Kalimat pertama Replay
Jeff Winston sedang berbicara dengan istrinya di telepon ketika ia meninggal.
Jeff Winston sedang berbicara dengan istrinya di telepon ketika ia meninggal.
Sececap Replay
Bagaimana jadinya bila kalian diberi kesempatan mengulang kembali kehidupanmu? Apakah kalian akan mempergunakannya untuk menanggulangi bahkan mencegah kesalahan-kesalahan yang kalian perbuat agar tidak terjadi lagi? Atau kalian akan memanfaatkan pengetahuan yang kalian dapat semasa hidup kalian sebelum mati—dan kembali hidup untuk mengulang kehidupan yang kurang lebih sama? Atau memulai babak awal yang baru?Seorang pria bernama Jeff Winston mendapatkan kesempatan tersebut. Ia meninggal pada 1988 di usianya yang ke-43 tahun. Dan beberapa detik kemudian, ia terbangun, mendapati dirinya kembali ke masa lampau ketika usianya 18 tahun. Berbekal dengan pengetahuannya akan masa depan “yang pernah dijalaninya sebelumnya”, Jeff pun mengubah kehidupannya. Bila di kehidupannya sebelumnya ia hidup secara pas-pasan, maka kini Jeff bisa hidup lebih dari cukup. Tak pernah kekurangan secara finansial sedikit pun!
Tapi, Jeff tidak hanya mengulangi kehidupannya sebelumnya, ia juga mengulangi kematiannya di waktu yang sama persis!
Dan setelah ia “meninggal” untuk kedua kalinya, ia mesti “kembali ke masa mudanya.” Pencapaiannya di kehidupan “ulangan” yang pertama terhapus tanpa meninggalkan jejak kecuali dalam ingatannya.
Apakah dia akan “kembali” mati dan mengulang kembali kehidupannya? Ya. Berulang kali. Berkali-kali. Hingga Jeff bosan terus-terusan mengalami replay kehidupannya. Hingga Jeff merasa ia ingin replaynya ini berakhir. Hingga Jeff mempertanyakan, kenapa ia yang dipilih untuk melakukan pengulangan kehidupannya ini? Berapa kali ia mesti jatuh cinta dan merasakan sakitnya kehilangan orang-orang yang disayanginya?
Citarasa Replay
Aku pertama kali mengetahui soal Replay karya Ken Grimwood ini ketika membatja City of Glass karya Cassie Clare. Gambar sampulnya tercetak bersama-sama novel-novel lainnya terbitan Ufuk di halaman-halaman belakang novel fantasi yang berkisah mengenai pemburu bayangan. Dan ketika aku membatja sinopsisnya, aku langsung kepincut. Aku selalu suka dengan kisah yang melibatkan perjalanan waktu.Dan Replay ini tidak mengecewakanku.
Data-data yang jelas sekali hasil riset, atau hasil rekaan karena aku belum sempat mencari tahu kebenarannya yang meski begitu, tersaji dengan sangat meyakinkan dan sulit dibantah. Data-data yang kemudian digunakan untuk “mengubah” hidup Jeff Winston. Dari pria yang finansialnya pas-pasan, jadi multi-milyuner dan memiliki perusahaannya sendiri. Dari Jeff yang masa tuanya sulit, menjadi Jeff yang masa tuanya nyaman. Malahan, di hidup perulangannya yang pertama dia memiliki putri yang sangat cantik dan sangat pintar bernama Gretchen. Tidak seperti di kehidupannya yang “pertama” sebelum mengalami replay, ia dan istrinya yang bernama Linda tidak dikaruniai anak.
Namun, ketika Jeff kembali mengalami replay untuk yang kedua, dimana kehidupannya direset ke waktu tertentu di masa mudanya, segala pencapaian di replay pertama tersapu bersih. Begitu pula dengan Gretchen. Putrinya yang amat sangat dicintainya. Putrinya yang lebih dicintainya daripada istrinya. Saat membatja ini... beuh, terasa sekali rasa sakit kehilangan yang dialami Jeff. Betapa sia-sianya ia menjalani replaynya yang pertama dimana ujung-ujungnya dia kehilangan seseorang yang sangat disayanginya. Dan yang lebih menyakitkan lagi seseorang itu tidak akan pernah sekali pun lahir bila Jeff tidak bertemu dengan seorang wanita yang akan menjadi ibu Gretchen.
Meski sempat down, Jeff yang belum tahan hidup sendiri mentjoba lagi menjalani kehidupan replay keduanya. Kali ini agar tidak mengulang kejadian yang sama dengan menjadi seorang ayah dari seorang anak, dia melakukan sebuah tindakah. Tapi tindakan ini bercabang ke hal lain. Hal lain yang ternyata... pada akhirnya... ketika tiba waktunya ia menghembuskan napas terakhir... terasa sama menyakitkannya.
Dia mentjoba dan mentjoba, tapi hasilnya semakin menyakitkan. Jeff mencintai sosok yang tak pernah ada!
Tak tahan dengan itu semua, Jeff pun mengambil tindakan yang tidak akan menciptakan sosok yang pasti merenggut seluruh cinta dan kasih sayangnya. Ia hidup bak pertapa. Mengasingkan diri di daerah yang terisolir. Ia hanya “turun gunung” ketika memenuhi isi kulkasnya dan persediaan lainnya.
