Harry Potter dan Orde Phoenix

Judul: Harry Potter dan Orde Phoenix
Penulis: J.K. Rowling
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 1200 halaman
Judul Asli: Harry Potter and The Order of the Phoenix
Seri: Harry Potter #5
Genre: Fantasi - Fiksi Sekolah
Stew score: Yummy!
Target: Teen (14 tahun ke atas)

Berapa persen orang dewasa yang akan percaya pada berita yang "terdengar ajaib" yang dituturkan oleh anak-anak? Sungguh disayangkan, seringnya apa yang dituturkan anak-anak jarang dipercayai. Meski berita itu, yang kadang dipercaya sebagai imajinasi anak-anak, mengandung berita buruk. Tak terkecuali Harry Potter. Remaja 15 tahun yang, kebetulan adalah seorang penyihir dan bersekolah di sekolah sihir Hogwarts, satu-satunya oknum yang berhasil selamat dari kutukan pembunuh, semacam pesohor di dunia sihir. Dia tak dipercayai oleh nyaris semua penyihir. Bagaimana perasaannya? Lebih baik kita tanya langsung pada--

Harry: Jengkel, kesal, sebal, itulah yang saya rasakan.


Ya, tentu saja. Hal itu bisa diperkirakan. Bagaimana musim panas kalian?
Ron dan Hermione: Sibuk dan melelahkan.
Harry: Apa masih perlu saya katakan lagi? Terkungkung di dunia muggle, tanpa tahu apa-apa soal dunia sihir, tanpa ada yang mau memberiku berita secuil pun, hingga saya terpaksa mencari tahu mengenai. Kehadirannya di berita muggle.
Draco: Tertawa puas membatja Daily Prophet.

Untuk Harry. Kehadiran siapa, Harry?
Harry: Dia. Voldemort. Siapa lagi?
Ron: (berjengit)
Harry: Kau tahu Ron, sudah saatnya dirimu membiasakan diri menyebutnya dengan namanya.
Draco: Dan sudah saatnya bagimu, Potter, untuk dimasukkan ke St. Mungo. Untuk menyembuhkan kepalamu--
Harry: Diam, Malfoy. Tinggal tunggu waktu saja sebelum ayahmu ditangkap dan dijebloskan ke Azkaban.
Draco: Jangan--

Guys?! Ada yang bisa kasih tahu aku apa itu St. Mungo?
Hermione: itu rumah sakit penyihir. Rumah sakit. Untuk luka-luka sihir.

Untuk Draco, lelucon apa yang dimuat di Daily Prophet?
Hermione: Daily Prophet memuat sampah!
Draco: Bagimu dan kelompokmu. Tapi komunitas penyihir tampaknya sangat mempercayainya.

Apa yang ditulis Daily Prophet?
Harry: Apakah anda tadi mendengar apa yang dikatakan Hermione, Mr. Ismarianto?!

Tampaknya kamu sedang sangat panas Harry.
Harry: Ya. Maafkan saya bila kata-kata saya melukai anda, tapi saya kesulitan mengontrolnya. Aku merasa marah hampir sepanjang waktu.

Oke, aku bisa maklum. Sendiri kadang bisa terasa sangat berat. Apakah yang ditulis di situ soal sidangmu?
Harry: Anda tahu soal sidang saya?
Hermione: Bagaimana bisa, soal sidang itu seingat saya tidak muncul di Prophet?
Ron: Apakah anda anggota Orde Phoenix?
Hermione: Ron! (Mata memperingatkan, muka secara tak langsung mengedik ke arah Malfoy)

Lanjut ke topik selanjutnya, bagaimana Hogwarts?
Draco: Tempat terbaik di seluruh dunia--
Harry dan Ron: Neraka!
Draco: --saya sendiri saja tak percaya mengucapkannya!

Tempat terbaik, neraka?
Harry: Berkat guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam yang baru
Ron: Dolores Umbridge
Hermione: Guru PTIH wanita satu-satunya sepanjang kami menimba ilmu di Hogwarts.

Kenapa neraka?
Ron: Dia melarang hampir semua aktifitas menyenangkan. Termasuk Quidditch!

Bagaimana mungkin? Dia hanya--
Hermione: Bukan sekedar guru. Dia orang kementerian.

Orang kementerian? Itu artinya--
Hermione: Ya. Dan lebih parahnya lagi, dia tidak mengajari kami bagaimana mempertahankan diri. Dia melarang penggunaan tongkat sihir di kelasnya.

