The Miserable Mill
Penulis: Lemony Snicket
Penerbit: Harpercollins
Tebal: 208 halaman
Seri: A Series of Unfortunate Events #4
Genre: fantasi - elegi
Stew score: Almost - Sweet!
Target: Teen (11 tahun ke atas)
Sececap The Miserable Mill
Tentunya masih ingat dengan kakak-adik Baudelaire, bukan? Violet, Klaus dan Sunny yang masing-masing punya bakat-bakat yang unik.
Karena Aunt Josephine sudah tak bisa mengasuh mereka bertiga, maka Mr. Poe mencarikan wali lagi untuk mereka bertiga. Kali ini mereka akan diasuh oleh seorang lelaki yang... Namanya susah dilafalkan, hingga si pemilik nama menyuruh orang-orang memanggilnya Sir.
Deskripsi singkat Sir: pemilik Lucky Smells Lumbermill (usaha perkayuan). Sangat bossy. Tak suka dibantah. Wajahnya selalu tertutup asap rokok. Memberi makan siang pegawainya dengan permen karet. Memberi bayaran pada pegawainya dengan kupon (kupon diskon). Dan yang mungkin tak kalian suka, menyuruh Baudelaire bersaudara bekerja di usaha perkayuan miliknya!
Ya, wali anak-anak Baudelaire kali ini tak sebaik Uncle Monty dan Aunt Josephine.
Untung ada Charles, Sir's partner, dan Phil, karyawan Lucky Smells Lumbermill yang punya jiwa yang optimis, yang baik pada mereka, sehingga mereka tak jatuh ke lubang depresi.
Bila tokoh antagonisnya Sir, maka di mana Count Olaf? Mungkinkah dia sudah menyerah untuk merebut warisan Baudelaire?
Sayangnya tidak. Dia muncul dalam samaran di luar dugaan!
Citarasa The Miserable Mill
Lemony Snicket memenuhi janjinya mengenai hal menakutkan yang akan terjadi pada Baudelaire's di The Miserable Mill.
Aku tak menyangka dia akan membuat wali baru untuk anak-anak jahatnya minta ampun dan pelitnya kebangetan. Nyaris mengalahkan jahatnya Count Olaf!
Dibanding prekuelnya, humornya agak berkurang. Lemony Snicket hanya "bermain" humor di dalam istilah dan nama-nama, serta tak pernah ketinggalan, analogi akan sesuatu.
Humor yang paling bikin aku ngakak bantal-bantal (?) adalah analogi soal orang yang optimis.
Dalam The Miserable Mill ini, Lemony Snicket menyelipkan karakter yang punya jiwa optimis yang berlebihan. Optimis di sini berarti sikap yang memandang sisi baik dari semua hal. Analoginya: saat seekor alligator memakan tangan kiri seseorang. Orang normal pasti setidaknya akan menjerit, "Aaah! Tanganku! Tanganku!" Tapi beda dengan orang berjiwa optimis, orang itu bakal berpikir, "Ah, nggak apa kok aku kehilangan tangan kiriku. Kini orang-orang tak akan pernah menanyaiku lagi apakah aku orang pengguna tangan kanan atau tangan kiri."
Ada yang menarik dari buku keempat ini, yakni kehadiran dr. Orwell. Saat pertama baca namanya di ending buku tiga, aku langsung menghubungkannya dengan George Orwell, penulis novel 1984 dan Animal Farm yang kontroversial itu. Dan ternyata... Memang ada semacam hubungannya. Termasuk tanda mata yang jadi tato di kaki kiri Count Olaf itu. Tampaknya ada hubungannya dengan George Orwell, maksudku.
Oh ya, ada satu hal lagi yang membuatku mengerutkan kening mengenai Charles. Dia tokoh yang cukup krusial di The Miserable Mill. Aku agak jengkel padanya karena sebagai partner (teman kerja) Sir dia itu tak bisa melakukan sesuatu yang amat sangat berarti pada Baudelaire bersaudara. Bahkan dia mau-mau saja disuruh menyetrika oleh Sir. Teman kerja macam apa dia mau disuruh-suruh kayak gitu? Kalau benar dia teman kerja Sir, harusnya dia lebih tegas dong, apalagi dia mendapat untung 50% dari usaha perkayuan yang ironisnya dinamai "Untung"!
Namun, saat aku mencapai lembar-lembar klimaks, aku mendapat perspektif baru mengenai arti partner dalam The Miserable Mill ini. Dan aku langsung maklum kenapa Charles mau "berbisnis" dengan Sir yang jahat dan pelitnya bukan main, terus-menerus mengatakan kalau seharusnya Baudelaire bersaudara diperlakukan sebagai keluarga (bagi yang sudah baca buku ini, coba baca adegan saat pertama kali Charles bertemu dengan anak-anak, apakah kalian merasakan, seperti aku, kesan kalau dia itu masih satu keluarga dengan Sir?), mau melaksanakan apa yang diperintahkannya dan sangat jarang mau membantah keinginan sang Sir.
Seperti biasa, ending kisah dalam serial ini tak pernah berakhir bahagia. Dan dibanding ketiga prekuelnya, The Miserable Mill jauh lebih "ajaib" berkat adegan pertarungan di lembar-lembar klimaks.
Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
aku belum pernah baca Lemony Snicket...sepertinya bagus ya
BalasHapusIya, bagus! :D
BalasHapus