Kisah-kisah Tengah Malam
Penulis: Edgar Allan Poe
Penerbit: Gramedia Media Pustaka
Tebal: 248 halaman
Judul Asli: Tales of Mistery and Terror
Genre: Kumpulan Cerpen - Klasik - Misteri - Fantasi - Thriller - Suspence - Supernatural
Stew score: Almost - Yummy!
Target: Young - Adult (16 tahun ke atas!)
Sececap Kisah-kisah Tengah Malam
Jika kamu sedang bosan membaca novel, baik yang satu buku langsung tamat mau pun serial. Jika kamu sedang kebelet kepengen baca cerpen dan suka sekali dengan cerita misteri (supernatural dan horor) yang kadang berlapis teror, yang bikin jantung berdebar kencang maka aku menyarankan kalian mencoba "mengunyah" Kisah-kisah Tengah Malam karya penulis kondang kenamaan, Edgar Allan Poe.
Kamu bakal diajak merasakan sensasi takut akan rasa bersalah lewat Gema Jantung yang Tersiksa dan Kucing Hitam. Kamu akan dibuat terkejut, tercengang, terkesima dan takjub, dalam arti baik dan buruk, ketika mencapai ujung Hop-Frog, Setan Merah, Kotak Persegi Panjang, Mengarungi Badai Maelstörm dan Obrolan dengan Mummy. Rasa penasaran yang tak tertahankan mungkin akan menghinggapi benakmu saat "menyantap" Potret Seorang Gadis, William Wilson, Pesan (atau Catatan) Dalam Botol dan Misteri Rumah Keluarga Usher. Sementara Pertanda Buruk "mempermainkan" pikiranmu, Pesan (atau catatan? Secara judul yang tercetak di halaman awal cerpen dan daftar isi berbeda) Dalam Botol dan Jurang dan Pendulum akan menguji keyakinanmu akan harapan.
Berani coba mencicipi ke-13 cerita pendek tersebut?
Citarasa Kisah-kisah Tengah Malam
Bila kalian lupa, atau memang tidak tahu karena jarang, atau ini pertama kalinya, berkunjung ke Story Eater Tales, buku ini sempat menjadi salah satu buku yang pernah terlibat dalam lingkaran Wishful Wednesday. Dan aku merasa beruntung, sebab buku itu dating menghampiriku—atau tepatnya penjualnya memberitahuku bahwa dia punya buku ini yang selama ini aku cari.
Karena ada 13 cerita pendek, dan karena Sherina (nama ponselku, btw) sedang dikarantina di Dan Cell Cellular Service karena hamparan keypadnya tak bisa digunakan menari, maka terpaksa aku tidak membuat satu-persatu review untuk cerpen-cerpen tersebut. Hanya yang berkesan saja di hatiku.
Atau mungkin tidak. Ah, kenapa aku jadi labil begini?
bukannya daridulu dirimu emang labil, Jun?
Nggak usah diperjelas juga kali (-_-“)
Oke, kembali ke tanktop… eh, maksudku kembali ke review.
Cerpen yang paling aku suka adalah Gema Jantung yang Tersiksa, Kucing Hitam, Jurang dan Pendulum, Obrolan dengan Mummy, dan William Wilson.
Cerpen yang bikin aku sempat terserang kantuk (bukan karena jelek, tapi karena too much detail sehingga jatuhnya jadi bertele-tele—meski tak sampai berefek kayak Spiral karya Roderick Gordon dan Brian Williams) adalah Mengarungi Badai Maelstorm.
Cerpen yang membuatku kebingungan: Pertanda Buruk dan Misteri Rumah Keluarga Usher.
Sementara sisanya yang lain, kisahnya cukup lumayan. Ada yang membuatku terkesima, ada yang sudah bisa kutebak bagaimana akhir ceritanya, tapi… katakanlah, tak ada yang benar-benar menghadirkan terror seperti Jurang dan Pendulum.
Aku suka Tell-tale Heart atau Gema Jantung yang Tersiksa ditaruh di awal, sebab selain cerpen itu merupakan cerpen tiga besar yang membuat nama Edgar Allan Poe terkenal, Gema Jantung yang Tersiksa mewakili misteri, dan terror, dan suspence yang memang merupakan tema atau benang merah dalam buku ini. Bahkan gambar sampul depannya mengilustrasikan adegan di cerpen ini.
Aku bertanya-tanya pada penerjemah, yakni Maggie Tiojakin, yang salah satu bukunya yakni, Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa, menjadi salah satu wishlistku dan sempat muncul dalam lingkaran Wishful Wednesday, kenapa kata “Mummy” tidak diterjemahkan jadi Mumi?
Ada yang spesial dengan Kucing Hitam. Bukan soal kisahnya, karena pace kisahnya sendiri nyaris sama dengan Tell-tale Heart. Cerpen itu merupakan cerpen favorit temanku, yang menjual buku ini padaku. Dan supaya serasi, dia memberiku bonus pembatas buku berbentuk kucing hitam. meski pihak penerbit sudah melengkapi buku ini dengan pembatas buku sendiri, aku tetap menggunakan pembatas buku bonus tersebut untuk menghormati temanku—jadinya aku menggunakan dua pembatas buku untuk membaca buku ini, haha. Sayang, karena Sherina sedang sakit, maka aku belum bisa memamerkannya.
Cepatlah sembuh, Sherina :’(
Dan semoga aku bisa menebus biaya perawatanmu selama dirimu di rawat inap.
Yang lumayan bikin aku kecewa adalah Misteri Rumah Keluarga Usher atau judul aslinya The Fall of the Usher. Meski menjadi salah satu cerpen tiga besar, bersama Tell-tale Heart dan Black Cat, aku tidak terlalu suka dengan cerpen ini. Sedikit membosankan, dan terkesan agak aneh dan sama sekali tidak menyeramkan—padahal aku membaca cerpen ini lewat tengah malam.
Overall, ada cerpen yang bagus ada juga cerpen yang kurang memuaskan. Tapi bukankah itulah kehidupan? Di mana semuanya serba seimbang, atau perbedaannya tak terlampau jauh. Aku sendiri lumayan puas dengan Kisah-kisah Tengah Malam. Rasa penasaranku akan gaya bercerita Edgar Allan Poe yang telah mendunia itu juga telah terhapuskan: Dia lebih suka menggunakan banyak narasi ketimbang dialog. Dia tampaknya tak suka menghambur-hamburkan nama—terbukti jarangnya dia menggunakan nama dalam kumcer ini, dan kalau pun menggunakan nama, dia menggunakan nama samaran atau nama yang saking umumnya bisa ditemukan di hampir seluruh belahan dunia. Dan tentu saja, kisahnya selalu berlatar kelam. Saranku bagi kalian yang hendak membaca buku ini, bacalah buku ini saat tengah malam untuk memperkuat sensasi terror dan misteri dalam buku ini.
Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
If you like this book, then you should watch The Raven. Scene tentang The Pit and The Pendulum sungguh oke...though it's also sickening...
BalasHapusThe Raven, film kapan itu?
BalasHapus