. Seandainya Ginny tidak fokus mencurahkan pikirannya pada bukunya, mungkin dia akan segera menutup bukunya dan segera hengkang--atau lebih buruk lagi, dia akan menyihirku!

Buru-buru aku menurunkan omnicularsku. Sebuah pemahaman baru muncul di benakku. Pantas dia menulis di satu halaman yang sama. Pantas ekspresi Ginny berubah-ubah. 

Buku itu punya otak sendiri! Dan nama buku itu Riddle--Ginny menuliskan kata itu dengan huruf kapital di depannya, jadi jelas itu sebuah nama.

Aku memang butuh seorang teman. Tapi tak ada yang mau berteman denganku. Tapi mungkin buku itu, buku istimewa Ginevra Weasley, mungkin mau jadi temanku. Yah, dia mungkin punya otak sendiri. Tapi dia tak bisa menolak siapa yang memilikinya, bukan?

Aku harus memiliki buku Riddle itu. Harus.

Rencananya itu memberiku sedikit sinar terang. Tampaknya aku bisa menghapus ide mengundurkan diri dari pikiranku.

Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::

Hotter Potter April Meme

2 comments:

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!