Tidak akan pernah ada habisnya membahas buku. Setiap tahun, setiap bulan, setiap minggu, bahkan mungkin setiap hari selalu ada buku baru. Buku tanpa kalimat sama saja bohong. Dan bohong juga kalau aku bilang, aku sudah berhenti memikirkannya tak ada satu kalimat pun yang melekat di benak dan pikiranku. Berikut dua diantaranya:
Buku-buku ini teman-temanku, pendampingku. Mereka membuatku tertawa, menangis, dan menemukan arti hidup ini
- Jeod
Itu benar. Tak terbantahkan. Aku tertawa terbahak-bahak ketika membaca Tuilet. Aku menangis sesenggukan (kenapa mesti malu?) saat membaca klimaks The Book Thief. Aku menemukan mimpi dan cita-citaku, yang itu sama artinya dengan menemukan arti hidup, ketika membaca Princess in Waiting karya Meg Cabot.
Yah, meski kadang, hubunganku dengan buku dicemooh oleh beberapa orang. Salah satunya oleh orang terdekatku.
Tapi kalau semua sudah ditentukan sebelumnya, apakah pilihan kita ada artinya? Atau kita hanya perlu belajar menerima nasib?
- Eragon
Free will atau kehendak bebas adalah salah satu topik yang aku suka. Yang mana merupakan salah satu tonggak novel-novel bergenre dystopia. Terkadang aku seperti Eragon, mempertanyakan soal pilihan, serta nasib atau takdir. Apa pilihan kita benar-benar penting kalau jalan hidup kita sudah digariskan? Kenapa harus berusaha kalau pada akhirnya nasib kita sudah ditentukan? Pertanyaan-pertanyaan, yang tentu saja, mengundang perdebatan panjang. Pertanyaan-pertanyaan yang mungkin tak ada jawaban pastinya.
Kedua quote itu aku ambil dari Eragon, buku pertama dari Inheritance Cycle karya Christopher Paolini.
Punya quote favorite? Jangan dipendam sendiri. Boleh banget lho dibagikan. Siapa tahu orang yang membacanya jadi penasaran dan pengen tahu keseluruhan buku?
Dan karena ada event menarik, ikutkan juga posting quote-mu dalam Spell Your Quote yang digagas oleh Kilas Buku. Ada buku gratis yang menanti dimenangkan lho.
Info lengkapnya bisa dibaca di sini.
0 comments:
Posting Komentar