Insurgent by Veronica Roth

Insurgent

Penulis: Veronica Roth
Penerbit: HarperCollins [UK Edition]
Tebal: 346 halaman
Seri: Divergent #2
Genre: Fiksi ilmiah - Thriller/Suspence - Action - Romance - Dystopia
Stew score: Taste - less!
Target: Young - Adult (16 tahun ke atas!)
Caution: Extract Sop iler!

Sececap Insurgent

Kebenaran menjadi satu-satunya harapan baginya untuk tetap bertahan hidup di dunia yang telah hancur - terjemahan bebas kalimat yang tercetak di sampul depan Insurgent edisi United Kingdom.

Dauntless terbagi dua. Yang satu membantu Erudite, faksi yang telah menginvasi faksi Abnegation, sementara yang lain tidak.

Dauntless yang tak bergabung dengan Erudite terpaksa melarikan diri dari markas mereka dan mencari suaka ke dua faksi lain yang masih netral: Amity, si penyuka kedamaian, dan Candor, si penyuka kejujuran.

Tujuan Tris dan Tobias (Four) adalah Amity.

Di sana mereka diterima baik. Tapi karena, sudah bisa ditebak, ada patroli dari pasukan gabungan Erudite-Dauntless (pengkhianat) maka terpaksa mereka mesti keluar dari Amity.

Namun, di tengah perjalanan menuju Candor (seingatku sih gitu), mereka bertemu factionless atau orang-orang yang tak mempunyai faksi dan menyadari bahwa jumlah mereka sangatlah banyak. Lebih banyak dari anggota faksi mana pun. Dan mereka ternyata jauh lebih makmur dari yang diduga banyak orang—aku nggak termasuk, secara kan "ignorance is a bliss!" Begitulah kata-kata di 1984.

Di factionless itu Tobias bertemu dengan ibunya yang disangka oleh semua orang telah meninggal. Dan ternyata dia punya rencana untuk menyerang Erudite.
Dia juga mengajak Tobias dan Tris untuk bergabung bersama mereka.

Tobias memperingatkan bahwa Erudite punya serum yang bisa digunakan untuk mengendalikan orang, tapi factionless tidak takut. Sebab jumlah divergent yang dipunyai factionless jauh lebih banyak dari faksi mana pun (iyalah, secara jumlah "penduduk" mereka banyak).

Apakah Tobias dan Tris mau dinikahkan bergabung ke dalam factionless? Atau mereka akan berjuang sendiri bersama sisa-sisa anggota Dauntless dan Abnegation?

Citarasa Insurgent

Insurgent kehilangan citarasa dystopianya. Buku ini jadi penuh aksi. Itu saja. Itulah kesan pertama yang timbul di benakku saat aku membaca paragraf terakhir dalam buku ini.

Kalian pasti penasaran, dan mungkin tidak terima, kenapa aku hanya memberi score tasteless atau bisa disebut juga bitter untuk buku sekuel Divergent ini. Yah, jelas karena tak ada hal yang bikin aku jatuh hati pada Insurgent ini. Baik plot, adegan, karakter, semuanya tak ada yang menarik minatku sama sekali. Bahkan Peter yang, di buku pertama nyebelinnya minta ampun, berubah menjadi sosok "malaikat" opportunis. Bertolak belakang dengan praise yang diberikan oleh SLJ untuk buku ini.

Ketika awal-awal buku dan membaca mengenai motif Jeanine melakukan invasi pada Abnegation (yang merupakan spekulasi tokoh lain, bukan dari mulut Jeanine sendiri) pikirku: "Alasan Jeanine benar-benar tak masuk akal. Kalau emang tujuannya untuk mencari informasi, lha kenapa malah membunuh? Membunuh hanya akan membuat informasinya terkubur bersama yang terbunuh! Alasan yang tak masuk akal."

Tapi ternyata memang bukan itu alasan Jeanine. Tapi... Kalian mesti sabar. Karena alasan itu, atau kebenaran itu, akan muncul di akhir buku dan ulasanku akan muncul di paragraf-paragraf akhir review ini.

