A Million Suns
Penulis: Beth Revis
Penerbit: Razorbill
Tahun terbit: 2012
Tebal: 322 halaman
Seri: Across The Universe #2
Genre: Fiksi ilmiah - Dystopia - Fiksi sosial - Misteri - Suspense - Romance
Stew score: Almost - Yummy!
Target: Young - Adult (16 tahun ke atas!)
Kematian Eldest otomatis membuat Elder, bocah lelaki 16 tahun yang memang terlahir untuk, jadi pemimpin Godspeed (kapal raksasa yang memiliki misi menuju planet baru, Centauri-Earth) secara prematur. Dan di awal kepemimpinannya yang bebas phydus (semacam obat penenang dan membuat peminumnya jadi pasif), di mana para penduduk Godspeed sadar 100%, dia menceritakan masalah yang mereka hadapi: Godspeed mengalami kerusakan.
Ya. Kapal sekaligus rumah (sementara) mereka rusak!
Itulah kenapa hingga kini Godspeed belum juga sampai di Centauri-Earth. Sebab mesin mengalami kerusakan dari waktu ke waktu, kecepatan kapal raksasa itu makin lama makin lambat, hingga jadwal kedatangan mereka di planet baru tertunda puluhan tahun.
covernya cantik ya? |
Namun tidak semua orang bisa menerima dengan baik fakta baru tersebut. Rumah sakit langsung dibanjiri oleh pasien yang merasa butuh ditenangkan atau mengalami serangan panik.
Di saat Elder pusing memikirkan cara terbaik bagaimana membawa Godspeed sampai di tujuan, dia diberitahu wakilnya bahwa mereka (wakil dan timnya) sebenarnya telah membohongi Eldest. Godspeed tidak melambat, tapi mengapung diam di luar angkasa alias tidak bergerak sama sekali!
Sementara itu, Amy, gadis asli Bumi (aka tidak terlahir di pesawat, yang ikut misi tersebut dalam kotak pembekuan, tapi dicairkan sebelum waktunya), mendapat pesan terakhir Orion yang (katanya) akan menuntunnya pada rahasia terbesar Godspeed. Juga rahasia-rahasia lainnya, termasuk alasan dibalik usaha Orion membunuh orang-orang asli Bumi yang dibekukan selama awal misi.
Banyak orang meragukan Elder karena dia masih bocah. Sistem yang awalnya (di bawah kendali seorang tiran penuh kebohongan tapi) baik-baik saja, satu-persatu mulai runtuh. Orang-orang yang memiliki pikirannya sendiri mulai malas bekerja, banyak yang jatuh ke jurang depresi, bahkan ada pula yang sampai bunuh diri. Pasokan makanan berkurang, dan banyak lagi masalah.
Keraguan itu semakin menjadi-jadi saat terjadi aksi pembunuhan! Dan yang lebih parahnya lagi, di mata semua orang, Elder-lah yang melakukan pembunuhan itu!
Sebuah aksi yang kemudian menyulut revolusi penduduk yang tidak puas!
Sama seperti reaksi beberapa penduduk pada Elder, pada awalnya aku meragukan kisah di A Million Suns. Hal terakhir yang aku tahu soal seri ini adalah hal yang sama yang dipercayai oleh Elder dan Amy. Menurutku, sebelum membaca habis bab pertama (yang menggunakan POV Elder—bagi yang belum tahu, buku ini dibagi dua POV: satunya lagi POV Amy), aku mengira aku bakal bosan. Maksudku, apa menariknya sebuah kisah yang akan memasukkan perbaikan mesin sebagai penggerak plot? Tapi ternyata akhir bab pertama sudah menjungkir-balikkan isi perutku (baca: membuatku terkejut setengah pingsan).
Beth Revis, melalui buku keduanya, datang dengan ide baru yang sontak membuat rusuh dan galau dan penasaran!
A Million Suns menawarkan ide baru dari prekuelnya. Semua hal yang jadi penting di buku pertama menjelma jadi kebohongan dan permainan kata di buku kedua ini. Oh ya, tidak hanya soal kerusakan mesin tapi banyak hal lainnya. Termasuk soal sistem Eldest-Elder.
Bila sebelumnya pembaca tidak mengetahui timeline yang digunakan di serial ini, maka lewat A Milion Suns pembaca bisa memperkirakan kapan Godspeed diluncurkan dari bumi. Tapi menurutku, tahun yang digunakan terlalu jauh. Dari deskripsi Amy soal bumi, juga soal hal-hal baru di Godspeed yang bikin Amy tampak gaptek, seingatku teknologinya tampaknya masih sama dengan masa sekarang. Atau memang pada dasarnya dia gaptek? Yah, setidaknya di sini dia memang dipertunjukkan sebagai seorang yang sedikit gaptek.
