Peter Pan by J.M. Barrie

Peter Pan

Penulis: James Matthew Barrie
Penerbit: Project Gutenberg
Tahun terbit: 2008
Tebal: halaman
Genre: Klasik - Fantasi - adventure
Stew score: Sugar - Free!
Target: Children (9 tahun ke atas!)

Sececap Peter Pan

Namanya Peter Pan. Usianya... Tak ada yang tahu. Walau dia tampak seperti anak-anak, dan bertingkah seperti anak-anak pada umumnya, dia jauh lebih tua dari kebanyakan anak-anak di dunia.

Kenapa bisa begitu?

Karena dia menolak tua. Karena dia tak mau menjadi pria dewasa!


Suatu hari, Peter kehilangan bayangannya. Ya, bayangan hitam yang biasa mengikuti di belakang tubuh itu. Dan bersama Tinkerbell, peri kecilnya, dia mencari.

Pencarian itu berakhir di rumah keluarga Darlings. Peter, yang masuk secara diam-diam, yang pencariannya sempat tersendat karena Tink bertingkah agak konyol, akhirnya menemukan bayangannya. Cuman satu masalahnya. Dia... Tidak bisa membuat bayangannya kembali menyatu dengannya.

Apa yang dia lakukan setelahnya?

Seperti layaknya anak kecil, dia menangis.

Ketika menangis itulah anak sulung Darlings, Wendy, terbangun. Dia merasa kasihan pada bocah malang itu dan menawarkan bantuan: menjahitkan bayangan itu.

Setelah itu mereka... bisa dibilang jadi teman. Setelah itu, Wendy membangunkan kedua adiknya dan mengenalkan mereka dengan Peter. Setelah itu, Peter Pan mengajak mereka berkunjung ke rumahnya, atau tempat tinggalnya: Neverland.

Citarasa Peter Pan

Tentu saja, sebelum memulai membaca buku ini, aku mempunyai ekspektasi tinggi. Maksudku, ini Peter Pan. Peter Pan adalah salah satu tokoh fiksi (atau benar-benar ada?) yang paling dikenal di seluruh dunia. Apa yang membuatnya begitu dikenal bahkan hingga bertahun-tahun, menjadi tokoh dongeng, dan dibikin dalam banyak versi?

Dan ternyata... Aku tidak bisa jatuh hati pada Peter Pan. Wendy ya, Peter nggak. Dia... tidak begitu baik. Aku tidak mau menyalahkan Disney yang membuat kisahnya jadi lebih indah. Aku saja yang tampaknya "tidak siap" menerima bahwa Peter ternyata tidak baik. Dia lugu, kenakalannya seperti kenakalan anak-anak, tapi secara tidak langsung (entah dia sadar atau tidak) dia membujuk anak-anak untuk berbuat tidak baik. Walau aku tak bisa jatuh hati pada sang tokoh utama, menurutku kisahnya nyaris oke. Imajinasinya super keren. Kemampuan terbangnya bikin mupeng. Dan keabadiannya... siapa yang tidak ingin abadi?

Paling spektakuler atau yang paling aku suka dari kisahnya adalah bagian seperempat awal buku. Alias bagian sebelum Peter Pan mengajak anak-anak Darlings pergi melalui jendela dan terbang ke Neverland.

Bagaimana dengan bagian lainnya? Kecuali bagian klimaks, bagiku, semuanya terasa agak datar dan sedikit bikin bosan. Petualangannya cukup ajaib. Imajinasi penulisnya cukup tinggi dan dapat membingkai keinginan banyak orang dengan baik dalam jalinan kata-kata. Neverland tanah yang ajaib juga. Tapi tidak sampai bikin aku pengen tinggal di sana, walau menjanjikan keabadian. Dulu aku kira Neverland itu semacam utopia, tapi ternyata kurang lebih Neverland sama dengan dunia nyata. Dimana bahaya masih mengancam di mana-mana.

Jadi, secara keseluruhan bagiku, Peter Pan nyaris lumayan. Pesannya oke. Beberapa kalimatnya quotable. Beberapa pertanyaanku mengenai Peter Pan, seperti, bagaimana Peter Pan menjadi Peter Pan, dan darimana asal Tinkerbell dan kenapa dia merendengi Peter melulu, terjawab di buku ini. Beberapa yang lain, semisal, darimana datangnya Hook dan apakah dia terjebak di usianya yang tampak seperti om-om berumur 30-an tahun (seperti Peter yang "menjebak" diri sendirinya dalam usia anak-anak) dan bagaimana dia bisa terdampar di Neverland, tampaknya akan terus jadi misteri.

Bukan hal yang mengecewakan. Karena buku ini dibikin memang bukan untuk memuaskan rasa penasaran pembaca akan misteri yang tak'kan terjawab.

Bagiku juga, plotnya agak datar. Bahasanya ringan, kadang berima, mudah dipahami, tapi pasti bikin mereka dengan pemahaman tinggi akan merasa ada maksud tersirat dalam beberapa kalimatnya. Bukan hal baru dalam novel klasik.

Meski begitu, aku masih merasa sampul edisi terjemahan Gramedia wajib dikoleksi >.<

P.S.
[1] Seandainya tidak ada acara Membaca dan Menulis yang digagas grup Penggemar Novel Fantasi Indonesia, mungkin, aku masih lama sekali membaca Peter Pan ini, dan menunggu hingga aku diberi berkah oleh Sang Pemilik Segalanya untuk membeli versi terjemahan buku ini, yang dipublikasikan oleh salah satu penerbit besar Indonesia dengan desain sampul yang sangat wow. Phew, satu kalimat yang panjang ya?

[2] Aku juga merasa wajib mengucapkan terima kasih pada sang pengarang Peter Pan, James Matthew Barrie (namanya keren ya? Walau bagiku belum sekeren nama penulis The Great Gatsby dan The Metamorphosis). Berkat beliau dan karya beliau, aku mendapat ide untuk membuat cerita berjudul Jendela, yang kemudian membuka gerbangku untuk membaca His Dark Materials karya Philip Pullman. Terima kasih Opa Matty :')

Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
| | | read big

0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!