Lalu berlanjut ke adegan di mana patroli Erudite-Dauntless (pengkhianat). Dalam buku sebelumnya, Tris dan Tobias dan kelompok kecilnya berhasil mencuri hard drive berisi data-data yang mereka kira penting. Dan ternyata... Hard drive yang sempat jadi rebutan antara Tris dan Peter tidak penting-penting amat. Kalau penting kenapa pada akhirnya dihancurkan berkeping-keping? Apa pentingnya benda itu kalau gitu? Atau agar rahasia itu tetap tersimpan aman? Atau agar kisahnya tak terlalu cepat berakhir dengan menyimpan rahasianya untuk dibongkar nanti?

Masih berhubungan dengan patroli. Entah Tobias atau Tris yang menyarankan untuk menyamar sebagai anggota Amity dengan mengenakan seragam pecinta kedamaian itu. Namun Tris bertingkah sangat konyol dengan tetap memakai baju berwarna abu-abu (seragam Abnegation, faksi yang anggotanya dicari no. 1 untuk diteliti atau dibunuh), padahal dia yang aware pertama soal kelompok penjahat yang datang hendak menangkapnya dan teman-temannya. Kata Tris (kurang lebih), "Untuk apa mengenakan baju Amity? Ini cuman sekedar baju abu-abu doang."

Sayangnya, baju di Divergent world itu menunjukkan identitas! Sangat tak bertanggung jawab dan membahayakan keselamatan orang banyak!

Dan yang bikin lebih seba lagil, tindakan ini "diberi pembelaan" oleh si penulis melalui sosok kakaknya, Tris itu punya sifat jelek dari dulu yaitu ceroboh.

Nah, pembelaan itu bikin aku kaget. Setelah aksi Tris yang penuh perhitungan di Divergent dia berubah menjadi ceroboh di Insurgent?

Pembelaan itu bukan satu-satunya. Masih ada pembelaan lain dan seabreg pujian yang mana kucurigai sebagai upaya penulis agar pembaca menyukai Tris.

Uhn, setidaknya itu tak berhasil padaku.

Belum lagi tingkat pede Tris yang selangit.

Ditambah lagi pengakuan Tris soal Will di depan orang banyak (Ew!)

Pengembangan sikap yang menurutku sangat tidak berhasil. Setidaknya bagiku. Tapi memang sejak dari buku pertama tak ada satu tokoh pun yang mencuri perhatianku. Bahkan Tobias yang kata para fans Divergent (Divergentator? Eh Initiates ding) salah karakter terbaik. Bagiku ya, Edward si "blink-blink" masih jauh lebih oke. Dan sangat jauh di bawah kharisma Peeta maupun Gale dari The Starving Hunger Games.

Selera orang beda-beda kali, Jun.

Tapi aku nggak terlalu selera (makanan kalee!) dengan cowok pengecut macam dia. Peter yang jauh lebih pengecut dan opportunis masih lebih mudah disukai ketimbang dia. Hal ini dikarenakan adegan di mana Tobias mempermalukan ayahnya di depan umum. Oke, dia punya alasan. Tapi alasannya, alasan yang aneh bin nyeleneh binti dudul bagiku.

Aksi, plot, dan adegan yang membuatku makin percaya bahwa Mrs. Roth menulis sinetron—memberikan apa yang diinginkan oleh pembaca (karena ini konteksnya buku) masa kini yakni penuh aksi yang bikin berdebar. Tapi karena aku jarang suka dengan sinetron, maka jelas aku susah sekali untuk antusias membalik setiap halaman. Yang ada aku malah muring-muring nggak jelas pada hampir setiap adegan. Apalagi sama tingkah polah Tris. Pada halaman 170-an aku menyerah dan membaca Insurgent secara skimming.

Oh ya, di Divergent aku sempat bilang Veronica Roth adalah story teller yang baik. Aku salah. Gaya bercerita sangat membosankan, meski aku akui penuh aksi. Aku sama sekali tak cocok dengan gaya berceritanya. Makanya beberapa kali Insurgent aku "kalahkan" ketika aku membaca Room dan Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin Penasaran—padahal kedua buku itu tak punya unsur fantasi atau fiksi ilmiah.

Jauh lebih enak dan bagus versi terjemahannya. Aku membaca Divergent versi terjemahan, dan Insurgent versi bahasa asli. Itu artinya, penerjemahnya melakukan pekerjaan yang luar biasa. Mungkin kalau tidak, aku hanya memberi Divergent score Sugar-Free saja. Jadi nilai plus yang aku berikan untuk Divergent dulu aku alihkan ke penerjemahnya.

