Pandemonium by Lauren Oliver

Pandemonium

Penulis: Lauren Oliver
Penerbit: HarperCollins
Tahun terbit: 2012
Tebal: 359 halaman
Seri: Delirium #2
Genre: Fiksi Ilmiah - Dystopia - Romance
Stew score: Almost - Yummy!
Target: Young - Adult (15 tahun ke atas!)

Kalimat pertama Pandemonium
Alex and I lying together on a blanket in the backyard of 37 Brooks.

Sececap Pandemonium

Lena yang baru adalah Lena yang tak lagi takut akan cinta.

Lena yang baru adalah Lena yang sanggup bertahan hidup dari kerasnya kehidupan.

Lena yang baru adalah Lena Morgan Jones, yang mampu berpura-pura, menyusup dalam sistem pemerintahan yang anti-cinta: menganggap cinta itu penyakit (bernama Deliria) dan mesti disembuhkan, menjadi mata-mata.


Dan itulah pekerjaan Lena yang baru. Menjadi mata-mata dari Invalids, dan memata-matai organisasi bernama DFA (Deliria-Free America). Organisasi yang mengusulkan untuk percepatan waktu penyembuhan bagi masyarakat. Penyembuhan dilakukan saat masih anak-anak jauh lebih baik, dan bukanlah saat berusia matang (sekitar 16-18 tahun), begitulah misi utama DFA.

Dari tugasnya tersebut, secara tak sengaja, Lena bertemu dengan Julian, pemuda bermata biru, putra dari pendiri DFA.

Citarasa Pandemonium

Bisa dibilang, bagiku, prekuelnya jauh lebih oke dibanding buku ini. Sebenarnya buku ini seru, bahkan mungkin jauh lebih seru dibanding prekuelnya bagi penyuka novel yang memiliki banyak sekali aksi di dalamnya. Tapi entahlah, bagiku, Pandemonium kehilangan sedikit unsur yang bikin jantungku bertalu-talu.

Pandemonium dibagi dalam dua timeline: now dan manthen. Sekarang dan masa lalu. Timeline Sekarang berkisah soal Lena yang memiliki kehidupan baru, kehidupan di dalam pagar, bukan di luar. Sementara Masa Lalu berkisah soal Lena di antara waktu ending buku pertama dan sebelum Lena mempunyai kehidupan baru di timeline Sekarang.

Di Pandemonium ada tiga istilah baru diperkenalkan: Scavengers, zombieland, dan Unnaturals. Scavengers itu Invalids juga. Cuman mereka tidak memiliki misi yang sama dengan Invalids. Mereka ingin... Menghancurkan. Sementara zombieland itu taman hiburan sebutan para Invalids untuk lokasi di dalam pagar, di mana orang-orangnya lagaknya memang seperti zombie: datar, dingin, kehilangan fungsi hati (nurani). Dan unnaturals, well, itu sebutan dari para zombie bagi mereka yang... Err, punya cinta yang tak biasa. Semisal, seorang wanita menyukai wanita lainnya.

Unnaturals ini sebelumnya pernah disinggung di Hana: A Delirium Story. Malah di Hana jauh lebih ekplisit dibanding di Pandemonium ini yang cuman disinggung dalam cara yang bagiku terlalu sopan.

Oh iya, tidak ada Hana di Pandemonium. Alex pun... Sebab Lena mengasumsikannya telah metong meninggal dalam usaha mereka melarikan diri. Sebagai gantinya ada Raven dan Julian.

Pembagian kisahnya dalam dua waktu aku rasa cukup oke. Mungkin penulis tahu, bila kisah ini diceritakan lurus kayak kereta api, kisahnya bakal meminta jumlah halaman yang banyak. Atau mungkin bila jalan ceritanya langsung diskip ke timeline Sekarang, selain pembaca akan penasaran setengah tutup usia mati tentang kehidupan Lena setelah melompati pagar yang membatasi zombieland dengan alam liar, cerita di timeline Sekarang itu terasa nyaris datar. Jadi ya, penggunaan dua waktu itu sudah sangat pas untuk buku ini.

Secara keseluruhan, Pandemonium masih lumayan oke. Walau bagiku efek yang bikin aku jatuh cinta dengan buku pertamanya telah luntur. Pacenya, boleh dibilang, jauh lebih cepat dibanding buku pertamanya. Jadi, bagi yang nguap-nguap di buku pertamanya, di buku ini aku jamin kalian akan selalu penasaran karena kak Laura (nama asli penulis) jago banget memutuskan di bagian mana sebuah bab mesti diputus. Endingnya, masih mirip dengan ending di buku pertamanya, menjengkelkan dan mengejutkan dan bikin penasaran akan buku selanjutnya! Ah, semoga Requiem menjadi penutup yang oke dari seri ini.

Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
| | | read big

0 comments:

Posting Komentar

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!