The Chronicles of Willy Flarkies by Satrio Wibowo

The Chronicles of Willy Flarkies

Penulis: Satrio Wibowo
Penerbit: Imania
Tebal: xxii + 449 halaman
Genre: fantasi - fiksi ilmiah
Stew score: Tasteless!

Sececap The Chronicles of Willy Flarkies

Untuk membaca kilasannya, teman-teman bisa membacanya di sini.

Bukannya aku malas... Oke, aku ngaku aku agak sedikit malas. Juga karena aku tidak membaca buku ini secara utuh.


Citarasa The Chronicles of Willy Flarkies

Aku mendapatkan novel fantasi bercover keren ini dari kak Asrina. Sebagai hadiah bagi pemenang di GA yang diadakannya.

Butuh perjuangan keras (#tsah) untuk membaca The Chronicles of Willy Flarkies... Bab satunya saja. Padahal aku sudah men-skip bagian kronologis cerita, yang entah kenapa disertakan, dan downside world technology.

Bukan karena ide ceritanya, atau plotnya (yang keduanya sudah sering digunakan), tapi karena tokoh utama dan gaya bercerita si penulis.

Aku mulai dari kilasannya.

Seperti Harry Potter yang dunia nyatanya adalah dunia muggle. Err, berarti dunia sihir itu dunia khayalan? Memang benar itu khayalan, tapi di benak pembacanya. Kalau di benak Harry, dunia sihir sama nyatanya dengan dunia muggle. Apalagi ada muggle, contoh sederhananya orangtua Hermione, yang bisa masuk dunia sihir.

Sekolah Dalliance di mana segala hal yang tidak mungkin, dapat menjadi mungkin di sana. Menurutku kalimat ini agak berlebihan. Yakin segala hal mungkin di sana? Apakah itu artinya, contoh sederhananya, seandainya ada orang meninggal berarti tinggal dibawa ke Dalliance dan dia akan hidup lagi?

Menemukan Nerd atau kutu buku yang culun di sana malah menjadi bully penganggu. Karena, jujur ya, aku bacanya lompat-lompat, aku tak menemukan soal ini. Tapi aku tak bisa membayangkan hal ini bisa terjadi. Bagaimana mungkin nerd yang notabene lebih suka menghabiskan waktu dengan buku, karena waktu di dunia terbatas sementara jumlah buku di dunia terlalu banyak, bisa ngebully orang lain? Dan kalau pun mereka melakukan bully, maka aku mempertanyakan apa kira-kira bacaan mereka, secara kebanyakan buku berisi hal-hal inspiratif.

Okelah itu sebuah pembelaan dari seorang kutubuku (hahah) dan harusnya nerd pembully bisa masuk akal dengan konsep dunia upside-down (atau singkatnya cermin) yang diusung oleh buku ini. Tapi tetap saja aku tak bisa membayangkan nerd yang culun (itu sama artinya dia berpenampilan norak dan berkacama tebal) bisa melakukan pembullyan—kalau pun bisa, penampilannya jelas tidak mengintimidasi. Kalau mengintimidasi berarti dunia downside lebih parah daripada upside.

Omong-omong, Danny, sahabat Willy di dunia upside kan kutu buku. Itu artinya kembarannya di dunia downside adalah pembully?

Lanjut ke bab satu. Perhatikan kalimat yang aku kutip dari paragraf pertama.

Di situ agaknya hanya dialah anak yang normal, karena setiap kali ia menatap langit ia selalu berkata, "Huh! Dunia ini membosankan! Coba aku bisa pergi ke suatu tempat lain yang asyik! Aku akan tinggal di situ sampai kematian menjemput!"

Membuatku bertanya-tanya, apa sih sebenarnya definisi orang normal? Kenapa di bumi, di dunia kita, orang-orang yang konservatif menyebut kaum minoritas atau orang yang tak biasa karena mempunyai sesuatu yang berbeda (termasuk sikap) disebut tidak normal?

Atau jangan-jangan mungkin karena tidak menggunakan lokasi real, dan mungkin negeri Plantsville ada di planet lain—meski membawa-bawa Harry Potter di kilasan? Dan di negeri itu ukuran untuk orang normal adalah seperti Willy. Bosan. Pengen yang seru-seru—layaknya remaja bumi yang normal juga.

Kalimat di atas itu juga mengindikasikan, Willy (kemungkinan besar) adalah satu-satunya anak seusianya yang normal. Anak-anak lainnya abnormal semua, yang artinya: mereka tak seperti Willy, mereka bahagia dan tak pernah merasa bosan hidup di Plantsville.

Yang kemudian membawaku mempertanyakan lagi, seberapa luas ya negeri Plantsville dan berapa jumlah penduduknya? Serius, masa cuman Willy doang yang merasa bosan?

