Les Miserables

Les Miserables

Penulis: Victor Hugo
Penerbit: Bentang Pustaka
Tebal: 616 halaman
Genre: Historical fiction - Klasik - Elegi - Romance
Stew score: Yummy!
Target pembaca: 16 tahun ke atas

Sececap Les Miserables

Namanya Fantine. Seorang wanita muda yang terpedaya kata-kata manis lelaki hidung belang hingga dia hamil. Namun demi melanjutkan hidupnya dan putrinya, Cosette, dia terpaksa menitipkan Cosette pada keluarga Thenadier yang dipercayainya baik. Pada zaman itu (atau sampai sekarang masih?), wanita yang punya anak di luar nikah tidak bisa mendapatkan pekerjaan.

Namanya Cosette. Putri dari Fantine, tapi tak pernah ingat mengenai ibunya sebab sejak sekitar usia balita dia sudah diasuh oleh keluarga Thenadier. Keluarga yang memperlakukannya bak Cinderella--atau kasarnya pelayan.


Namanya Javert. Seorang polisi yang sangat taat pada peraturan. Seorang polisi yang saking taatnya pada peraturan menjadi maniak. Seorang polisi yang tidak punya toleransi dan tidak percaya pada kesempatan kedua. Seorang polisi yang menganggap penjahat tetaplah penjahat, bahkan hingga penjahat itu menghembuskan napas terakhirnya.

Namanya Marius Pontmercy. Anak muda pemimpi yang baru saja menemukan sebuah tujuan karena ketidaksengajaan. Mudah depresi tapi juga mudah disulut semangatnya. Karena gengsi dan demi menjaga nama almarhum ayahnya, dia memilih untuk menanggalkan fasilitas kakek dan bibinya dan mencoba hidup mandiri yang ternyata jauh dari kehidupan mewah yang sejak kecil dikecapnya.

Namanya Jean Valjean, tokoh sentral karya klasik kita ini. Seorang mantan narapidana yang telah dijatuhi hukuman bekerja di kapal kerja paksa selama 19 tahun gara-gara mencuri roti. Meski telah bebas, tidak serta merta dia bisa menghirup udara dengan tenang. Ketika keluar penjara, hukum sosial mulai berjalan.

Berkat seorang Uskup yang membeli jiwanya, Jean Valjean berusaha keras mengubah pandangan masyarakat terhadapnya. Tapi ketika dia bertemu Javert, dan Javert mengenalinya sebagai narapidana, dan Javert hendak menangkapnya, dia bergeming. Namun ketika ada orang lain yang ditangkap karena dianggap dirinya, hati nuraninya terusik. Akankah dia diam saja dan menikmati kebebasan sementara orang yang tak bersalah menggantikan dirinya? Atau menyerahkan diri, meninggalkan kehidupannya yang indah dan kembali ke kapal kerja paksa?

Cita rasa Les Miserables

Les Miserables. Yang bila diterjemahkan akan berarti para jembel, atau mereka-mereka yang tidak beruntung. Kebetulan aku baru-baru ini lihat adaptasi filmnya yang versi tahun 1998. Jadi, sekalian saja aku bikin cita rasanya:

a. Buku
Kemasannya, jujur ya, sama sekali tidak menarik. Meski mungkin dengan sangat baik menggambarkan sedikit abad 19--setting waktu yang digunakan Les Miserables.

Bagian pertama, bagian yang paling aku sukai dibanding keempat bagian yang lain. Bagian pertama ini diberi judul Fantine. Kisah si ibu yang menitipkan sang anak pada keluarga yang salah.

Sementara Fantine bekerja mati-matian untuk membiayai anaknya, Thenadier malah memanfaatkan uang dari Fantine untuk foya-foya atau untuk kebutuhannya sendiri. Fantine tidak pernah sadar dirinya ditipu, sebab dia sangat percaya dengan keluarga Thenadier.

