The Book Thief, karya penulis berkebangsaan Australia, Markus Zusak, merupakan salah satu novel favoritku. Maka janganlah heran di minggu yang sama saat adaptasi filmnya hendak dirilis, aku membanjiri timeline twitter dan facebook dengan kabar gembira tersebut.
Dan untunglah aku melakukannya. Sebab hal itulah yang membuatku bisa nonton The Book Thief sebelum tanggal rilis International.
Oh ya, untuk diketahui, sebelum dirilis secara International, The Book Thief sudah diputar lebih dulu di bioskop-bioskop negeri kangguru.
Sama seperti di buku, kisah ini dinarasikan oleh "sebuah kekuatan" tak kasat mata yang bisa kita sebut dengan "Death" atau "malaikat pencabut nyawa." Hanya saja, "kehadirannya" tak terasa kuat, tidak seperti di buku. Sayang sekali, padahal humornya kebanyakan ada di "ocehan" si Death itu.
Masih sama seperti di buku, adegan perkenalan Liesel, atau si Book Thief, terjadi di atas kereta yang sedang melaju menuju rumah barunya. Di tengah perjalanan, tiba-tiba saudara lelakinya meninggal. Terpaksa, sebelum melanjutkan perjalanan, mereka (Liesel dan ibunya) mesti mengebumikan saudara Liesel tersebut.
Dan di lokasi pemakaman itu-lah untuk pertama kalinya, Liesel melakukan tindakan yang mungkin bagi sebagian orang tidaklah baik: mencuri buku!
Setelah adegan itu, adegan berganti dengan Liesel diantarkan pada keluarga yang akan merawatnya: Captain Barbossa Hans dan Rosa Hubermann.
Kalian mungkin bertanya-tanya, kenapa Liesel hendak dirawat oleh keluarga Hubermann? Bukankah dia masih punya ibu kandung? Masalahnya, baik di buku mau pun di film, alasan ibu Liesel "menitipkan" anaknya pada keluarga Hubermann tidaklah begitu jelas. Bisa jadi karena kondisi ekonomi yang tak stabil. Bisa juga karena ayah Liesel menganut paham yang berseberangan dengan Führ aka pemimpin Jerman di kala itu, Adolf Hitler. Atau bisa juga sebab lainnya. Yang pasti, saat bertemu dengan Hans dan Rosa, Liesel tidak akan bertemu lagi dengan ibu kandungnya.
Rosa adalah wanita yang keras. Suka mengumpat, suka memukul (tapi tidak sampai keras), tapi (mungkin sebagian agak sulit mempercayainya) dia sangat sayang sekali dengan keluarganya.
Hans adalah lelaki yang pandai bermain accordion. Kebalikan dari istrinya, Hans orangnya berhati lembut. Dia dengan mudah menjadi favorit Liesel. Dia pula yang mengajari Liesel membaca.
Apa, Liesel belum bisa membaca? Tapi, tapi dia kan pernah mencuri buku di areal pemakaman? Lalu untuk apa dia mencuri buku kalau dia tidak bisa membaca?
Nah, di sinilah kekurangan (pertama) filmnya. Di film, tidak dijelaskan kenapa Liesel mencuri buku "lucu" itu. Padahal kalau seandainya arti buku itu bagi Liesel diungkap, mungkin film ini akan jadi jauh lebih mengharukan. Bagi teman-teman yang penasaran artinya, kalian bisa menemukannya di sini.
Karena mengambil setting Jerman di waktu Nazi berkuasa dan di saat Nazi mendeklarasikan perang pada dunia, otomatis di sepanjang keseharian Liesel akan diwarnai dengan penangkapan orang-orang Yahudi dan serangan-serangan dari pasukan negara-negara yang menjadi oposisi Nazi. Sebenarnya hal itu bukanlah masalah karena keluarga Hubermann adalah orang Jerman asli. Namun orang-orang di bawah rumah atap itu sontak tegang ketika suatu malam seorang pemuda Yahudi, dengan berbekal buku Mein Kamf—buku hasil karya Führ—yang melindungi sepanjang jalannya menuju rumah keluarga Hubermann, mengetuk pintu rumah mereka dan meminta bantuan keluarga tersebut untuk menolongnya.
