Warm Bodies

Warm Bodies

Penulis: Isaac Marion
Penerbit: Vintage - Random House
Tebal: 256 halaman
Seri: Warm Bodies #1
Genre: Science-fiction, romance, dystopia.
Stew score: Sweet 3 of 5 stars

Sececap Warm Bodies

R adalah... Bagaimana menyebutnya ya, soalnya dia tidak bisa disebut seseorang lagi karena telah mati. Tapi meski dia telah mati, dia masih bisa bergerak, berjalan, makan (meski makanannya tidak biasa), dan--hebatnya masih bisa--berpikir, dan... Masih tampak keren dan menawan!

Bisa menebak R itu apa? Ya, dia mayat hidup atau sebutan kerennya, zombie.

Dia tidak ingat namanya. Dia tidak ingat masa lalunya. Dia tidak ingat bagaimana dia bisa mati dan jadi... Seonggok mayat berjalan. Namun meski telah jadi zombie, R ini berbeda dengan zombie-zombie lainnya. Salah satunya, dia punya prinsip, dia tidak mau dibeda-bedakan sebagai manusia--termasuk dengan manusia yang hidup. Keunikan lainnya, yang sebenarnya juga dimiliki zombie lain yang jumlahnya terbatas, dia bisa mengatakan lebih banyak kata dibanding mayoritas zombie yang kebanyakan... Mengerang-erang atau mendesah-desah (?) (belum nemu padanan kata yang pas untuk "groan" ini, hahah).

Oh iya, di dunia tempat R tinggal, dunia telah berubah. Manusia dibagi menjadi tiga macam: Living, dead, dan full-death.

Kehidupan R yang biasa-biasa saja bagi se--err--onggok mayat hidup terusik setelah dia bertemu Julie, seorang gadis hidup (a Living girl) dan memakan pacar Julie, Perry Kelvin. Dia menjadi lebih berbeda lagi. Dia menyelamatkan Julie dari teman-teman matinya (Fellow Dead). Dia membawa Julie ke tempat tinggalnya--Ya, zombie atau kita bisa menyebutnya kaum Dead punya komunitas sendiri, dan R tinggal di komunitas yang mendiami bandara.

Dia jatuh cinta pada Julie.

Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah Julie akan membalas perasaan R? Dan seandainya dia membalas cinta zombie itu, mungkinkah manusia mati dan manusia hidup bisa bersatu?

Citarasa Warm Bodies

Kita awali dari cover. Aku suka banget covernya! sederhana, tapi mencolok, jelas jenis cover yang bila ditaruh di rak buku akan langsung disambar dan dibawa ke kasir!

Pertama kali aku tahu novel Tubuh-tubuh Hangat (?) ini dari salah satu situs pertemanan pecinta buku, Goodreads.com. Saat itu, aku sedang mencari buku-buku yang bertema zombie. Dan alangkah terkejutnya diriku (lebay? Yeah, I know, hahah) saat tahu buku ini menceritakan soal zombie yang jatuh cinta pada manusia yang masih hidup.

Aku kemudian memutuskan untuk memasukkannya sebagai wishlistku.

Aku tidak salah memasukkannya sebagai wishlistku sebab kalimat-kalimat awal di buku ini benar-benar... Wow, menurut standarku. Apalagi beberapa kali R sanggup membuatku terkikik geli.

Omong-omong soal zombie, kalau boleh kritis dikit, sebenarnya zombie itu apa sih? Maksudku, zombie juga hidup, tapi mereka sudah mati. Memang, di Warm Bodies, mereka hilang ingatan mengenai masa lalu mereka, tapi mereka masih ingat cara jalan, bersuara, hidungnya jadi setajam hiu dalam mengendus darah... Masih ingat cara makan! Meski selera makan mereka berubah. Makan mengindikasikan mereka masih hidup, dan itu artinya sistem pencernaan mereka masih berfungsi, begitu pula dengan sistem ekskresi. Namun kenapa badan mereka menguarkan aroma mayat?

Uniknya lagi, penulis seolah menggiring pembaca untuk mempertanyakan keilmiahan zombie, tapi cukup cerdik mereset otak zombie sehingga pembaca hanya bisa puas dengan cukup menebak-nebak atau menunggu hingga penulis memberikan penjelasan "masuk akal" versinya. Lagipula Warm Bodies ditulis dengan sudut pandang si zombie.

Ah, atau lebih baik kita sebut zombie sebagai makhluk setengah mati saja? Apalagi zombie di Warm Bodies masih bisa berpikir dan bermimpi! Membentuk komunitas. Ada tampuk kepemimpinan juga, berupa dewan, yang disebut Boney. Mereka juga menikah dan bersekolah.

Ya, kalian tidak salah batja, para zombie itu menikah dan bersekolah!

Aku sedikit geli (terutama untuk pernikahan zombie), lumayan takjub dengan ide si Isaac itu, dan agak ngeri dengan sekolah zombie. Guru mengajari zombie muda menggigit manusia ala vampir.

Ada yang sadar nggak kisah di Warm Bodies ini adalah sebuah retelling dari kisah yang dipopulerkan William Shakespeare, yakni Romeo dan Juliet? R jelas si Romeo--bahkan di Warm Bodies, R juga dibikin sebagai "bekas orang." Julie as... Tambahkan huruf "T" di belakang namanya dan You-know. Perry as Paris, tunangannya Juliet. Lalu ada salah satu adegan terkenal Romeo dan Juliet: adegan balkon, cuman minus nyanyi/berpuisi saja--maklum-lah kemampuan R yang merupakan zombie sangat-sangat terbatas, meski zombie keren itu tidak kehilangan kemampuan menyetir mobil (salah satu scene yang membuat keningku berkerut, kalau boleh kutambahkan).