Tapi itu sama artinya dengan... Bohong dong?
Hermione: Begitulah. Maka dari itu kami, saya, Harry dan Ron, membentuk... Perkumpulan pelajar untuk belajar PTIH sendiri tanpa guru.

Tapi apa... Boleh?
Draco: Tentu saja tidak. Mereka melakukan kegiatan yang ilegal.
Harry: Seolah dirimu orang suci saja, Malfoy.
Ron: Aku pernah dengar rumahmu sering digeledah gara-gara banyak benda sihir hitam--
Draco: Hati-hati, Weasley. Salah-salah kau menemukan mulutmu terjah--

Pst, Hermione, mumpung mereka sibuk berdebat, bisakah kamu kasih tahu aku apa itu Orde Phoenix?
Hermione: Itu rahasia. Tapi, saya akan memberi anda sedikit gambaran. Orde Phoenix adalah organisasi yang dibentuk untuk memerangi Voldemort.

Hermione, kamu...
Hermione: (meringis) Dia sudah ada di luar sana. Rasanya konyol takut menyebut namanya, kalau pada akhirnya, bila kami bertemu, dia akan tetap membunuh saya mengingat status darah saya.

Yah, aku rasa... Alasanmu... lumayan. (Kembali ke suara normal) Pemirsa. Pe-e-pe-mi-mir-sa-sa, pemirsa! Kita masih akan punya dua wawancara lagi dengan mereka berempat dua bulan ke depan. Dan tampaknya saking serunya mereka... berdebat, aku tidak bisa mengucapkan terima kasihku pada mereka, kecuali pada Hermione.

Oke, kita bahas sedikit mengenai film adaptasinya.
Dibanding film ke empat, para aktor di film Harry Potter and The Order of The Phoenix punya penampilan yang jauh lebih rapi dan enak ditonton. Aktrisnya sih nggak ada masalah, apalagi si Emma Watson. Enak banget ditatap.

Selain Emma dan Danny (?), salah satu pemain yang aku suka banget aktingnya adalah Evanna, pemeran karakter Luna. Aktingnya luar biasa! Bisa dikatakan karakter Luna yang diperankannya jauh lebih aneh dan lebih sabar ketimbang karakter Luna yang di buku.

Dan jujur, bukan karena Evannanya ya--meski mungkin memengaruhi dikit, aku lebih suka Luna di film.

Dan katanya, anting sayuran (coba tebak lobak atau wortel?) yang dipakai Evanna, yang memang ada di buku, adalah bikinannya sendiri. Kalau itu benar, berarti dia amazing!

Aku juga suka dengan adegan battle antara Opa Albus dan Om Voldie yang divisualisasikan dengan sangat baik. Bagi yang membatja bukunya tapi kurang pay attention to detail, bakal mengira ada pengembangan di battle itu pure pengembangan, tapi sebenarnya adegan pengembangan itu ada di bab-bab sebelum bab battle itu di buku. Salah satunya adalah bagian Harry yang berkatja dan pantulan bayangannya adalah Om Voldie.

Salah satu yang patut diacungi jempol lagi adalah visualisasi set yang gerbang dengan tirai yang tampak seperti air, set di film di mana para anggota Orde Phoenix berdatangan dan mengejutkan para Death Eater.

Dan diantara semua film Harry Potter, meski bukunya tidak menduduki urutan pertama, tapi adapatasi film Harry Potter and The Order of the Phoenix menduduki peringkat teratasku untuk film adaptasi serial Harry Potter.

P.S.
[1] Buku tertebal dalam serial ini, tapi meski gitu aku tidak butuh waktu lama menyelesaikannya, heheh
[2] Buku kedua yang aku batja dalam serial Harry Potter
[3] Dibanding Umbridge, ketika membatja buku ini untuk pertama kalinya, sebelum pikiranku seterbuka sekarang, aku jauh lebih jengkel pada Harry
Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
Hotter Potter | | | | Hotter Potter |

2 comments:

  1. Jujur aq tidak terlalu suka film adaptasinya, kurang bisa menangkap hal-hal penting yang tercantum dalam bukunya.
    Tapi memang novel fantasi paling susah dibuat film adaptasinya :D
    kecuali trilogi LOTR yang satu-satunya kuakui sangat bagus dan mendekati versi aslinya.

    BalasHapus
  2. Iya, novel fantasi emang yang paling susah dibikin adaptasinya, kak :D

    BalasHapus

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!