Robohnya Surau Kami

[Kumcer] Robohnya Surau Kami

Penulis: A.A. Navis
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: halaman
Genre: Short story, historical-fiction
Stew score: Almost Yummy!

Sececap Robohnya Surau Kami

Apa penyebab robohnya sebuah surau di suatu kampung?
Apa akibatnya bagi seorang anak yang dibanggakan berlebihan oleh orangtuanya?
Nasihat-nasihat apa saja yang disampaikan oleh seorang kakek pada seorang anak muda?
Apa yang membuat sebuah topi helm istimewa?
Siapa yang datang dan siapa yang pergi dalam datang dan perginya?
Apa maksud dari pembotakan terakhir?
Apa pula maksud dari angin dari gunung?
Dalam melakukan sebuah pertolongan, apakah seseorang selalu menimbang baik dan buruknya?
Kejadian apa yang selalu terjadi berulang-ulang dari masa ke masa?

Temukan semua jawabnya hanya dengan membaca buku yang, sudah sangat sulit dicari ini, berjudul Robohnya Surau Kami yang berisi 10 cerita pendek ini.


Citarasa Robohnya Surau Kami

Robohnya Surau Kami
Tidak ada yang bisa aku katakan selain dua kata ini: 1) Wow 2) Speechless.

Merupakan kisah yang paling bagus diantara kisah yang lainnya.

Anak kebanggaan
Sejak awal aku bisa menebak bagaimana kisah ini akan berjalan dan berakhir. Akibat dimanja dan terlalu dibanggakan. Tapi, tetap saja kisah ini bikin mulutku menganga.

Nasihat-nasihat
Entah kenapa, saat proses membaca kisah ini, aku yg sebagai anak muda juga, sangat-amat ingin mengatakan ini pada si orang tua, "Cukup deh, kek. Nggak usah pakai diulang itu kata-katanya. Aku tahu kamu udah punya banyak pengalaman." Hahaha. Endingnya sendiri cukup menghibur.

Topi Helm
Aku agak susah menangkap maksud dalam cerpen satu ini. Mungkinkah penulisnya ingin menyampaikan kalau, "tidak baik tergila-gila pada sebuah barang?"

Datangnya dan perginya
Pada awalnya kisah ini lumayan. Tapi ditengah-tengah menjadi biasa sebab kehilangan unsur kejutannya.

Setidaknya ada satu kalimat yg aku suka di kisah ini, soal orang baik yang dipanggil cepat oleh-Nya.

Pada Pembotakan Terakhir
Yang bisa kutangkap dari kisah ini adalah:
a) Penjara malah mendatangkan zona nyaman.
b) Kenyaman menghindarkan titik rawan.
c) Idealisme hilang ditelan waktu
d) Pengamat jadi keheranan.

Angin dari Gunung
Kelar batja kisah ini, "Hah, gitu doang?" Maksudku, apa yang mau diutarakan pada penulis? Bahwa wanita bernama Nun ini, mungkin pahlawan yang telah berjasa, tapi telah terlupakan karena telah jelek dan tua? Yah, mau gimana ya, nasib pahlawan di negeri ini juga banyak terlupakan sih ya ._.

Menanti kelahiran
Satu kesan: Keraguan itu perlu.

Pertolongan
Satu pertanyaan saja, kenapa yang giat menolong justru orang yang sakit mental?

Dari Masa ke Masa
Aku rasa ini sebuah satir mengenai orangtua yang suka sekali memberi banyak nasihat. Kisah terbaik kedua, menurutku, dalam kumcer ini. Anak-anak muda yang biasanya dapat wejangan mungkin bisa paham kenapa mereka mendapat wejangan ketika membaca cerpen ini.

Target Pembaca: Sebenarnya, buku ini bagus untuk dibatja oleh semua orang di semua umur. Apalagi cerpen yang jadi judul buku ini. Tapi aku merekomendasikan buku ini untuk mereka yang berumur 16 tahun ke atas, atau usia berapa pun, yang mana pikirannya telah siap dengan realita-realita yang ada di sekitar kita.

P.S.
[1] Kebanyakan kisah di buku Robohnya Surau Kami ini menggunakan setting waktu pada zaman sebelum reformasi.

[2] Covernya lucu! (edisi terbitan 2006)

Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::

2 comments:

  1. Ini bukukan dah lama banget >.< Diterbitkan ulang Jun?

    BalasHapus
  2. iya, sempat diterbitkan ulang di (kalau nggak salah) tahun 2007 dengan cover baru.

    BalasHapus

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!