Mengenai para tokoh, selain R tidak ada karakter lain yang bisa kusukai. Apalagi Julie, yang sangat jelas sekali penulis memaksakan karakternya yang "menyenangkan" pada para pembaca. Perry ada kemungkinan disukai tapi kelabilannya... Bikin ilfeel. Yang lainnya, seperti Nora, ayah Julie, dan lain-lainnya cuman lewat begitu saja tanpa meninggalkan kesan sama sekali untukku.

Aku sempat menebak-nebak bagaimana kisah ini akan berakhir. Dengan banyaknya tanda tanya di benak pembaca: "Apa penyebab manusia di novel ini terbagi jadi tiga?", "Apakah bakal ada ilmuwan di pihak manusia yang bakal menemukan serum penyembuh?", "Apakah para zombie bakal mengalahkan populasi manusia yang tersisa seperti film-film zombie pada umumnya--kecuali Resident Evil dan Shawn of the Dead?" Tapi ternyata endingnya jauh dari perkiraanku.

Maksudku, aku kira novel ini bakal full soal cinta dan penuh kegalauan. Nggak tahunya kisah cinta di Warm Bodies ini sama sekali tidak memuaskan bagiku. Biasa saja. Nggak bikin galau. Malah agak ngeri soalnya ada gambar-gambar potongan organ tubuh di tiap awal bab. Mungkin karena Mr. Marion fokus untuk tata dunianya--yang kalau boleh jujur belum matang-matang amat, hingga romannya terasa kurang wow. Tapi aku nggak kecewa dan menyesal batja buku ini dari awal sampai akhir, sebab selain mengutarakan jeritan hatinya mengenai dunia saat ini dan memasukkan unsur seni, si penulis juga membubuhkan apa yang menjadi kekuatan manusia yang sesungguhnya (kalau dalam konteks novel, baik Living maupun Dead).

Overall, bagi yang bosan dengan kisah makhluk-makhluk supernatural/fiksi yang lain seperti vampir, peri, serigala jadi-jadian, dst, mungkin bisa coba menghangatkan hari kalian dengan membaca buku Warm Bodies ini. Sekilas mungkin Warm Bodies mirip dengan saga buatan Stephenie Meyer, pemburu yang jatuh cinta pada makanananya, tapi bisa aku katakan buku ini sedikit beda dengan saga itu. Tidak hanya sekedar hiburan yang akan kalian dapatkan, tapi mungkin kalian akan mendapatkan inspirasi atau ilmu atau perspektif baru dari buku Warm Bodies ini.

Target Pembaca: Teen (14 tahun +). Aku kira umur segitu, dimana sudah belajar biologi dan telah melihat gambar-gambar organ tubuh, tidak akan ketakutan (kecuali memang pada dasarnya dia jijik, takut dan fobia) melihat gambar-gambar itu di tiap awal bab--aku tidak tahu dengan yang versi terjemahan apakah gambar ini masih diikutsertakan.

P.S.
[1] Kebetulan aku membaca buku Warm Bodies versi bahasa Inggris. Aku cuman penasaran, kira-kira kata "corpse" diterjemahkan jadi apa ya? Apakah mayat? Sebab Julie sering memanggil R dengan sebutan itu. Apa, "Hey, corpse" jadi, "Hei, mayat?"

[2] Aku kira buku ini tidak punya sekuel. Secara, pas awal aku tahu, buku ini tidak punya keterangan punya sekuel atau prekuel di goodreads. Tapi ternyata, prekuelnya (The New Hunger) baru aja rilis baru-baru ini--tepatnya bulan Januari kemarin.

[3] Tahukah kamu kalau, sebelum dibeli penerbit besar, Warm Bodies diterbitkan secara indie?

[4] Buku ini telah diangkat ke layar lebar. Aku belum lihat filmnya, tapi melihat trailernya, tampaknya filmnya dibikin lebih kocak ketimbang bukunya.

[5] Review ini punya kembaran di Kaskus.

Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
| | |

6 comments:

  1. Wahh, akhirnya ada yg review Warm Bodies! Sempat lihat terjemahannya di Gramedia tapi ragu2 beli atau tidak.. soalnya ada filmnya juga (yang tayang di bioskop hari ini)

    Konsep ceritanya memang beda ya dari jenis cerita lain. Kalau vampire, ya kita tahu lah... sukses membuat pembaca berpikir bahwa vampire itu keren. Zombie?

    I think it will be better to read it by yourself to prove it kali yaa ;P *tetep penasaran*

    BalasHapus
  2. Udah banyak kok yang review buku ini, hehehe.

    Udah banyak lho kisah cinta antara zombie dan manusia, cuman mungkin buku Warm Bodies ini yang pertama diterjemahkan ke Indonesia :)

    BalasHapus
  3. Tiga kali ikut kuis, gagal semua :(
    Pengen baca ini >.<

    BalasHapus
  4. Yang sabar ya. Mungkin memang ditakdirkan untuk beli ;)

    BalasHapus
  5. masih adanya bukunya tidak ya? kalau masih menyimpanya boleh saya beli?

    BalasHapus

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!