Aku tahu, aku tahu, biasanya aku menggelontorkan "Keberanianku dalam Bicara" tiap tanggal dua tiap bulannya. Tapi karena tanggal dua kemarin aku masih, err, katakanlah, sibuk, maka aku baru bisa mempublikasikannya hari ini.
Penasaran buku apa yang hendak aku bicarakan? Pasti nggak ada yang penasaran :( Ya udah nggak jadi bicarain buku aja deh :( #eaaak #deramah
Tapi walau tak ada penasaran, tetap saja aku bakal mempostingnya secara aku tak mau membiarkan salah satu lokasi corat-coret favoritku ini kosong, hanya berisi tulisan yang itu-itu saja.
Jadi, buku itu adalah...
Naomi and Ely's No Kiss List by Rachel Cohn and David Levithan
rating awal: Yummy!
Untuk lebih jelasnya soal rating, bisa ditengok di sini
Naomi is a girl. Ely is a boy. They are bestfriends. No, not bestfriends. More than bestfriends. They unseparatable. Where Naomi is, there is Ely. But, Ely never knew that Naomi's love is love actually. In the near future, she want Ely being her husband. No matter she has a boyfriend, her love just for her bestfriend. Always will be. But everything change when Ely... kiss Naomi's boyfriend.
Of course, Naomi knew Ely was gay. But it's not a big deal for her. Perhaps, because she knew that a lot of gaymen, or bimen for exactly, have a wife and sorrow can stay out from their life. And she hope someday Ely know about her feeling and revenge her love.
Saat pertama kali baca bab pertama novel ini, aku terkejut sekali. Bab ini diakhiri dengan pengakuan Ely yang mengaku telah mencium cowok Naomi. Karena gaya penceritaannya kena campur tangan Miss (atau Mrs.) Cohn, yang dari pengalaman baca Nick and Norah's Infinite Playlist yang mana tergila-gila pada detail, aku nyaris mati karena bosan. Tapi pengakuan itu sontak membangunkanku dan langsung membuatku penasaran dengan sosok Bruce the Second, pacar Naomi.
Dan beruntung, di bab dua Bruce the Second menjadi narator.
Oh ya, karena di awal bab ada keterangan bahwa yang sedang jadi narator adalah Naomi, dan di judul tertera dua nama, aku mengira bab dua ini penulis akan menyuguhkan kisah melalui sudut pandang Ely. Ternyata tidak. Tapi tak jadi masalah bagiku. Aku suka begini. Dengan begini aku tahu perasaan masing-masing tokoh-tokoh.
Banyak sekali tokoh selain Naomi dan Ely yang kebagian bercerita, Bruce the Second (teman sekampus Naomi dan Ely), Bruce the First (tetangga Naomi dan Ely di the Building, sebutan mereka untuk gedung apartemen mereka), Gabriel si penjaga pintu yang sexy, teman-teman Naomi yang keduanya bernama Robin (satu cewek, satunya cowok), dan beberapa tokoh lainnya.
Meski bukan hal yang baru, menurutku, Naomi and Ely's No Kiss List ini unik dengan menggunakan nama-nama yang sama. Memberi kesan kisah mereka ini sangat dekat dengan kehidupan kita, kehidupan sehari-hari. Seperti kita yang memiliki teman-teman yang memiliki nama yang sama.
Unik lagi adalah karakter Bruce the Second, yang juga merupakan karakter favoritku di buku ini. Dia memang gay, tapi dia baru tahu dia gay saat bercengkerama dengan Ely. Dan dia jauh dari stereotype cowok gay. Sekali lihat saja kalian tidak akan langsung menyangka bahwa dia adalah cowok yang suka cowok.
Apakah di dunia nyata ada cowok seperti Bruce the Second ini? Yang jauh dari stereotype bahwa cowok yang gay itu pasti tampilannya modis, suka merawat badan, dan melambai? Bruce the 2nd tak memiliki itu semua. Bajunya baju yang biasa. Cuman t-shirt dan kemeja biasa. Dia bahkan cuman punya 3 celana jeans. Dia hanya merawat giginya, itu pun karena orangtuanya dokter gigi. Meski zaman sekarang, termasuk cowok yang straight pun, merawat diri sudah bukan hal aneh lagi untuk dilakukan.
Oke, malah ngelantur dari pertanyaan yang pertama :))
Jawabannya, tentu saja ada! Dan hal itu bukan akting, tapi memang asli sifat mereka tanpa kepura-puraan.
