Legend
Penulis: Marie Lu
Penerbit: G. P. Putnams Sons
Tahun terbit: 2011
Tebal: 336 halaman
Seri: Legend #1
Genre: Fiksi Ilmiah - Fantasi - Romance
Stew score: Sweet!
Target: Teen (12 tahun ke atas!)
Sececap Legend
Namanya Day. Cowok yang kini menjadi sorotan di mana-mana. Cowok yang dipercaya ibunya telah meninggal. Cowok yang paling dicari, kriminal paling diinginkan, oleh negaranya, Republic of America.
Namanya June. Cewek yang suka membuat kekacauan di sekolahnya, sekolah militer. Cewek yang memiliki kakak yang baik dan sayang sekali padanya. Cewek yang akan segera kehilangan kakaknya dan termotivasi untuk memburu pembunuh kakaknya.
Satunya kriminal. Satunya lagi petugas anti-kriminal. Kematian seseorang yang baik membuat mereka saling bertemu.
Citarasa Legend
Tidak seperti Delirium, The Hunger Games, 1984, The Maze Runner, Divergent, rasa dystopia yang dimiliki Legend, bagiku, tidak terasa sama sekali. Kondisinya sama seperti sekarang ini, tapi dengan setting di masa depan dan dengan teknologi yang lebih canggih sedikit dari masa kini. Tidak sampai seekstrem novel-novel yang aku sebutkan di atas. Legend ini, bagiku, lebih seperti kisah aksi dan konspirasi yang dibumbui romansa.
Tapi apakah itu membuatnya jelek?
Tentu saja tidak. Aku cukup menikmati karya Xiwei Lu ini. Rancang bangunnya oke. Alasan berperangnya oke. Dan yang terpenting, gaya bercerita oke. Tidak sampai bikin kepalaku panas seperti Insurgent, atau memaksa diriku sampai ke batas maksimal seperti Spiral.
Pembagian Amerika yang jadi dua mengingatkanku pada dua negara Korea.
Lalu kenapa republic? Apakah itu sebagai olok-olok atau untuk mencapkan pola pikir yang salah atau pola pikir berkebalikan? Republik itu harusnya berazaskan demokrasi, tapi Republic of America jelas-jelas tak menganut sistem demokrasi, di mana rakyatlah sang pemimpin, tapi ke arah kerajaan, di mana kekuasaan diturunkan secara turun-menurun, bukan dipilih oleh rakyat. Kenapa tidak mengambil yang Colonies, yang dari sebutan jauh lebih pas?
Aku suka dengan bahasa baru yang diciptakan oleh penulisnya. Kesan masa depannya jadi makin terasa. Tapi aku kurang setuju dengan penulisan kapital mata uangnya.
Legend edisi Bahasa Indonesia: pose modelnya oke, tapi ciri fisiknya salah |
Yang tidak mudah dipercaya adalah usia Day dan June. Memang ada kemungkinan itu terjadi, bahkan diberi penjelasan segambreng untuk memperbesar kemungkinan itu. Tapi tetap saja, dibenakku Day dan June ini dua orang dewasa, dan bukan anak-anak, atau setidaknya sekitar 20 tahunan dan bukan 16 tahun. Aku curiga, jangan-jangan usianya yang dikecilkan demi agar Legend masih masuk kategori novel young-adult (usia YA di sini mengacu pada usia YA di Amrik, bukan di Indonesia).
Lalu ada adegan June ditolong Day. Tentu saat ini terjadi, June belum mengetahui identitas Day. Coba tebak hal pertama apa yang dipikirkan June? Kalau kalian menjawab bahwa dia merasa Day adalah cowok paling tampan di seluruh dunia, kalian benar. Bukan rasa lega, atau syukur, atau terima kasih, tapi mengagumi keindahan bentuk fisik penolongnya.
Memang ada sih yang seperti itu, tapi, tetap saja setelah merasa (agak) takut terus kagum... Ah, tapi tentu saja, June kan cewek yang berbeda. Dia adalah seorang prodigy. Dia mendapatkan nilai sempurna saat tes yang diadakan oleh negara. Dan dia, di buku pertama Legend installment ini, sudah ditaksir tiga cowok yang punya "kedudukan penting."
Menurut kalian, apa kekurangan June? Cantik, iya. Tak diragukan lagi kemampuannya, baik otak maupun kemampuan lainnya. Digadang-gadangkan sebagai agen terbaik di seluruh Republic. Jago menghajar orang. Ditaksir banyak cowok-cowok penting, dua diantaranya sering muncul, satunya muncul sekilas tapi aku yakin sekali dia bakal muncul lagi di sekuelnya.
Tapi untunglah keyatim-piatuannya masuk akal. Tidak disengaja agar pembaca merasa kasihan padanya.
Karakter Day masih cukup masuk akal dibanding June. Tapi yang benar-benar paling mudah disukai adalah Matius, kakaknya June. Dia bertanggungjawab. Dia penuh cinta kasih. Dia meninggal di awal-awal buku, sayangnya. Ada juga kakaknya Day, dia lumayan. Tapi aksinya yang mudah ditebak, terasa datar bagiku.
Tapi kalau tanpa kematian itu, gimana mereka berdua bertemu, iya, nggak?
Secara keseluruhan, Legend novel yang lumayan. Walau di awal agak membosankan, tapi itu diperlukan demi agar kita mengenal kehidupan dua tokoh utamanya yang memiliki banyaaaaak sekali kesamaan: cara bicara nyaris sama, cara ngungkapin sesuatu dalam sebuah narasi juga sama, cara bertindak juga nyaris sama; tapi ketika masuk part dua (Legend dibagi dalam dua part, part pertama diberi judul The Boy who Walks in the Light dan bagian dua diberi judul:) The Girl who Shatters the Shining Glass, pace kisahnya jadi cepat. Sampai-sampai part romensnya ketutupan secara penuh dengan aksi dan penyingkapan misteri. Tenang, misterinya mudah ditebak kok. Penulis juga tampaknya tahu hal itu makanya misteri ini baru muncul di benak tokohnya setelah setengah halaman lebih buku.
Tapi aku agak terganggu dengan pesan untuk June dari kakaknya. Bukan terganggu dalam arti negatif, tapi terganggu karena bikin penasaran. Dalam pesan tersebut, kakaknya memberi saran June untuk melakukan sesuatu hal yang oke untuk dilakukan, tapi tindakan di bab-bab akhir jelas sekali jauh dari saran itu. Aku merasa, di novel keduanya nanti, roman-romannya June dan Day bakal kayak Lena di Pandemonium. Menyusup dalam sistem untuk tahu lebih banyak tentang musuh.
Aku rasa aku akan membaca sekuelnya. Tapi tidak dalam waktu dekat.
P.S. Hanya penasaran, apakah di edisi terjemahan simbol yang tercetak di cover edisi aslinya, apakah juga ada di cover edisi terjemahan, walau kecil sekali pun? Soalnya, itu adalah simbol negara Republic of Amerika. Sementara di narasi, simbol tersebut tak dijabarkan seperti apa bentuknya (atau mungkin aku terlewat?)
Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
Day harusnya berambut pirang panjang ya...
BalasHapusAyo lanjut ke Prodigy, kk :)
iya, hahah :))
HapusIya, pasti lanjut ke Prodigy :))