Aku masih belum impresif dengan anak-anak penyandang Divergent (aku hanya mengikuti apa yang ada di buku, Divergent emang dipandang sebagai penyakit). Divergent adalah yang mana penyandangnya memiliki otak yang nyaris anti serum apa saja (serum simulasi, serum ketakutan, serum kejujuran, tapi tidak serum kedamaian). Nah, yang menarik, di Insurgent ada penjelasan tambahan. Dan yang berhasil aku tangkap mengenai Divergent adalah mereka adalah manusia normal pada umumnya. Sementara yang bukan divergent adalah manusia yang umumnya cara berpikirnya praktis dan terkadang primitif.

Sekarang kembali ke alasan Jeanine. Sejujurnya, alasannya cukup oke dan baik. Tapi sekaligus bodoh. Padahal dia dari Ravenclaw faksi yang menjunjung kepintaran. Kalau memang mau melakukan itu, kenapa nggak melakukan aksinya diam-diam saja? Kenapa mesti berkoar, memamerkan tindakan invasinya dan membuat semua orang penasaran akan motifnya? Kenapa membuat divergent yang punya sifat manusia pada umumnya mempertanyakan motifnya dan bergerak untuk mencaritahu? Toh, para divergent yang mana pada suatu titik nantinya akan penasaran dan mempertanyakan ada apa di luar kandang pagar Chicago tenang-tenang saja dan hidup dalam kedamaian sesuai dengan faksinya yang dipilih, tanpa peduli ada apa di luar kota.

Toh aku yakin sekali rasa penasaran itu akan muncul lama sekali, secara Tris si tokoh utama dan anak-anak seusianya masih merupakan generasi kedua.

Yap, ini hal kedua yang bikin aku kaget. Baru generasi kedua saja sikap kental masing-masing faksi begitu mengakar kuat. Kalau Tris generasi kedua, dan orangtuanya generasi pertama, maka neneknya (yang menyarankan ibu Tris untuk pindah ke Abnegation) merupakan generasi nol? Gimana sih aku ini, kelompok pertama jelas tidak dihitung, iya kan?

Kalau boleh berandai-andai, seandainya tak ada rumor Divergent itu berbahaya bukankah sangat mungkin sekali hidup di Chicago yang terisolasi itu bisa jadi kesempatan kedua bagi penduduknya yang ingin mencari ketenangan dari ingar-bingar dunia? Tapi kalau tak ada isu itu gimana kisahnya mau berjalan, iya nggak? :))

Kalau untuk world-buildingnya, udah kali ya, nggak usah aku bahas. Sejak awal aku memang tidak terkesan. Jadi jelas nggak menarik sama sekali. Jelas masih kalah jauh kalau dibandingkan dengan buku dystopia populer lainnya. Terutama dengan Delirium dan Wither dan Across The Universe. Terlalu banyak lubang dan lebar dan tak ada kemungkinan untuk ditambal meski masih tersisa satu buku.

Terlepas dari banyaknya kelemahan yang dimiliki di Divergent dan Insurgent. Satu-satunya penjelasan yang cukup oke adalah penjelasan yang menyangkut Al, teman Tris saat inisiasi Dauntless. Penjelasan ini muncul di bab-bab awal Insurgent.

Overall, aku tidak merekomendasikan Insurgent sama sekali. Ceritanya terlalu sinetron untukku. Penuh aksi tapi datar, romancenya biasa saja, pengkhianatannya tak terlalu mengejutkan, jelas aku sudah kehilangan minat untuk membaca Allegiant.

Toh, dari judulnya aku sudah bisa menebak bakal ada apa di ending Allegiant. Allegiant sendiri kan diambil dari dua kata bahasa Inggris: Ally dan Giant. Jadi ya... sudah jelas. Aku tak penasaran ada apa di luar pagar dan kenapa generasi zero memutuskan mengisolasi Chicago dari dunia luar yang apa adanya.

Tapi, yah, itu kembali pada selera sih ya. Bagiku, Insurgent bukan termasuk buku dalam cangkir susuku (?)

Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
| |

4 comments:

  1. hmhmh,. aku jadi penasaran baca malah,. Semoga dapat kesempatan baca,. :). Salam kenal, Jun :)

    BalasHapus
  2. Eh, padahal tidak disaranin untuk baca review ini :p
    Amin. Semoga segera terlaksana ya ^^

    Salam kenal juga ^^

    BalasHapus
  3. bisa minta link download pdfx g min??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayang sekali saya tidak punya link downloadnya.

      Hapus

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!