Suatu hari, kala dia mesti turun gunung, Jeff menemukan sesuatu yang tak biasa. Sesuatu yang memberinya petunjuk bahwa... ia tidak sendirian. Ada orang-orang yang sama seperti dirinya! Orang-orang yang juga mengalami replay!!
Apakah Jeff mentjari tahu soal orang lain tersebut? Tentu saja. Dan apakah dengan bertemu dengan sesama replay, Jeff akan menemukan kenapa dia (dan dia yang hendak ditemunya) yang dipilih mesti menjalani kehidupannya berulang-ulang?
Membatja Replay bikin hati cenat-cenut. Antara pengen tapi juga bersyukur karena tidak mengalami replay seperti Jeff. Antara pengen bisa mengulang hari, memperbaiki kesalahan dan mentjoba sesuatu yang baru, tapi sekaligus takut merasakan rasa sakit yang tak terperi.
Aku tak bisa menebak bagaimana kisah ini akan berakhir. Yang aku bisa tebak, dan terbukti benar kemudian, adalah ketika novel ini memasuki halaman-halaman terakhir, aku bakal membatjanya sangat perlahan demi agar tak segera berpisah dengannya tapi pada akhirnya gagal. Endingnya menghadirkan putaran yang mungkin mengejutkan bagi banyak orang. Bagiku? Tidak. Karena aku tidak mengharapkan apa-apa selain bahwa aku akhirnya bisa membatja salah satu top wishlistku.
Tapi juga tidak lempeng-lempeng juga. Hnn, gimana jelasinnya ya? Oke gini, singkatnya apakah novel yang keren pakai dewa mesti mengagetkan bin mengejutkan di akhir?
Bagiku tidak. Bagiku novel yang keren pakai dewa itu adalah novel yang bikin gelisah antara pengen terus-terusan membatjanya sekaligus berharap semoga tidak segera tamat. Bukankah pepatah bilang hargai proses (perjalanan dari awal sampai akhir) dan bukan akhir? ;)
Meski, memang, tak bisa dipungkiri di beberapa karya ending menjadi sangat penting dan menentukan apakah perjalanan yang dilalui untuk menggapai terbayar tuntas atau tidak.
Bagaimana dengan Replay, apakah terbayar tuntas? Kalau menurutku saja, ya. Sangat. Aku tak meragukan lagi award yang disandang Replay. Replay memang salah satu karya fantasi terbaik di dunia.
Sayang, edisi terjemahannya sudah sangat teramat langka. Aku sudah sempat menanyakan perihal, mungkinkah Fantasious, nama baru dari Ufuk, selaku penerbit Replay edisi bahasa Indonesia, mau menerbitkannya ulang? Jawaban mereka ada di ranah abu-abu. Mungkin bila semakin banyak yang menyarankannya, mereka akan menerbitkannya kembali.
Dan ketika mereka menerbitkannya kembali, aku harap mereka juga menerbitkan kembali Blindness karya Jose Saramago.
source: koleksi pribadi |
Oh ya, jangan mengharapkan Replay ini penuh aksi ya. Meski Replay termasuk buku petualangan, jenis petualangan yang ditawarkan Replay merupakan petualangan hati dimana seseorang dihadapkan pada kalimat "Bagaimana jika—", bagaimana jika kamu bisa mengulang kehidupanmu? Bagaimana jika kamu memilih pilihan yang berbeda? Bagaimana jika kamu menikah dengan orang yang berbeda dengan "kehidupan pertamamu"? Dan banyak pertanyaan "bagaimana jika—" yang lain yang mesti teman-teman cari tahu sendiri.
Secara keseluruhan, Replay is a must read book. Idenya begitu sederhana tapi diolah dengan dahsyat dan dibantu dengan (terlepas benar atau tidaknya) data-data yang luar biasa, membuatnya tampak terasa nyata dan benar-benar dialami oleh seseorang. Replay bukan hanya sebuah karya fantasi mengenai perjalanan waktu, tapi mengenai hati seorang manusia, dan tentang kehidupan itu sendiri.
Secara keseluruhan, Replay is a must read book. Idenya begitu sederhana tapi diolah dengan dahsyat dan dibantu dengan (terlepas benar atau tidaknya) data-data yang luar biasa, membuatnya tampak terasa nyata dan benar-benar dialami oleh seseorang. Replay bukan hanya sebuah karya fantasi mengenai perjalanan waktu, tapi mengenai hati seorang manusia, dan tentang kehidupan itu sendiri.
Replay
Penulis: Ken GrimwoodPenerbit: Ufuk Press
Tahun terbit: 2010 (pertama kali, 1986)
Tebal: 532 halaman
Genre: Fantasi – Fiksi Sejarah – Time Travel Fiction - Interpersonal Fiction - Romance
Score: Delicious (5 0f 5 stars!
Target: Adult (17 tahun ke atas!)
Ah, reviewnya membuatku semakin ingin membacanya. Akan kumasukkan dalam wishlistku juga walau kayaknya bakal susah cari bukunya. Makasih mas jun! ^^
BalasHapusSama-sama, kak Pris ^^)
HapusSemoga bisa segera berjodoh dengan buku ini. Amin (: