Ranah 3 Warna by A. Fuadi

Ranah 3 Warna

Penulis: A. Fuadi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: XIV + 474 halaman
Series: Negeri 5 Menara #2
Genre: Realistic Fiction - Bildungromans
Stew score: Yummy!
Target: Teen (12 tahun ke atas)

Sececap Ranah 3 Warna

Lulus dari Pondok Madani (PM) bukan berarti jalan menggapai cita-citanya yang tinggi menjadi mudah. Alif mesti ikut ujian persamaan untuk bisa mendapatkan ijasah SMA. Sebab PM tidak menelurkan ijasah bagi santri-santrinya. Itu artinya, Alif mesti belajar pelajaran dari kelas 1 hingga kelas 3 SMA!

Berbekal mantra Man Jadda Wajada, Alif berhasil lulus ujian persamaan. Juga lulus Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri, agar bisa melanjutkan kuliah.

Baru saja tercetak senyum di bibir Alif, topan besar menghantamnya. Tidak hanya satu, tapi banyak! Membuat Alif letih dan nyaris menyerah!

Ternyata Man Jadda Wajada tidaklah cukup mumpuni dalam memenangkan hidup. Saat mendengarkan siaran radio, Alif teringat dengan mantra kedua yang diajarkan di PM: Man Shabara Zhafira, siapa yang bersabar akan beruntung. Bersenjatakan kedua mantra tersebut, dia hadapi topan besar itu satu-persatu, dan dia mulai meniti langkah menuju puncak semua impiannya.


Citarasa Ranah 3 Warna

Hal pertama dan kedua yang aku kagumi ketika baru membuka plastik novel ini adalah, gambar peta 3 negara yang tercetak di sampul bagian dalam, dan pembatas bukunya yang berbentuk daun pohon maple. Ketiga peta yang "membuka" di mana saja Ranah 3 Warna yang bakal dikunjungi Alif.

Dibandingkan prekuelnya, aku jauh lebih suka Ranah 3 Warna ini. Perjuangan yang dilakukan Alif, kemalangan yang mendera Alif, sikap Alif yang layaknya manusia biasa: bisa marah, bisa menggerutu, bisa mengeluh dan kadang mempertanyakan kenapa Tuhan mengujinya dengan cobaan yang begitu berat, terasa amat sangat nyata dan begitu dekat dengan kehidupan nyata. Hal-hal biasa yang dialami oleh hampir semua orang, nyaris setiap hari, di dunia nyata.

Meski secara klimaks, aku lebih suka klimaksnya Negeri 5 Menara. Klimaks Ranah 3 Warna kurang gitu... Wow, bagiku. Tidak sampai bikin aku mendesah-desah dan ngos-ngosan (?) [Baca: Tidak membuatku kaget, terkejut, atau tidak bikin jantungku berdetak kencang sehingga paru-paru minta pasokan oksigen yang cukup banyak]

Untuk kesalahan teknis, yah, pada awalnya aku yakin Ranah 3 Warna bersih dari typo. Apalagi sampai ratusan halaman aku tidak menemukan kesalahan ketik sama sekali. Hingga di halaman sekian, aku kemudian menemukannya. Dan semenjak itu, aku menemukan lagi. Tidak banyak sih, dan tidak mengganggu konsentrasiku membaca, secara petuah-petuah dalam buku ini cukup menantang untuk diamalkan. Prestasi Alif yang sampai mengunjungi Ranah 3 Warna, terutama ranah yang ada daun maplenya, sumpah bikin iri tapi sekaligus menginspirasi (bagiku) untuk melakukan hal yang sama!

Dari Ranah 3 Warna ini pengetahuanku jadi bertambah lho. Kayak semisal, proses pertukaran pelajar—juga tata syaratnya. Lalu, nama asli negara yang jadi salah satu ranah yang dikunjungi Alif. Kemudian beberapa fakta mengenai negara makmur macam negara dengan daun maple di benderanya— meski aku juga bertanya-tanya, apakah fakta itu masih aktual mengingat setting waktu yang digunakan beberapa tahun silam dari tahun sekarang. Dan masih banyak hal-hal menarik lainnya.

Sayang sekali penjelasan beberapa spot yang oke, yang bikin aku penasaran, kayak Petra misalnya, penjelasannya cuman satu paragraf doang. Aku tahu Ranah 3 Warna ini bukan buku perjalanan, tapi, yah, bagian yang ranah itu memang terlalu sedikit karena hanya jadi "tempat singgah" saja.

Ada yang aneh dengan Alif. Ketika menyangkut satwa Indonesia, dia tidak mengungkapkan kebenaran. Tapi saat menyangkut politik Indonesia, dia tanpa ragu dan dengan sikap biasa saja mengungkapkan kebenaran. Apa ya kira-kira alasannya? Kalau maksud penulisnya sih, tidak susah untuk direka.

Overall, Ranah 3 Warna meski mengambil beberapa setting di luar negeri, dan tentunya dengan detail yang oke karena setting tersebut bukan hanya tempelan belaka, tidak lupa mencantumkan banyak sekali hal-hal yang bersifat Indonesia: terutama adalah hal-hal yang berasal dari kampung halaman sang tokoh utama, Maninjau, Sumatera Barat, dan... Sambal! Yang aku heran, masak sih di negeri daun maple ada yang nggak tau yang namanya sambal? Aku jadi bertanya-tanya, ketika Alif mengenalkan soal sambal, bahasa apa yang digunakannya? Tetap bahasa Indonesia, atau bahasa Inggris atau bahasa lain? Kalau bahasa Indonesia, jelas larinya kemana. Tapi kalau Inggris, aku rasa setidaknya itu kalimat sederhana. Atau karena setting tahunnya? Ah, kenapa malah jadi rentetan pertanyaan? Tuhkan, pertanyaan lagi :))

Terlepas dari itu, Ranah 3 Warna itu buku yang bagus. Dan cocok dibaca oleh semua orang, meski buku ini bernapaskan Islami. Bahkan bahasa-bahasa yang sudah familiar bagi orang Muslim diberi penerangan agar, yang non-muslim yang mungkin belum tahu apa artinya, bisa mengerti. Juga cocok dibaca oleh semua lapisan umur, terutama remaja, dan terutama yang punya mimpi setinggi langit dan mereka-mereka yang tukang keluh, agar bersungguh-sungguh dan tidak terburu-buru aka bersabar dalam mewujudkan mimpi besar tersebut.

Jelas, jenis buku motivasi yang aku suka!

P.S.
[1] Buku ini merupakan hadiah ulang tahun (pilih sendiri) dari Bunda. Makasih ya Bunda :'D

[2] Winnetou karya Karl May sering sekali disebut di buku ini. Jadi penasaran seperti apa kisah klasik persahabatan Winnetou dan Old Shatterhand itu.

Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::

0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!