Karena Recorder Hall dibuka untuk umum (sebelumnya, di Across the Universe, tempat ini terlarang untuk umum kecuali bagi mereka anak-anak yang memiliki kemampuan khusus seperti Harley (pelukis), Victria (penulis), Luthor (pemahat), Bartie (pemusik), dan seterusnya), yang berisi banyak sekali buku cetak, otomatis sepanjang menikmati A Million Suns kalian akan mendapatkan rekomendasi makanan-makanan lezat lainnya: empat diantaranya, Inferno karya Dante Aligeri, Alice in The Wonderland karya Lewis Caroll, The Little Prince karya Antoine Saint-Expury, The Republic karya Plato.
Kalian pasti penasaran (karena aku juga), Apakah Harry Potter ada? Secara tersirat ada. Cuman judulnya tak disebut, hanya nama penulisnya.
Secara keseluruhan, dibanding Across The Universe, A Million Suns harusnya bisa jauh lebih atau setidaknya sama serunya. Apalagi pace buku ini jauh lebih cepat dan misterinya (atau adegan ala detektifnya) nikmat banget buat diikuti (meski mudah sekali ditebak alurnya ke mana -- sebab entah kenapa meski Amy atau Elder itu pintar, mereka itu tidak mudah sadar bahwa jawabannya ada tepat di depan jidat mereka). Tapi dugaanku selama 3/4 part buku ini salah. Aku terpaksa menurunkan nilaiku setengah, sebab klimaksnya terasa kurang nendang. Sensasi sejak membaca bab pertama sontak luntur saat mencapai klimaks. Klimaksnya tidak buruk, sedikit membuat terkejut malah. Tapi entah kenapa bagiku kurang nendang.
Kesalahan terfatal adalah korelasi fakta antara kapal yang berhenti dengan rahasia besar yang ditemukan Orion (yang kemudian berbuntut usaha pembunuhan dirinya). Bila benar alasan dibalik usaha pembunuhan Orion oleh Eldest adalah karena Orion tahu soal rahasia besar itu, rahasia di mana letaknya sama persis ketika tokoh utama berada di bawah naungan milyaran matahari, bukankah itu artinya pernyataan di akhir bab 1 sangat kontradiktif? Karena bila benar alasannya adalah itu, maka kebohongan di atas kebohongan itu jadi makin ruwet karena yang dibohongi ternyata berbohong dirinya tidak tahu.
Aku juga masih mempertanyakan, kenapa tokoh antagonisnya melakukan pembunuhan ya? Maksudku, bila tujuan utamanya adalah itu kenapa repot amat pakai membunuhi beberapa orang? Kenapa tidak langsung saja melakukan tujuan besar itu? Penjelasan penulis soal alasan si antagonis sebenarnya oke, tapi tidak cukup meyakinkanku.
Aku juga masih mempertanyakan, kenapa tokoh antagonisnya melakukan pembunuhan ya? Maksudku, bila tujuan utamanya adalah itu kenapa repot amat pakai membunuhi beberapa orang? Kenapa tidak langsung saja melakukan tujuan besar itu? Penjelasan penulis soal alasan si antagonis sebenarnya oke, tapi tidak cukup meyakinkanku.
Tapi endingnya bagus. Nyaris datar tapi bagus.
Oh ya, dulu aku sempat bilang kalau Divergent adalah novel YA dystopia yang unsur politiknya paling kuat. Well, aku salah. Seri Across the Universe-lah yang unsur politiknya yang paling kuat. Tentu hal ini juga dikarenakan tokoh utamanya duduk di tampuk kepemimpinan.
Lalu bagaimana dengan romansanya? Menariknya, Elder melakukan kesalahan yang sangat fatal pada Amy di buku pertama, sehingga butuh waktu bagi Amy untuk memaafkannya. Dan satu masalah lagi: tidak banyak cowok yang bisa dijadikan pilihan oleh Amy (hampir semua pria di Godspeed kebanyakan usianya sudah, katakanlah, berumur). Jadi, bisa aku katakan, meski ada cinta pada pandangan pertama di serial ini, untuk proses penyatuan dua hati itu butuh usaha yang sangat keras.
Jadi, kalau kalian mencari makanan bergizi, well, aku sarankan kalian pergi ke pasar pagi-pagi sekali. Soalnya kebanyakan saat pagi sayurannya masih segar-bugar...
Badan kali segar bugar (-_-")
[Diulang - edit] Jadi, bagi kalian yang bosan dengan novel YA dystopia yang ada instalove-nya atau yang ada cinta segitiganya, atau yang suka banget novel bertema/bersetting luar angkasa, mungkin kalian bisa mencoba serial Across the Universe ini.
Posting ini diikutkan dalam Reading Challenge::
huaaaa aku baca buku pertamanya dan belum lanjut lagi. jadi penasaran sama kelanjutan kisah elder-amy.
BalasHapusAyo kak Astrid, baca buku ini juga :D Seru dan menegangkan lho :D
BalasHapusKak beli buku a million suns dimana ya? Di gramedia baru ada yang across the universe. . Thanks, Gbu
BalasHapusHai, Felicia
BalasHapusKebetulan aku batja buku ini dalam bahasa asli, bukan yang terjemahan. Jadi belum ada di Gramedia ^^)