Hingga rahasia bahwa dia telah punya anak terbongkar! Alhasil dia dipecat dari pekerjaannya!

Dengan tidak punya pekerjaan, bagaimana dia bisa membiayai anaknya? Dia melakukan... Banyak hal.

Salah satunya akan mempertemukannya dengan Jean Valjean dan Javert.

Di bagian dua, kita akan dikenalkan pada Cosette. Sebenarnya, bila penulis memutuskan untuk mengakhiri kisahnya disini, maka kisah ini bisa jadi kisah yang berakhir bahagia.

Apa, jadi Les Miserables ini sad ending ya?

Enggak kok, tenang saja.

Bagian tiga, kita akan diperkenalkan pada Marius. Sosoknya, mengingatkannya pada diriku sendiri. Seorang pemimpi yang masih dalam rangka mencari jati diri. Terjebak dalam komunitas pemuda yang berpaham republik--setting waktunya revolusi Prancis, sementara hatinya menganut paham ayahnya. Sebagai seorang pendiam dan suka membatja buku, dia tidak banyak aktif dalam komunitas pemuda.

Bagian keempat, kita akan bertemu lagi dengan keluarga Thenadier yang berada di sisi bawah roda. Eponine, putri sulung Thenadier cukup berperan penting mulai dari bagian ini.

Di bagian ini pula, kondisi Perancis semakin memanas.

Bagian lima, perang pecah antara pihak kerajaan dan rakyat yang menginginkan Perancis menjadi republik. Diceritakan dengan lumayan detail dengan memasukkan unsur sejarah sebenarnya.

Endingnya bukan tak terduga, tapi entah kenapa aku merasa aneh dengan endingnya. Kok ya masih sempat-sempatnya "menunda" proses--meski pun hal itu memang ada di dunia nyata.

Overall, aku suka pada buku ini. Meski bikin emosi, resah, jengkel, tapi dramatisasinya terasa amat sangat alami.

Ada banyak kematian di sini, tapi hanya tiga yang "terkesan" padaku. Kematian pertama yang mendadak. Kematian kedua yang dilakukan demi melindungi seseorang. Kematian ketiga yang sulit kupercaya.

Aku sangat merekomendasikan buku ini dibatja oleh semua orang. Apalagi orang yang dikit-dikit ngeluh alias manja, atau merasa kehidupannya yang nikmat dibilang sengsara. Buku ini dijamin akan membuat pembatjanya bersyukur pada kehidupannya.

Yang bikin aku nggak puas pada buku ini adalah akhir kisah Thenadier. Yah, bahkan di novel pun hidup tak adil.

b. Film
Di Les Miserables versi 1998 ini, Liam Neeson sebagai Jean Valjean, Uma Thurman sebagai Fantine, Kapten Barbossa Geoffrey Rush sebagai Javert, Claire Danes sebagai Cosette dan entah siapa yang jadi Marius.

Pemilihan lima tokoh di "sececap" bukan tanpa alasan sebenarnya. Tapi menyesuaikan dengan filmnya, heheh. Tahu dong, di film seringnya banyak karakter yang dihilangkan.

Perbedaan mencolok antara film dan buku adalah:
a. Karakter Marius jadi berperan lebih aktif pada revolusi Perancis

b. Karakter Cosette jadi agak witty, nyaris kayak aktingnya Claire Danes pas jadi Yvaine di Stardust, tapi jelas beda dengan karakter Cosette di buku yang penurut. Jelas aku lebih suka karakter Cosette di film, heheh

c. Karakter Javert dibumbui kejahatan. Di buku, Javert memang menyebalkan, tapi dia memuja kebenaran dan sangat membenci segala bentuk kejahatan--dan pelakunya. Mau bagaimana lagi, sebuah film hambar tanpa karakter jahat yang jahat banget, bukan?

d. Keluarga Thenadier hanya muncul sekali saja. Padahal si ibu, ayah, Eponine perannya banyak yang penting. Yang banyak aksinya si Gravoche doang, tapi latar belakangnya tak pernah diceritakan. Jadi mereka yang tidak batja bukunya bakal menganggapnya hanya sebagai botjah yatim-piatu yang hidup di jalanan--yang sudah punya anak dua (?)

e. Endingnya. Mungkin beberapa orang berpendapat, ending di film jauh lebih masuk akal. Tapi jujur, aku nggak suka keduanya, baik ending di buku mau pun ending di film. Kedua endingnya, tidak memuaskanku (?)