Mereka bisa saja menolak. Rosa yang tegas dan keras dan merupakan tulang punggung keluarga bisa saja mengusirnya. Tapi ayah pemuda itu (pemuda itu namanya Max), pernah menyelamatkan nyawa Hans. Didorong oleh rasa ingin membalas budi, serta rasa kemanusiaan, mereka pun menerima Max di istana mereka. Liesel pun diberitahu (oleh Hans) dan diancam (oleh Rosa) untuk tidak memberitahukan hal ini pada siapa pun. Bahkan pada Rudy, anak yang tinggal di sebelah rumah dan merupakan sahabatnya—sahabat yang meminta dicium oleh Liesel tapi Liesel selalu menolaknya.
Bila rahasia itu sampai terbongkar, meski mereka orang Jerman asli, mereka akan diperlakukan sama dengan orang-orang Yahudi: ditangkap, di... Untuk kelanjutannya, kalian pasti bisa membayangkan sendiri.
Jujur saja, film adaptasi The Book Thief hanya... Cukup bagus. Aku tidak kecewa-kecewa amat sih, pasalnya akting suami-istri Hubermann keren banget. Bahkan ada satu adegan, di mana setelah Hans mencoba membujuk seorang petugas untuk menghentikan aksinya, yang nyaris bikin aku ikutan... Melakukan sesuatu yang dilakukan oleh Hans.
Entah aku dan temanku (kami nonton bareng) sedang tidak peka, atau memang tak bisa mendeteksinya, arti buku bagi Liesel di film adaptasinya tidak jelas. Kenapa dia mencuri buku pertamanya (padahal dia buta huruf). Kenapa dia mencuri buku yang harusnya dibakar (oh iya, memang ada pembakaran buku besar-besaran). Satu-satunya alasan yang "tampak" justru ketika dia mencuri buku dari seseorang, Ilsa. Tapi kesan yang aku (dan temanku) tangkap salah—atau tidak seperti bukunya. Di adaptasi filmnya, pencurian itu (atau peminjaman, itulah istilah yang digunakan Liesel) lebih seperti dia... Kehabisan buku bacaan saja. Alasan "keren" di buku tidak terasa kuat sama sekali.
Secara keseluruhan, The Book Thief (seperti yang aku bilang tadi) cukup bagus. Bagi temanku (yang belum baca bukunya) malah biasa saja, dan bagian klimaksnya baginya terasa seperti sinetron. Cukup kecewa (pada filmnya) juga sih mendengar komentarnya itu. Itu artinya filmnya kurang... Wow. Padahal bukunya spektakuler sekali. Fantastis. Luar biasa. Cetar membahana melalang-buana dan landing di Juanda (yang deket-deket Nganjuk saja xD ). Salah satu buku favoritku. Chemistry antar Liesel - Rudy dan Liesel - Ilsa juga kurang oke menurutku.
Ah, tapi meski begitu, bagi yang sudah membaca The Book Thief, aku sarankan sih nonton filmnya. Selain karena alur di filmnya (kebanyakan) "patuh" pada plot di buku alias tidak diubah kayak adaptasi film Percy Jackson, beberapa adegan agak didramatisir (yang justru bikin oke), adaptasi film The Book Thief masih membawa pesan kemanusiaannya yang cukup oke. Dan karena jatah umpatannya tidak banyak (atau bahkan tidak mengerti, atau terjemahannya diubah), adaptasi film ini cukup oke untuk ditonton bareng keluarga.
Pernah ngeliat awal-awal filmnya di pesawat x) Liesl nya cantik juga #salahfokus
BalasHapusJadi penasaran sama bukunya dan pengen nonton filmnya full deh.
Thanks for sharing~
Iya, Lieselnya emang cantik. Calon bintang bersinar masa depan kayaknya =P
BalasHapusAyo baca bukunya. Buku yang bagus sekali :'D