The Catcher in the Rye

The Catcher in the Rye

Penulis: J.D. Salinger
Penerbit: Banana
Tebal: 300 halaman
Genre: Classic, realistic-fiction, satire-comedy
Stew score: Sweet

Sececap The Catcher in the Rye

Dia mengaku namanya Holden Caulfield. Dia juga mengaku dia tidak suka bersekolah. Dia juga mengaku pernah dikeluarkan dari empat sekolah berbeda.

Dia mengaku suka merokok dan pernah menenggak minuman keras. Dia mengaku suka pada kejujuran. Dia juga mengaku pintar berbasa-basi, meski dia sangat membencinya.

Dia mengaku muak pada dunia. Dia mengaku benci pada semua hal di dunia.

Tapi dia juga mengaku sangat sayang pada keluarganya.

Siapa Holden Caulfiel sebenarnya? Kenapa dia tidak suka sekolah? Apa saja penyebab dia dikeluarkan oleh banyak sekolah? Benarkah dia anak yang nakal dan pantas dikeluarkan, secara dia sangat sayang pada keluarganya?

Temukan semua jawabannya hanya di buku berjudul The Catcher in the Rye yang tebalnya tepat 300 halaman ini. Itu pun kalau kalian sanggup ;)

Cita rasa The Catcher in the Rye


[1] Andai aku nggak menang giveaway di blog Bacaan Bzee, mungkin aku belum membatja buku ini. Thanks kak Bzee udah memilihku jadi pemenang :)

[2] Covernya yang versi terjemahan ini, menurutku, lumayan tapi terlalu sederhana.

[3] Dimana sinopsisnya? Kenapa di cover belakang hanya terdapat satu kalimat saja? Tampaknya pihak penerbit ingin mendongkrak penjualan dengan memanfaatkan kontroversinya. Padahal sinopsis itu penting lho. Kadang ada pembeli yang membeli buku tergantung sinopsis.

Tapi aku bisa paham kenapa penerbit tidak memberi sinopsis pada buku The Catcher in the Rye ini, kisahnya sendiri bisa dibilang tidak fokus sebab Holden membicarakan banyak hal yang terjadi di sekitarnya.

[4] Mengenai kontroversinya: Mengapa buku ini disukai para pembunuh? Emang iya para pembunuh? Bukannya cuman satu orang doang? Dan aku rasa buku ini sama sekali tidak menerbitkan rasa ingin membunuh. Isinya cuman racauan remaja depresi, masa gara-gara itu terus si pembunuh terinspirasi membunuh idolanya?

Tapi, yah, kita kan nggak bisa mengukur dalamnya hati seseorang. Siapa tahu si pembunuh itu ingin menyelamatkan idolanya dari kemunafikan?

[5] Yang bikin keren, sekaligus bikin banyak orang berhenti batja atau batja dengan cara kelinci aka lompat-lompat, adalah cara bercerita penulisnya. Keren karena bisa menggambarkan depresi Holden dengan sangat baik, namun sekaligus membosankan karena banyak kata yang diulang-ulang, yang mungkin jatuhnya ikut mempengaruhi pembacanya jadi ikutan depresi.

Kayak film Melancholia, aku jadi ikut-ikutan depresi lihat film itu, hanya saja kalau aku nonton film itu pakai skip, kalau buku ini aku batja dari awal sampai akhir (soalnya ada banyak "humor"-nya dibandingkan Melancholia)

[6] Dialognya tidak teratur. Ciri khas dialog seperti di kehidupan nyata. Aku pernah membaca, aku lupa dimana, hal ini bisa membuat pembaca bosan. Yah, setidaknya aku tidak termasuk di dalamnya.

[7] Pada awalnya, aku berharap besar pada buku bercover (depan) warna dominan kuning ini. Batinku, wah, bakal suram nih kisahnya. Tapi ternyata, aku masih lebih depresi ketimbang si Holden ini, hahah.

[8] Aku tidak heran buku The Catcher in the Rye ini masuk dalam daftar buku terbaik sepanjang masa versi Time, dan jadi bahan bacaan di sekolah-sekolah Amerika. Meski kisahnya sendiri nggak fokus, tapi racauan Holden mengenai kemunafikan dunia masih relevan hingga sekarang.

Seperti soal titip salam, tidak semua orang benar-benar menyampaikan salam yang kita kirim lewat mereka, lalu soal kenapa cowok kadang sulit sekali memahami cewek, dan masih banyak lagi.

Yang paling aku ingat adalah ketika scene pak Antolini (Dia orang yang baik, tapi punya kekurangan yang, karena ditutupi jadi terasa, mengejutkan) dan ketika Holden meracau soal sisi lain Hollywood.

[9] Aku sempat bingung bagaimana buku ini bakal berakhir. Endingnya, nggak happy mau pun sad, tapi cukup mengejutkan. Aku nggak menyangka Phoebe, adik Holden, melakukan tindakan yang benar-benar unik guna mencegah kakaknya itu makin tenggelam dalam kolam depresi. Holden sangat beruntung punya Phoebe :')

Oh ya, meski Holden benci pada dunia dan dia mengatakannya dengan vulgar, tapi entah kenapa, khusus "kebencian" untuk orangtuanya, terutama ayahnya, disampaikan secara tidak terlalu blak-blakan alias hanya tersirat.

Itulah kesan-kesanku setelah menikmati buku yang hingga hari ini aku tidak tahu apa arti judulnya. Banyak teman mengatakan buku ini mengecewakan, tapi bagiku... Lumayan. Memang, buku ini agak mengecewakan karena kurang suram, tapi buku ini bagus. Malahan, buku ini menginspirasiku untuk membuat buku sejenis. Sayang sekali kan kalau depresiku ini tidak dikristalkan juga. Kali aja juga mengundang kontroversi, hahah.

Target pembaca (untuk versi buku terjemahan): Teen (14 tahun +). Meski buku ini penuh dengan kata-kata kasar, bagiku sih nggak ada masalah. Toh kata-kata itu kasar di belahan bumi sono, di Indonesia, menurutku, kata-katanya biasa-biasa saja. Malah ada satu umpatan yang agak lucu ketika diterjemahkan. Kata-kata itu muncul di bab-bab akhir. Aku juga memilih usia segitu sebab aku rasa, rasa penasaran anak-anak usia itu masih tinggi dan mereka mungkin tidak akan nyerah dengan "kebosanan" buku ini.

P.S.
Pada awalnya aku kira novel ini bergenre fantasi, hahaha.


Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
|

0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!