Karakter yang kedua yang aku suka adalah Naomi. Oke, kadang dia nyebelin juga. Tapi namanya juga manusia. Aku suka Naomi karena... Kami punya keterikatan emosi. Menyukai orang yang begitu dekat diraih tapi mustahil untuk memilikinya.
Konflik yang terjadi di buku ini bisa dibilang sederhana, dan lagi-lagi, dekat dengan kehidupan. Namun, sayang, buku ini, di Indonesia masih kurang populer. Mungkin baru akan populer saat adaptasi filmnya nanti rilis. Atau mungkin karena bahasa dalam buku ini... agak eksplisit, sehingga tak ada penerbit yang berani menerbitkannya? Atau... Adanya tema yang bakal menyulut beberapa pihak?
Perhatikan adegan berikut ini: (note: Ely's POV)
It's only once we're out in the foyer between our apartements that I say, "Oh fuck!"
"What?" Naomi asks.
"I forgot something. I'll be right back."
"What did you forget?"
"My dick, okay? You can't possibly expect me to go out without my dick! I'll be right back."
Aku membayangkan, seandainya tuh adegan diterjemahkan, terutama kalimat yang paling bawah, kira-kira kata apa yang bakal digunakan untuk kata "dick" ? Apakah... kata yang artinya sama persis (yang bakal mengundang 'kejijikan' beberapa pembaca), atau dibikin lebih sopan dengan menganalogikannya dengan hewan, yang jelas akan mengundang senyum beberapa pembaca?
Saat pertama kali membaca buku ini, karena masih belum terbiasa dengan gaya penceritaan Rachel Cohn yang detail sekali dalam menjabarkan sesuatu, aku sempat tak nyaman dengan gaya tersebut. Secara jatuhnya jadi bosan. Gara-gara itu aku merasa tak rela untuk memberi buku itu label "yummy." Tapi setelah aku beradaptasi dan membaca untuk kedua kalinya buku ini, aku rasa, ya, buku ini pantas mendapat label "yummy," seperti yang aku harapkan.
Naomi and Ely's No Kiss List mungkin hanyalah kisah biasa. Plotnya, idenya, bukanlah hal yang baru. Jatuh cinta pada sahabat, mantan pacar yang kemudian menjadi pacar sahabat, jatuh cinta pada sahabat—dan terjebak di zona persahabatan, rasa cinta yang dimanfaatkan, rasa untuk melindungi, kesadaran untuk melepaskan hal yang paling berarti dalam hidup kita. Sudah berapa kali hal-hal itu diramu oleh banyak penulis? Tapi bisa dibilang duo penulis ini memberi sentuhan berbeda pada plot dan ide biasa itu. Bukan cara pengemasannya, bukan pula karena memasukkan karakter yang masih dipandang abnormal oleh sebagian orang, tapi lebih pada... tak ada tokoh antagonis di sini. Terutama tiga tokoh yang paling sering dapat sorotan: Naomi, Ely, Bruce the Second. Semuanya adalah orang baik, atau baiknya seperti baiknya orang kebanyakan di dunia nyata.
Yuk baca Naomi and Ely's No Kiss List sebelum filmnya keluar sekitar akhir tahun nanti ;)
Oh ya, bagi yang hendak menanyakan apa itu No Kiss List, aku akan mencoba memberi sedikit gambaran. Seperti namanya, itu adalah daftar orang-orang yang tidak boleh dicium yang dimasukkan dan disepakati oleh Naomi dan Ely demi untuk menjaga keutuhan persahabatan mereka.
Dan sebelum kalian menanyakannya, apakah Bruce the Second ada di dalamnya? Well... Dia... Tidak ada di dalam daftar.
rating akhir: Yummy
Untuk lebih jelasnya soal rating, bisa ditengok di sini
Baca review Naomi and Ely's No Kiss List di sini.
Jadi apa sih Dare to Say? Lewat Dare to Say ini kak Zellie, mengajak orang untuk berbuat baik, yakni mengatakan kejujuran. Karena konteksnya dunia baca, maka kejujuran itu mengenai buku yang telah kalian baca. Kejujuran itu bisa berbentuk rasa suka kalian (yang tulus) pada buku tersebut—terlepas buku itu terkenal atau dibenci banyak orang, atau... Ini nih yang menantang, mengatakan dengan jujur apa yang membuat kalian tidak menyukai sebuah buku atau hanya bisa memberinya nilai 1 dari 5 bintang (padahal buku tersebut buku terkenal, ditulis penulis kenamaan, mendapat banyak nilai yang bagus, dan hendak/sudah diadaptasi ke layar lebar).
Pengen membagikan kejujuran pada dunia? Berikut caranya::
0 comments:
Posting Komentar