Selebihnya, nyaris sama. Ketidakberadaan beberapa scene jelas karena terbentur durasi--novel sepanjang tembok besar China mana mungkin akan diinclude-kan semua, namanya juga adaptasi.

Adegan-adegan yang aku sukai di buku, entah mungkin karena aku sudah tahu, entah mungkin sistem tubuhku secara refleks membangun "dinding pemanasan," sehingga tidak seperti ketika aku membatja bukunya, sama sekali tidak membuatku merinding. Aku justru merinding ketika meninggalnya seorang "ayah."

Overall, filmnya tidak buruk, bagus kok. Aktingnya para aktor dan aktrisnya juga oke-oke. Iya-lah, papan atas semua! :)) Aku cuman meyayangkan make-up untuk "Fantine"-nya terlalu cantik, dan sayang adegan dengan giginya tidak dimasukkan. Padahal ketika Fantine berhasil mendapatkan uang banyak dan sanggup membelikan sesuatu untuk anaknya, penampilannya sungguh... Wow! *aku mengingat hal itu dan seketika bulu kudukku kembali merinding*

Sebelum aku tutup cita rasa Les Miserables ini, yuk take a breath sejenak dengan menyaksikan trailer filmnya, Les Miserables (1998):

Satu pertanyaan saja, kenapa kalian mesti batja (dan--ini pilihan optional--nonton) Les Miserables karya Victor Hugo ini? 
Apakah karena Les Miserables menunjukkan bahwa dunia itu kejam? Apakah karena Les Miserables menunjukkan bahwa hidup itu tidak adil? Apakah karena Les Miserables menunjukkan rumitnya hati dan betapa mengejutkan tindakan manusia? Apakah karena Les Miserables menunjukkan bahwa cinta sejati mesti diperjuangkan? 
Ya, karena itu semua. Tentu bukan tanpa alasan buku ini masuk dalam daftar buku terbaik di situs komunitas buku atau bahkan sampai masuk dalam daftar 1001 buku yang mesti kalian batja sebelum tutup usia di banyak situs listing. 
P.S. 
[1] Les Miserables pernah diterbitkan secara serentak ke dalam 9 bahasa pada tahun 1862
[2] Novel ini ditulis Opa Hugo semasa pengasingannya di Pulau Guernsey 
[3] Jadi pengen nonton film Les Miserables yang baru--yang versi 2012. 
Screenshot untuk jumlah halaman buku::
Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
| Read Big |

2 comments:

  1. Penasaran berat dengan kisah yang satu ini, semoga beberapa bulan ke depan bisa meluangkan waktu untuk membacanya *so-many-books-so-little-time* dan banyak yang rekomendasi film adaptasi Les Miserables terbaru, mungkin nanti bisa dibuat perbandingan kembali :D
    Terima kasih sudah ikut berpartisipasi dalam event Books Into Movies + Giveaway April 2013 -- semoga beruntung !!!
    Dan jangan lupa, event ini merupakan Monthly Meme, jadi bisa tetap masukan entry baru setiap bulannya. Jangan khawatir akan ada Giveaway terbaru juga nantinya :D

    BalasHapus
  2. so many book so little time.

    Ya, agak susah soalnya mencari filmnya yang terbaru. Saya ingin liat Eponine :))

    Amin, semoga saya beruntung :D

    Pasti :D

    BalasHapus

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!