Masih di bab satu. Diceritakan juga Willy itu sering terlibat masalah dan sering mendapat nilai F dalam pelajarannya. Mungkinkah hal itu penyebab dia pengen pindah negeri? Atau jangan-jangan kedua hal itu dilakukan Willy secara sengaja secara dia bosan?

Sahabat tidak akan saling mengatakan hal-hal seperti itu (mengejek) satu sama lain. Kalimat itu adalah kalimat yang dikatakan sahabat Will, Mandy. Mandy ini jelas nggak pernah tahu sahabat itu seperti apa. Justru orang yang paling dekat dengan kita adalah orang yang paling sering mengejek kita. Coba deh si Mandy baca novel-novel yang persahabatan tokoh-tokohnya oke seperti 5 cm atau Antologi Rasa (sebenarnya ini buku untuk dewasa, tapi karena Mandy tak seperti Willy yang normal jadi menurutku buku ini aman dibacanya).

Eh, tapi hal yang dikatakan Mandy ada benarnya juga. Karena setiap orang punya pribadinya masing-masing. Seperti contohnya, tidak suka dipanggil dengan nama panggilan atau kesayangan.

Setelah aku kelar dengan bab satu, kesanku: Willy itu anak yang lebay sekali.

Kelebayan itu berlanjut ke bab dua. Tak hanya lebay, dia juga suka caper dengan meneriakkan kebohongan mengenai hidungnya. Atau mungkin hal itu dikarenakan penulisnya yang menulis soal hidung patah atau tidak beberapa kali di beberapa paragraf?

Masih di bab dua, sikap kasirnya mirip dengan Squidward.

Masih di bab dua. Ada orangtua yang menyebut Willy itu ramah dan baik hati. Belum tahu saja dia kalau Willy suka membentak temannya dan berteriak pada orang di rumahnya.

Dan saat Willy bercakap-cakap dengan si pak tua, dia bilang, "Apa? Anda seorang Kepala Sekolah? Kenapa Anda tidak mengatakan sebelumnya?"

Kalimat yang aneh sekali mengingat mereka baru saja bercakap-cakap dan berkenalan. Lagipula siapa coba Willy sampai si pak tua harus melaporkan pekerjaannya? Dan kalau pun si pak tua bilang dia kepala sekolah apakah hal itu membuat perbedaan bagi Willy?

Setelah kelar baca bab dua, aku menyerah. Sudah saatnya bagiku melakukan skimming. Dan hasil skimmingku adalah Willy anak normal di dunia upside, dan dia akan jadi super normal (bisa melakukan apa saja yang tak mungkin dilakukannya di upside) di downside. Ada gimmick yang tak perlu. Dan mengenai dunia downsidenya: pas baca kilasannya sih aku sedikit tertarik apalagi ada kata yang tak mungkin jadi mungkin (kali aja kalau dunia itu ada aku bisa mencari kembaran orang yang tak membalas perasaanku—eaa, curcol juga kan? Hahah), tapi setelah skimming... Kalian bisa menebaknya-lah.

Sebenarnya skimming bisa dilakukan lebih sederhana dengan membaca bagian kronologis cerita. Yang menceritakan garis besar yang terjadi dari bab satu hingga bab terakhir. Bagian ini sempat membuatku gemas, apa alasan bagian itu dicetak? Kalau pembaca sudah tahu gimana kisah ini berjalan, kenapa pembaca mesti membacanya hingga akhir?

Kemudian aku melanjutkan baca ke semacam glosarium. Aku menemukan beberapa peralatan yang mirip dengan novel Harry Potter: Teropong Googlancer yang fungsinya nyaris mirip Teropong Curiga.

Sebenarnya tidak salah punya persamaan, tapi apa mesti namanya nyaris sama? Kenapa teropong? Padahal peralatan lain masih banyak. Misalnya saja berbentuk kacamata.

Overall, The Chronicles of Willy Flarkies adalah buku yang membuatku terkejut. Terkejut katanya merupakan karya terjemahan. Terkejut betapa Willy sangat sulit untuk disukai. Terkejut novel ini t... Ah, ya ampun, aku baru menyadari kalau indahnya matahari terbenam bisa dinikmati dari tempat tinggalku :') *eaaak

P.S. Untuk Bowo, tetap semangat menulis ya! Dan maaf kalau reviewku agak, err, kurang menyenangkan :)

Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
| | |

2 comments:

  1. hehehe, emang susah ya kalau baca fantasy dalam negeri, pasti kebayang sama fantasy luar negeri dan menyamakannya

    BalasHapus
  2. Pakemnya sih emang dari sana, kak, heheh.
    Tapi aku juga pernah nggak ngebandingin karya fantasi lokal dengan luar negeri. Novelnya Windhy Puspitadewi yang Incognito adalah salah satunya :D

    BalasHapus

 

I'm part of...

Follower

Hey, Jun!