Hugo Cabret adalah seorang bocah yatim-piatu yang hidup bersama pamannya di stasiun kereta api. Hanya saja, selama beberapa hari pamannya telah menghilang entah ke mana. Hal ini mengakibatkan dia mesti mencuri untuk bertahan hidup.
Selain mencuri makanan, Hugo Cabret juga sering mencuri mainan dari toko seorang lelaki tua.
Namanya juga anak-anak, wajar jika dia tertarik pada mainan, begitu kan pikir kalian?
Nyatanya, Hugo Cabret mencuri mainan bukan untuk dimainkan tapi untuk dibongkar dan diambil mesin di dalamnya.
Sayangnya si lelaki tua sudah siap siaga ketika Hugo melancarkan aksinya untuk ke sekian kalinya. Hugo tertangkap dan terpaksa mengeluarkan apa-pun isi kantongnya, daripada si lelaki tua memanggil polisi stasiun.
Saat lelaki tua menemukan buku kecil Hugo, warisan ayah Hugo, wajahnya memucat. Ekspresinya terkejut. Dan dari situlah, takdir mereka berdua mulai terjalin.
Siapakah si lelaki tua itu? Mungkinkah dia kakeknya yang hilang?
Kemana perginya paman si Hugo?
Mungkinkah dia berada di suatu tempat dan saking keenakannya (?) dia malas balik?
Kenapa Hugo membongkar mainan yang dicurinya? Untuk apa dia membutuhkan mesinnya? Mungkinkah untuk dijual ke tukang loak? Secara kan lumayan harga logam itu.
Yah, temukan jawabannya dengan menonton filmnya, atau bisa juga dengan membaca novel grafisnya (reviewnya bisa di sini, btw) yang berjudul: The Invention of Hugo Cabret.
Overall, aku cukup puas dengan film adaptasi ini. Perubahan-perubahan yang dimasukkan cukup oke, aku suka, kecuali satu hal: penghilangan satu karakter penting di buku. The Invention of Hugo Cabret memang buku yang tebal, tapi tokoh-tokoh hanya sangat sedikit, bahkan sepuluh jari pun masih sisa.
Konfliknya yang sangat simple buat beberapa orang yang membatja bukunya merasa bosan. Apalagi tidak ada yang benar-benar tokoh antagonis. Tapi aku jamin mereka yang merasa bosan tak akan merasa suntuk ketika menonton filmnya. Dan bagi penyuka romance, karena bagaimana pun film komersil tetap kudu menjual sesuatu yang paling disukai, di versi filmnya ada romancenya. Hanya sedikit, tapi lebih terasa daripada kemunculan Jude Law yang berperan sebagai ayah Hugo.
Satu lagi, dengan menonton film ini atau dengan membatja bukunya, kalian akan tahu satu fakta penting mengenai industri perfilman.
0 comments:
Posting Komentar