The Hound of Baskerville
Penulis: Sir Arthur Conan Doyle
Penerbit: Narasi
Tebal: 302 halaman
Judul terjemahan: Kutukan Keluarga Baskerville
Series: Sherlock Holmes #5
Genre: Klasik - Misteri - Thriller - Suspence - British Literature
Stew score: Sweet!
Target: Teen (14 tahun ke atas!)
Sececap The Hound of Baskerville
Seandainya Sir Charles Baskerville tidak mampus metong koit meninggal secara mendadak, seandainya Mister Mortimer tidak meminta bantuan detektif untuk memberinya nasihat tindakan apa yang mesti diambil saat calon pewaris, Sir Henri Baskerville, tiba di Inggris, mungkin penjahatnya akan ongkang-ongkang kaki menang dan dengan mudahnya merebut kekayaan Sir Charles Baskerville yang jumlahnya amat sangat banyak. Tanpa perlu direcoki oleh Sherlock Holmes. Tanpa perlu risau Sherlock Holmes akan mengendus kejahatannya.
Belum genap dua hari Sir Henri menginjakkan kaki di Inggris, dia mendapat surat ancaman atau peringatan, agar dia menjauhi rawa-rawa. Agar dia tidak datang ke puri yang menjadi warisannya. Agar dia kembali ke tempatnya selama menghabiskan masa kecilnya. Itu pun jika dia masih mau hidup dan bukannya mati terkena kutukan.
Seluruh warga di tempat asal keluarga Baskerville tahu, bahwa keluarga tersebut telah dikutuk. Kutukan yang melibatkan anjing neraka yang sangat sangat besar. Bahkan diduga kuat, Sir Charles meninggal karena kutukan tersebut. Atau kematiannya karena sebab lain?
Citarasa The Hound of Baskerville
Merupakan buku kedua Sir Arthur Conan Doyle yang aku baca.
Buku ini tak banyak mengejutkanku karena, secara tak sengaja, aku "terpaksa" membaca hal-hal krusialnya di Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin Penasaran. Di mana petunjuk palsu yang digunakan untuk "mengelabui" pembaca, dan siapa yang membunuh Sir Charles Baskerville sebenarnya.
Tapi sisi baiknya dari sop iler tak sengaja dari buku tersebut adalah aku jadi lebih attention to detail. Terutama pada pembunuhan anjingnya.
Yang bikin aku bingung dari buku The Hound of Baskerville ini adalah menentukan kelayakan usianya. Dan pilihanku jatuh pada range usia remaja. Sebab, tak ada romance yang sampai berakhir di ranjang. Malahan tak ada adegan ciuman sama sekali. Novel ini pure novel misteri dan suspence dan thriller. Tak ada pembunuhan yang sampai berdarah-darah: pembunuhnya terlalu pintar untuk tidak mengotori tangannya. Palingan hanya adegan ngisep rokok doang yang agak overload dan ada adegan minum bir doang yang telah jadi kebiasaan di kehidupan sehari-hari di sekitar kita.
Overall, tidak banyak yang bisa kukomentari. Gaya bercerita penulisnya oke—meski kadang agak sedikit boring. Jalan ceritanya oke. Twistnya oke (meski aku sudah tahu duluan). Misterinya oke. Penjelasannya memuaskan—tak ada lagi misteri yang tersisa. Dua karakter utamanya juga oke, mudah disukai—meski aku lebih suka dengan karakter Mr. Holmes yang ada di adaptasi filmnya. Cuman ada dua hal yang bikin aku penasaran.
Yang pertama, penggunaan "Sir." Apakah penggunaan itu atas pemberian Ratu atau memang tiap bangsawan dan keturunannya (even keturunannya sejak kecil tinggal di luar negeri) bisa langsung menggunakannya? Atau "Sir" ini cuman sebutan biasa?
Yang kedua, gaya berpakaian para tokohnya. Maksudku, pakaian yang digunakan oleh mereka itu kayak pakaian pesta. Padahal mereka itu tinggalnya di daerah rawa-rawa. Aku tahu pakaian itu simbol derajat dan kedudukan mereka, tapi apa nyaman gitu? Dan apa benar orang di zaman itu memang seperti yang dideskripsikan di dalam buku?
Hal-hal yang terjadi di masa lalu memang sering bikin penasaran. Karena sifat blog di blogger ini selamanya (maksudnya, akan ada seterusnya hingga usernya memutuskan untuk men-delete-nya), Mungkinkah nanti di masa depan ada orang yang kepo bertanya-tanya siapa narablog Story Eater Tales?
Oops, malah jadi OOT :))
Yang jelas, ini bukan kali terakhir aku "bergaul" dengan Mr. Sherlock Holmes dan Dr. Watson.
Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
0 comments:
Posting Komentar